Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6

Sepanjang malam, Stella meneleponku lebih dari tiga puluh kali. Melihat daftar panggilan tak terjawab itu, aku tak bisa menahan tawa. "Kalau kamu begitu ingin menyelamatkan Linda, kenapa nggak turun tangan sendiri?" gumamku. Sebagai seorang sahabat, bukankah mudah baginya untuk menghalangi? Namun, tak apa, itu bukan urusanku lagi. Di kehidupan ini, aku hanyalah seorang pengamat yang acuh tak acuh. Linda memiliki pilihannya sendiri. Sementara aku, aku akan membuatnya merasakan apa artinya kehilangan segalanya. Tanpa kusadari, aku mengepalkan tanganku. Aku pikir aku bisa tetap tenang. ... Keesokan paginya, aku melihat Linda dan Hans berjalan pulang berdua dengan wajah penuh kebahagiaan saat sarapan. Jelas mereka tidak pulang semalaman. Rambut Linda tampak sedikit berantakan. Dia juga masih memakai pakaian yang sama seperti kemarin. Dalam hati, aku hanya bisa tertawa sinis. Hotel Haryan? Kemarin Hans baru saja keluar dari sana bersama wanita lain. Mungkin kamar hotel tempat Hans membawa Linda adalah kamar yang baru saja dia gunakan bersama wanita lain. Betapa menjijikkannya. Kedua orang itu juga sepertinya melihatku. Hans tampak menghindar menatapku. Sementara Linda, dia menatapku dengan tatapan garang. Dia membisikkan sesuatu di telinga Hans, lalu Hans menariknya, buru-buru pergi melewati jalan lain. Melihat hal itu, aku hanya tersenyum simpul. Selama mereka tidak mengusikku, aku tidak akan peduli. Bagaimana hubungan mereka berkembang, sejauh mana mereka melangkah, itu urusan mereka, bukan urusanku. Setelah meninggalkan kampus, aku kembali menuju perusahaan. Naskah sudah hampir selesai direvisi. Proses pemilihan pemain juga berjalan dengan lancar. Hari ini, ada beberapa calon yang datang untuk audisi. Salah satu di antaranya adalah seorang gadis yang tampak sangat polos. "Halo, namaku Ratna. Nama lengkapku Ratna Sulisto," ujarnya memperkenalkan diri. "Apa kamu sudah membaca naskahnya?" "Sudah." Selama percakapan, gadis itu selalu sedikit menundukkan kepala. Wajahnya terlihat sangat anggun. "Baiklah, ayo kita mulai audisinya." Aku mengangguk pada sutradara yang berada di sampingku. Melihat ekspresi sutradara, dia juga tampak puas dengan penampilan gadis itu. Audisi pun segera dimulai. Ini adalah sebuah drama kampus remaja. Tidak sampai lima menit kemudian, seluruh ruangan riuh dengan tepuk tangan. "Luar biasa! Sungguh bagus. Wajah ini benar-benar seperti wajah cinta pertama yang ideal!" Bahkan penulis asli dari naskah itu juga memuji bahwa gadis ini persis seperti yang dia bayangkan ketika menulis karakternya. Ratna menundukkan kepalanya, tampaknya tidak berani menatapku. Sutradara mendekatiku untuk membisikkan beberapa kata. "Bagaimana menurutmu kalau kita pilih dia? Nanti malam aku akan aturkan pertemuan makan malam. Kita bisa minum sedikit bersama," ujar sang sutradara. Ketika mendengar hal itu, aku langsung mengerti maksud tersembunyinya. Di industri hiburan, memang ada banyak aturan tak terucap. Terlebih lagi untuk pendatang baru seperti Ratna. Menghadiri perjamuan makan malam seperti itu seringkali tak terhindarkan. Setelah makan malam, apa yang terjadi selanjutnya tergantung pada keinginanku. Aku menggelengkan kepala sambil berkata, "Nggak perlu, langsung beri dia kontrak saja." Sutradara itu tertegun. Dia masih menatapku dengan tatapan tak percaya. "Benar-benar nggak perlu aku aturkan?" tanya sutradara memastikan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.