Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7

Jason mendekat dengan aura mendominasi. Di tengah tekanan kuat itu, Carla tanpa sadar mundur selangkah. "Bukan begitu." "Angkat kepalamu." Carla mencengkeram ujung baju di kedua sisi dengan gugup. Mendengar ucapan Jason, Carla pelan-pelan mendongakkan kepala. Akan tetapi, mata Carla yang jernih penuh rasa takut pada pria itu. Melihat sehelai rambut hitam menjuntai ke hidung mancung Carla, Jason menyibakkan rambut itu. "Carla, kamu tahu Kakak nggak senang kalau kamu berbohong." "Katakan dengan jujur!" seru Jason dengan tegas. Carla berkata dengan waswas, "Kakak akan punya keluarga sendiri sebentar lagi. Kakak juga hanya membesarkanku karena telah diselamatkan oleh ayahku .... Tapi, kita nggak punya ikatan darah. Secara logika dan etika, aku harus menjaga jarak denganmu." "Kakak ... kamu sudah cukup baik padaku selama bertahun-tahun ini." "Aku hanya nggak ingin berutang padamu lagi. Sebelum ini, aku kurang dewasa sehingga melakukan hal-hal ekstrem. Di rumah sakit waktu itu, aku sudah paham." "Kakak bukan orang biasa. Kakak punya kehidupan sendiri. Aku juga akan tumbuh dewasa dan meninggalkan Kakak. Sebenarnya, Kakak nggak perlu mengurusku lagi mulai sekarang. Aku sudah bisa menghidupi diriku sendiri." "Hari ini salahku, aku nggak seharusnya ikut Melisa tanpa beri tahu Kakak." "Kakak, aku nggak mencarinya .... Aku juga nggak pernah berpikir untuk mengganggu kalian." Sebelum terlahir kembali, Carla sama sekali nggak takut pada Jason. Carla bahkan bertindak semena-mena karena dimanjakan oleh Jason. Carla berani melakukan semua hal yang tak berani dilakukan oleh orang lain pada Jason. Carla bisa menyuruh Jason mengambilkan air, mencuci pakaian, menjemur pakaian .... Menyuruh Jason memasak .... Namun, sekarang sudah tidak bisa. Sejak Jason kembali ke Keluarga Wills di Kota Titus, Jason adalah pewaris dari Grup Cakrawala dan Keluarga Wills. Terakhir kali ... Jason juga mengatakan bahwa ke depannya ... Jason mungkin tidak akan mendatangi Carla lagi. Carla sangat sensitif dari kecil. Teringat akan segala sesuatu yang terjadi di kehidupan lampau, Carla mulai takut pada Jason dan tidak berani membangkang. Jason menatap lurus pada Carla dengan mata yang gelap dan wajah dingin. "Siapa yang mengajarimu untuk katakan ini?" Carla berterus terang, "Nggak ada yang katakan sesuatu padaku, aku sendiri yang sudah memikirkannya dengan matang." "Kita bukan saudara kandung, juga nggak punya darah yang sama." "Kakak juga sudah membalas budi atas penyelamatan ayahku." Jason memicingkan mata dengan agresif. "Carla, bagus kalau kamu sudah dewasa, tapi ... jangan ulangi kalimat ini lagi, oke?" "Jawab!" Carla merasakan kemarahan Jason sehingga bergegas mengangguk dan menjawab, "Aku ... aku tahu, Kakak!" Akan tetapi, Carla tidak mengerti mengapa Jason marah! Selama ini, Carla hanya membebani Jason. Bukankah lebih baik jika dia berpisah dengan Jason? Jason bisa menyibukkan urusannya dan tidak perlu mengkhawatirkan perasaan Carla .... Jason mengernyit dengan jengkel. Jason mengambil sup penghilang mabuk yang ditaruh di samping dan keluar kamar. Di depan pintu, Jason langsung minum sampai habis. Jason menoleh pada Carla dengan ekspresi mata yang tetap dingin. "Siapa pun itu, jangan dekat dengan pria mana pun. Fokus belajar!" Carla diam di tempat. Dia sangat ketakutan hari ini. Baru setelah Jason menutup pintu dan menghilang dari jangkauan pendengaran, tubuh Carla yang menegang menjadi rileks. Setelah keluar dari perumahan usang, Jason masuk ke kursi belakang mobil mewah Maybach. Jason memberi perintah dengan suara dingin, "Cari tahu informasi tentang Irvan Jonathan." Carlos menyahut, "Baik, Pak Jason." Jason langsung pergi ke sana setelah selesai bersosialisasi. Mungkin karena pengaruh alkohol dan sakit lambung, Jason bersandar di kursi dengan mata terpejam. "Siapa yang ketemu Carla belakangan ini?" Carlos menjawab, "Hanya Nona Melisa. Belakangan ini, Nona Carla selalu berangkat ke sekolah tepat waktu, nggak ada yang nggak beres." Tidak ada yang tidak beres? Sejak Carla mencoba untuk bunuh diri, tatapan Carla menjadi takut saat melihatnya. Dulu, Carla berani melakukan apa pun padanya. Carla memang sudah dewasa! Namun, Jason lebih ingin Carla tetap seperti dulu. Jason yang teliti jelas tahu ada yang tidak beres dengan Carla, tetapi ... tidak tahu apa yang tidak beres! Di Mansion Tilsa. Jason yang letih melepas jas hitam dan naik ke kamarnya di lantai dua. Begitu pintu dibuka, Jason mencium aroma manis yang membuat orang merasa enek, tidak terlalu enak dicium. Mendengar suara pintu dibuka, Melisa yang terkantuk-kantuk sambil menopang kepala dengan tangan langsung membuka mata. Dia beranjak dari kursi, berbalik badan menatap pria di depan pintu seraya tersenyum lembut. "Sudah pulang?" Selain itu, Melisa berpakaian dengan sangat seksi. Melisa memakai piama renda putih tanpa lengan, sepertinya tidak memakai pakaian dalam. Kain halus itu menempel erat pada tubuh Melisa sehingga menampakkan lekukan tubuhnya yang seksi. Di bawah pantulan cahaya lampu, kain putih itu menerawang dan tembus pandang, dapat dengan jelas melihat tubuh yang diimpikan oleh para pria. Melisa sangat ketat dalam menjaga postur tubuh yang sempurna, hanya untuk mendapatkan hati Jason. Keluarga Carson juga termasuk keluarga elite di Kota Titus dan memiliki aturan yang ketat. Dari kecil, Melisa dikekang oleh aturan keluarga. Muncul di kamar seorang pria larut malam adalah pelanggaran berat. Akan tetapi ... bagaimanapun, Melisa adalah calon nyonya rumah Mansion Tilsa. Ini juga pertama kalinya Melisa melakukan hal ekstrem semacam itu. Dengan wajah merah tersipu, Melisa maju dan meraih lengan Jason. "Jason, jangan marah, oke?" "Aku tahu aku melanggar batas hari ini, aku salah!" "Aku nggak seharusnya mencari Carla tanpa sepengetahuanmu." "Aku hanya berniat baik dan ingin memberimu kejutan. Dia adikmu. Aku pikir sudah lama kalian nggak bertemu, jadi aku mengajaknya makan bareng. Aku benar-benar nggak punya maksud lain. Jangan marah, oke?" Melisa dengan berani berdiri di depan Jason dan memeluk leher Jason dengan dua tangan. Melisa menggigit bibirnya dengan malu-malu. "Bukannya aku datang untuk minta maaf sekarang? Aku janji, aku nggak akan cari Carla lagi tanpa sepengetahuanmu." Jason dengan diam menyaksikan gerak-gerik Melisa, tetapi sama sekali tidak timbul hasrat pada wanita seksi itu. "Melisa, sudah malam sekarang, jangan main-main!" Melisa langsung merangkul pinggang Jason dan bersandar pada dada Jason. Melisa berkata dengan sedih, "Kamu sudah jadi tunanganku sekarang. Sejak tunangan, kamu nggak pernah sempat untuk menemaniku." "Jason, aku wanitamu ...." Sambil berkata, Melisa dengan berani meraih tangan Jason. "Jangan-jangan kamu nggak menginginkanku?" "Jason, aku benar-benar sangat mencintaimu." Carla menatap Jason dengan mata yang menawan. Lalu, Carla berjinjit dan perlahan mendekat ....

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.