Bab 45
Windy pun merapikan kemejanya, lalu menoleh menatap Hendry.
Hendry hanya membiarkan ponselnya terus berdering. Dia tidak melirik ataupun mengambil ponselnya.
Hendry tidak mengangkat telepon dari Debby.
Sepertinya, ini juga kali pertama pria itu bersikap seperti ini.
Hendry pun bangkit berdiri, kakinya terlihat jenjang. Dia melepaskan jas hitam yang dia kenakan.
Hendry mengenakan kemeja putih di balik jasnya dan ada sebuah noda darah besar di bagian punggungnya. Windy sontak teringat akan cambukan Bu Aida ke punggung Hendry.
Cambukan itu melukai Hendry dengan begitu parah, tetapi pria satu itu benar-benar tangguh. Ekspresinya terlihat biasa saja.
Meskipun begitu, luka cambukan ini harus segera diobati atau bisa terinfeksi.
"Biar kuambil kotak obat dulu buat mengobati luka di punggungmu ... " kata Windy.
Hendry menoleh menatap Windy, lalu berujar sambil tersenyum kecil, "Bukannya tadi kamu mengabaikanku?"
Windy pun membungkuk dan mengeluarkan sebuah kotak obat. "Aku cuma nggak mau Nenek
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link