Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 14

Steven membawa Rachel masuk ke kantor CEO di bawah perhatian banyak orang di dalam kantor. Begitu pintu ruangan ditutup, Rachel menangis sesenggukan dan melemparkan dirinya ke pelukan pria itu seraya memeluk erat pinggangnya. "Kak Steven, syukurlah kamu datang menjemputku. Tadi menakutkan sekali ... " Mata Steven begitu gelap seolah-olah tinta hitam yang tak bisa dihapus. Dia mengangkat kedua tangannya ke pundak Rachel dan mendorongnya perlahan. "Kak Steven ... " kata Rachel bingung. "Kenapa kamu melakukan hal seperti ini?" tanya Steven kesal dengan nada dingin dan tatapan yang sangat menekan. "Apa?" "Kamu menemui direktur Harian Sanmara dan mengekspos berita pernikahan. Kenapa?" Diam-diam Rachel menghela napas lega, memeluk Steven lagi dan berkata, "Karena aku nggak sabar untuk menikahimu. Apa Kak Steven nggak ingin menikah denganku?" "Ingin, tapi bukan dengan cara seperti ini," kata Steven dengan ekspresi serius dan tak terlihat lembut seperti biasanya. "Kenapa nggak? Toh kamu sudah bercerai dengan Clara!" "Aku belum menyelesaikan prosedur perceraian dengannya, lagi pula kami menyetujui syarat dari Kakek, yakni kami akan resmi bercerai setelah ulang tahun beliau yang ke-80." Steven secara alami teringat kembali dan berkata, "Sebelumnya, dia masih menjadi istriku dalam nama. Kalau kamu membeberkan berita pernikahan kita sekarang, ketiga pihak akan terpengaruh, dan Kakek akan semakin nggak puas denganmu." Steven adalah pria yang lugas. Dia selalu mempertimbangkan pro dan kontra terlebih dahulu, serta kurang ekspresif semenjak kecil hingga dewasa. Satu-satunya kelembutan yang dia miliki diberikan pada Rachel, tetapi perkataannya masih terasa langsung menusuk ke hati. Namun, Steven mengira karena mereka adalah kekasih sejak kecil, jadi Rachel bisa memahaminya. Namun hasilnya, wanita ini sama sekali tidak bisa menangkap poin utamanya. Matanya memerah dan berkata, "Mempengaruhi ketiga pihak? Kak Steven, apa kamu melihat para netizen berkata Clara adalah orang ketiga dan kamu merasa nggak nyaman? Apa kamu merasa kasihan padanya?!" "Aku nggak kasihan. Hanya saja Clara bukanlah pihak ketiga. Masalah ini nggak seharusnya menjadi seperti ini." Steven mencubit alisnya untuk dipijat dengan ujung jarinya dan kepalanya terasa sakit. "Kenapa nggak? Jelas-jelas dia memang begitu!" Rachel sangat marah hingga menghentakkan kakinya dan suaranya terdengar tajam dan tipis sehingga membuat kepala Steven semakin sakit. "Kalau bukan karena dia, aku pasti sudah bersama denganmu sejak lama! Ini semua gara-gara dia masuk ke dalam kehidupan kita! Dia mengambil alih posisiku di sisimu selama tiga tahun penuh!" "Karena dengan Clara menjadi istriku selama tiga tahun tanpa nama aslinya lah yang baru membuat Kakek setuju. Tanpa dia, justru kita semakin nggak bisa bersama." Setelah Steven selesai berbicara, dadanya semakin berdebar. Ya, kalau bukan karena Clara meninggalkan Steven setelah tiga tahun, bagaimana Kakek bisa membiarkan Steven bisa bersama dengan Rachel? Wanita itu selalu menyambut duluan begitu Steven pulang dengan senyuman. Dialah yang membantu Steven untuk berganti pakaian, menghangatkan air panas untuk Steven mandi, dan mengurus semuanya tanpa suara. Wanita itu sama sekali tak pernah membuat Steven khawatir. Tanpa adanya perdebatan, perebutan, menangis, maupun keributan. Bahkan setelah menandatangani surat cerai dengan keluarga Octavian, wanita itu tak mengeluh sepatah kata pun. Walaupun Clara akhirnya memilih Rio dan tidak kembali lagi, dia sudah memenuhi tugasnya sebagai seorang istri dalam tiga tahun ini. Sebaliknya, Steven yang selalu menganggapnya sebagai alat dan hanya berharap tiga tahun cepat berlalu agar dirinya bisa bersama dengan orang yang dia inginkan. Kalau berbicara tentang utang, justru Steven-lah yang banyak berutang pada Clara. "Kak Steven, sekarang kamu ... sedang membahas tentang wanita itu?" Rachel terkesiap dan merasa sedikit kewalahan dengan pemikiran pria itu. "Nggak, aku hanya membahas masalah ini." Saat ini ponselnya berdering. Steven mengambil ponselnya dan tampak Kakek meneleponnya. Ekspresi gelisah tampak dari alisnya. Steven membuka pintu dan Felix berjaga di luar. "Felix, kirim banyak orang untuk melindungi dan mengantarkan Nona Rachel pulang." "Baik, Pak Steven." Kemudian, Felix memberi isyarat "silakan" pada Rachel. "Kak Steven! Aku nggak mau pulang ... Aku takut!" Air mata Rachel menggenang dan memegang tangan Steven dengan erat. "Nggak usah takut. Selama beberapa hari ini jangan menerima wawancara dari media. Selain itu, biar aku yang urus." Steven mengantarkan Rachel ke luar dengan tegas, lalu menutup pintu. Dia menahan rasa sakit di kepalanya dan menjawab telepon Kakek. "Kakek." "Steven! Beraninya kamu mengingkari janjimu padaku? Apa kamu segitu inginnya menikahi rubah itu?!" Hendrik meraung marah dan berkata, "Kalau kamu mau menikahi putri dari keluarga Liam, mulai detik ini, aku nggak akan pernah menganggap kamu cucuku!" "Kakek, itu berita yang dirilis oleh media. Nggak ada sangkut pautnya denganku." "Sepertinya putri dari keluarga Liam yang menerbitkannya! Karena dia melihat kamu tidak buru-buru menikahinya, jadi dia mengambil tindakan itu dan merilis berita itu terlebih dulu tanpa memberi tahu padamu!" "Bukan Rachel yang melakukannya. Kakek jangan salah paham tentangnya." Sakit di kepala Steven semakin parah. Dia melonggarkan simpul dasi di kerah bajunya, lalu perlahan bersandar ke dinding dan duduk di sofa. Steven merasa bersalah hingga membuat tenggorokannya sakit karena berbohong pada Kakek yang paling dia sayang. Namun, dia tak punya pilihan lain. "Aku nggak mengizinkan kamu menikahi Rachel! Aku mau kamu bersatu kembali dengan Clara!" Hendrik terlalu malas berbicara dan hanya mendukung pasangan Steven dan Clara. "Kek, ini adalah janji Kakek padaku. Setelah tiga tahun, aku boleh memilih." Keringat di dahi Steven mengucur deras dan napasnya tidak stabil. "Aku dan Clara sudah ... Nggak bisa bersama. Calon istriku hanyalah Rachel." "Oke ... Oke! Kamu memang anak bajingan yang buta. Aku akan menunggu di hari kamu kehilangan Clara, menangis, dan menyesalinya sebelum aku menutup mata!" Setelah selesai berbicara, Kakek langsung menutup teleponnya dengan kesal. Steven menghela napas berat dengan sedih. Dia menutupi kepalanya dan berjalan ke depan meja. Dia buru-buru mengeluarkan obat penghilang rasa sakit dan memakannya. Setelah mengantarkan Rachel pulang, kebetulan Felix melihat kejadian itu. Dia buru-buru mendekati Steven dengan cemas dan membantunya. "Pak Steven kenapa? Apa kepala Anda terasa sakit lagi?" "Nggak apa-apa," kata Steven sambil duduk perlahan. Dia menutup matanya dan memijat pelipisnya yang sakit. "Jangan terus-terusan minum obat pereda nyeri. Ingat dalam tiga tahun terakhir, Nyonya Clara memijat dan melakukan akupunktur pada Anda. Lalu, sakit di kepala Anda berkurang drastis. Kenapa bisa kambuh lagi?" Felix menghela napas khawatir dan berkata, "Kalau Nyonya Clara ada di sini, Anda pasti bisa baikan. Setiap Nyonya memberikan akupuntur pada Anda, Anda bisa tidur dengan nyenyak ... " "Jangan menyebut namanya lagi," seru Steven kesal dan merasa frustasi. "Oh ya, Pak Steven. Urusan yang Anda suruh ... Saya sudah menyuruh seseorang untuk menyelidikinya," ucap Felix dengan tatapan mata berkedip karena ragu untuk mengatakannya. "Katakan saja." "Orang di balik kedua akun resmi yang mengungkapkan berita skandal Nyonya Clara dan memberikan mereka bahan berita adalah ... Nona Rachel." Tiba-tiba Steven mengangkat matanya dan jantungnya berdegup kencang. "Apa kamu sudah menyelidikinya dengan benar? Mana mungkin?!" "Su, sudah diselidiki dengan benar. Bahkan sudah dikonfirmasikan berulang kali." Seolah-olah ada petir di atas kepala Felix, lalu dia berkata dengan suara berbisik, "Kalau nggak, mana bisa semuanya kebetulan seperti ini? Begitu berita pernikahan itu diumumkan, berita skandal lainnya ikut berdatangan. Bisa terlihat kalau semuanya sudah dipersiapkan dengan baik." Steven membeku beberapa saat. Kemudian, tubuhnya yang tinggi tegap terasa lemas dan sekujur sendinya terasa tidak tidak berdaya. "Rachel, kenapa dia bisa melakukan hal seperti ini ... " Steven tahu Rachel mencintainya dan peduli padanya. Dia juga tahu bahwa Rachel tak menyukai Clara, tetapi Rachel tak mungkin akan melakukan cara ini untuk melampiaskan amarahnya. "Urusi masalah ini dengan cara apa pun. Sebelum matahari terbenam, aku mau semua berita skandal di internet menghilang!" * Ketika Rachel kembali ke rumahnya, Pak David beserta istrinya dan Freddy berada di sana utk menyambut Rachel kembali dengan suka cita! "Wah, Adik! Jurusmu sungguh efektif!" Freddy merasa sangat senang sampai tak bisa menutup mulutnya dengan berkata, "Begitu kamu mengumumkan berita pernikahanmu dengan Pak Steven, masalah di Grup Liam langsung teratasi! Sekarang ada banyak hotel dan wisma yang memesan barang pada kita. Kita akan mendapatkan keuntungan besar!" "Anak yang baik! Kali ini kamu adalah pahlawan keluarga kita!" kata Pak David sambil memuji di sebelahnya. Sebelumnya, Hotel Grup Tanuwijaya tiba-tiba mengembalikan semua perlengkapan tempat tidur merek Ellie, anak perusahaan Grup Liam, dan membatalkan kerja sama secara permanen sehingga menimbulkan banyak keraguan di industri bisnis pada Grup Liam. Banyak hotel yang sudah terlanjur memesan pada merek ini pun membatalkan pemesanan mereka sehingga membuat banyak kerugian pada Grup Liam. Ayah dan anak ini begitu cemas, seolah-olah semut yang kepanasan di dalam panci. Jadi, Rachel mendapatkan ide untuk mengumumkan berita pernikahannya demi menyelamatkan bisnis keluarganya yang sedang kesulitan. Dan benar saja, hasilnya sangat signifikan. Dengan mengandalkan pohon uang dari Grup Octavian, mereka benar-benar mendapatkan banyak sumber daya keuangan yang melimpah! Namun, Rachel sama sekali tidak merasa senang. Wajahnya muram dan berkata, "Bisnis sudah terselamatkan, tapi apa kalian tahu berapa yang harus kubayar? Hari ini Kak Steven bertengkar denganku. Bahkan Kak Steven khawatir ... Kakek tua itu semakin membenciku!" "Apa yang kamu takutkan! Berapa tahun lagi pria tua bernama Hendrik itu bakal menemui ajalnya? Kita hanya perlu menunggu dia mati saja!" Freddy tersenyum jahat dan berkata, "Tunggu sampai Kakek tua itu mati. Bibi menahan Robert, kamu pegang Steven, dan seluruh keluarga Octavian akan berada di bawah kendali kita!" "Ya, Rachel." Nyonya Mira menghampiri dan membelai rambut Rachel. Matanya berkilat penuh nafsu dan berkata, "Selama Steven mencintaimu, Hendrik nggak akan bisa menghentikanmu untuk menikahi keluarga konglomerat. Bibi adalah contoh terbaik." Begitu mendengar perkataan Mira, Rachel pun merasa lega dan mengangguk penuh percaya diri. Kali ini, Rachel berkata bahwa dia akan menikah dengan keluarga Octavian dan menjadi istri CEO yang idam-idamkan orang!

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.