Berharga
Calisa masih setiap menatap punggung sang menantu. Hembusan nafas kasar lolos begitu saja.
Karena merasa lelah. Ia langsung berniat meninggalkan sang suami dan semua peralatan makan yang masih tertonggok di meja makan.
Dicky menatap istrinya tidak percaya. Biasanya, istrinya itu tidak seperti ini.
"Ma, apa Papa yang harus membereskan semuanya?" tanyanya hati-hati.
Langkah Calisa tertahan. Ia berbalik menatap sang suami yang memasang ekspresi tidak percaya.
Ia pun tersenyum cerah bak mentari. "Iya. Tolong, ya Sayangku," ucapnya manja sambil mengedipkan sebelah matanya.
Dicky yang sudah bucin dari dengan sosok istrinya itu langsung mengangguk patuh. Dia terpesona melihat senyuman sang istri.
Dengan cekatan, Dicky langsung membereskan semua peralatan makan malam. Sungguh malang nasibnya. Namun, ia tak merasa sedih. Malah merasa sangat bahagia mendapatkan senyuman dari Calisa tadi.
***
Calisa menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia merasa lelah. Hari sudah malam, tapi mereka harus pulang.
Seben
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link