Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8

Setelah mendengarkan ucapan Tommy itu, wajah Naomi langsung memucat. Dia membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, tetapi kata-katanya tersangkut di tenggorokannya. Akhirnya, dia hanya menundukkan kepalanya. Sisa binar harap dalam sorot tatapannya memudar. Tepat pada saat itu, si dokter kejiwaan datang lagi dan menanyakan terkait pengobatan psikis Naomi. Tommy merobek dokumen itu sambil berkata dengan dingin, "Nggak usah diobati. Dia itu cuma digerogoti rasa cembur dan nggak akan bisa sembuh." Atta juga langsung memerintahkan sekretarisnya untuk segera mengirim Naomi ke rumah lama. "Kalau kamu nggak bisa tinggal dengan Pauline, kalian pisah rumah saja! Mulai sekarang, kamu tinggal di rumah lama dan jangan pernah mendekatinya lagi!" Seorang perawat yang berada di samping buru-buru menghentikan Atta sambil berkata, "Pasien mengalami luka parah, jadi dia harus dirawat selama beberapa waktu di rumah sakit." Namun, Atta dan Tommy bersikap seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Mereka berbalik badan dan mendorong Pauline pergi sambil berkata dengan dingin. "Dia nggak usah dirawat segala di rumah sakit. Antar dia pergi sekarang, kami nggak ingin melihatnya lagi." Nada bicara yang tidak berperasaan itu justru membuat Naomi tersenyum dengan lega. Benar sekali, dia akan segera pergi. Dia tidak akan pernah bertemu mereka lagi. Setelah dikirim ke rumah lama, Naomi adalah satu-satunya orang yang tinggal di sana kecuali seorang pelayan yang bertugas mengantarkan makanan. Walaupun masih dalam kondisi terluka, Naomi tetap mengganti perbannya dan mengurus kehidupan sehari-harinya sendirian. Walaupun tubuhnya terasa sakit di mana-mana, entah kenapa hati Naomi justru terasa damai. Di saat dia punya waktu luang, dia pergi ke Kantor Imigrasi untuk mengambil surat imigrasinya. Setelah itu, dia mengemasi barang-barang yang pelayannya bawakan beberapa hari yang lalu. Waktu berusia 11 tahun, Naomi menghabiskan satu bulan untuk melipat ribuan burung bangau dari origami. Dia melakukan itu untuk membantu Atta bangkit kembali paska kehilangan adik kandungnya. Tulisan "Kakak pasti akan menemukan adik Kakak. Aku juga akan selalu menemani Kakak." tertera pada setiap burung bangau. Waktu berusia 16 tahun, Naomi menghabiskan liburan pertengahan tahun dengan bepergian bersama Tommy. Naomi mengambil ratusan foto dan menyimpannya dengan hati-hati, dia ingin mengenang kembali momen ini saat tua nanti. Saat lulus, mereka bertiga pergi ke kuil untuk membakar dupa dan berdoa. Mereka bertanya apakah Naomi akan selamanya bersama Atta dan Tommy untuk. Puluhan kali mereka menggoyangkan kotak keberuntungan karena jawaban yang keluar selalu bertuliskan "Sial". Namun, mereka menolak menyerah dan akhirnya mendapatkan jawaban yang bertuliskan "Beruntung" .... Naomi membuang semua hal yang berhubungan dengan kedua pria itu ke tong sampah. Saat berbalik badan, tiba-tiba dia melihat Atta dan Tommy. Jantung kedua pria itu sontak berhenti berdetak selama sepersekian detik saat melihat apa yang Naomi buang. "Kenapa kamu membuang semua barang ini?" "Ini 'kan barang-barang yang berharga! Kenapa nggak kamu simpan?" Jawaban yang Naomi berikan membuat ekspresi mereka berdua berubah. Hari ini, Atta dan Tommy datang ke rumah lama untuk bertanya kepada Naomi apakah Naomi sudah introspeksi diri. Jika Naomi bersedia meminta maaf kepada Pauline, mereka akan membeli vila lain di dekat tempat tinggal mereka agar Naomi bisa pindah tinggal di sana. Namun, reaksi Naomi saat ini membuat ekspresi Atta dan Tommy berubah menjadi dingin. "Apa kamu sama sekali nggak merasa salah dan harus minta maaf?" Lama sekali Naomi hanya balas menatap mereka berdua sebelum akhirnya balik bertanya, "Kalau begitu, tolong beri tahu aku kenapa aku harus minta maaf." Atta menarik napas dalam-dalam, lalu menyebutkan semua "kejahatan" yang Naomi perbuat selama ini. "Kamu mendorong Pauline sampai terjatuh ke bawah, melemparkannya ke kolam renang dan merampas tempatnya di Universitas Berkla ...." Setelah mendengarkan semuanya, ekspresi Naomi tetap terlihat datar. Dia hanya menyahut dengan acuh tak acuh. "Aku nggak akan minta maaf karena ada orang lain yang harusnya minta maaf untuk semua hal itu." Tommy pun mengernyit mendengar ucapan Naomi yang secara tersirat memfitnah Pauline. "Kalau kamu terus bersikap seperti ini, pernikahan kita akan ditunda sampai kamu meminta maaf!" Setelah itu, Atta dan Tommy berjalan pergi dengan marah. Sebelum pergi, mereka melemparkan sebuah paket ekspres besar dari dalam mobil. Naomi melangkah menghampiri. Ternyata itu paket berisi mayat bohongan yang dia beli. Setelah memeriksa dengan cermat, Naomi pun menghela napas lega ketika tidak menemukan tanda-tanda paket ini pernah dibongkar. Setelah langit menjadi gelap, dia mengemasi barang bawaannya dan melakukan tiga hal. Pertama, Naomi menghubungi pihak yang bertugas memasang layar besar di pusat kota. Dia mengirimkan kalungnya yang sudah dilengkapi dengan kamera kecil itu dan meminta pihak itu menyiarkan video dari kamera kalungnya tentang Pauline yang menyakiti, memfitnah dan mencemarkan nama baiknya secara berulang-ulang ke penjuru kota selama tiga hari tiga malam. Kedua, Naomi mengirimkan pesan kepada Tommy dan Atta. [Kalian mau aku minta maaf, 'kan? Aku sudah merekam video permintaan maafku yang tulus untuk Pauline, kalian akan segera melihatnya di pusat kota.] Ketiga, Naomi menghubungi maskapai penerbangan untuk membeli tiket pesawat. "Maaf, Nona Naomi, Nona mau pesan penerbangan yang mana?" Tepat saat Naomi hendak mengatakan "besok", dia tiba-tiba melihat Pauline. Pauline turun dari dalam mobil dengan hati-hati bersama sekelompok penjahat, lalu menuangkan puluhan jerigen berisi bensin di sekitar vila. Setelah menyadari apa yang hendak mereka lakukan, Naomi langsung bertanya tentang penerbangan malam ini. "Hanya sisa satu penerbangan ke Epora untuk malam ini dengan jam keberangkatan pukul 1 pagi. Apa Nona mau beli tiketnya?" Naomi langsung mengiakan dan memesan taksi. Sebelum Pauline bisa bertindak, Naomi segera meletakkan mayat bohongan itu di atas kasur. Saat vila mulai terbakar, Naomi keluar melalui pintu belakang sambil membawa kopernya dan masuk ke dalam taksi. Si sopir taksi sontak terbelalak ketakutan saat melihat kepulan asap tebal dari kaca spion. "Apa yang terbakar itu rumah Nona? Mau telepon polisi?" Naomi menggelengkan kepalanya sambil menjawab dengan datar. "Bukan kok, tolong antar aku ke bandara. Aku harus mengejar pesawat." Di bawah lampu jalan yang redup, taksi berwarna biru kehijauan itu pun melaju dengan kencang. Lalu, perlahan menghilang di balik kegelapan ….

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.