Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 10

Setelah pesta ulang tahun Arin, reputasi Linda di kalangan keluarga terhormat sudah hancur. Yang harus kulakukan adalah membuatnya makin buruk. Beberapa orang di kalangan keluarga terhormat memang tahu tentang aib Linda, tapi orang-orang di kampus belum mengetahuinya. Selain itu, terakhir kali Hans membuat masalah denganku, dia juga memfitnahku sebagai pria bajingan di forum. Dendam ini harus dibalaskan! Aku akan membuat Hans tahu bahwa dia telah memprovokasi orang yang tidak seharusnya dia provokasi! Orang yang mengelola forum itu adalah seorang mahasiswa tahun ketiga. Namanya Eliyah Abadi. Dia adalah orang yang berbakat. Di masa depan, dia akan meniti karier di bidang hubungan masyarakat. Banyak selebriti yang terjerat skandal, berhasil dipulihkan namanya, serta menjadi bintang besar di tangannya. Aku mencarinya bukan hanya untuk menghancurkan Hans dan Linda, tapi yang lebih penting, aku ingin merekrutnya. Untuk menjadi bagian dari kekuatanku. "Kak Eliyah," panggilku. Aku duduk di tempat dekat jendela di kafe. Saat melihat Eliyah masuk, aku memanggil sambil melambaikan tangan. Eliyah berjalan dengan cepat ke arahku. "Dirga, ada apa kamu mencariku?" tanya Eliyah. Dia duduk dengan canggung, seolah-olah tidak berani menatapku. Aku mengangkat alis, lalu berkata, "Ada urusan sedikit. Kak Eliyah mau minum kopi jenis apa?" Dia masa depan, pria ini akan menjadi raja hubungan masyarakat yang mengendalikan hidup dan mati para bintang. Namun, saat ini sikapnya ternyata begitu pengecut? Bukan aku meremehkannya. Orang yang bisa mencapai kesuksesan besar, pasti memiliki aura yang unik. Aura mereka akan memengaruhi arah kesuksesan mereka di bidangnya. Jika seseorang di bidang hubungan masyarakat bersikap pengecut, bagaimana bisa dia membuat orang lain memercayainya? Eliyah tertawa canggung. "Aku, aku nggak suka minum kopi," jawabnya. Tangan yang dia letakkan di meja, tiba-tiba ditarik kembali. Aku tiba-tiba menyadari bahwa tangannya sepertinya ... terkena radang dingin. Di cuaca panas begini, bagaimana bisa tangannya terkena radang dingin? Namun, dia tidak ingin aku melihatnya. Jadi aku berpura-pura tidak tahu. "Kak Eliyah, aku ingin meminta bantuanmu," kataku. Aku menyerahkan sebuah amplop pada Eliyah. Dia membuka amplop itu. Di dalamnya, ada banyak foto-foto Hans. Bedanya, di samping Hans ada banyak wanita dengan berbagai ukuran tubuh. Aku menatap Eliyah dengan saksama saat pandangan matanya melihat foto-foto itu. Pupil matanya tampak sedikit menyusut. "Dirga, apa maksudnya ini?" tanya Eliyah sambil mengerutkan kening. Sebelum aku sempat berbicara, Eliyah tiba-tiba berdiri. Dia dengan tegas menolak. "Maaf Dirga, memata-matai orang lain itu ilegal. Aku nggak mungkin melakukan kesalahan bersamamu." Sambil berbicara, dia bersiap untuk pergi. "Tunggu," kataku. Aku menghentikan Eliyah. "Kak Eliyah, dunia ini nggak hanya hitam dan putih. Hukum hanyalah batas terendah. Tapi banyak hal yang nggak bisa diatur oleh hukum, hanya bisa diatur oleh pengendalian moral." "Beberapa orang nggak memiliki moral, mengapa kita harus membiarkan mereka berbuat sesuka hati, hingga merugikan lebih banyak orang?" tanyaku. Aku pikir siapa pun yang mendengar kata-kataku ini akan setuju. Pada saat yang sama, aku bisa melihat bahwa Eliyah sedang sangat kekurangan uang. Radang dingin di tangannya itu adalah buktinya. Namun, entah apa yang salah, Eliyah tetap tidak setuju. Dia berhenti mendengarkan perkataanku, lalu pergi dengan langkah cepat. Aku bersandar di sofa, menyesap sedikit kopi yang pahit tapi harum di depanku. Ini menarik. Orang yang berbicara soal keadilan, tidak mengejar keadilan. Orang yang berjuang untuk hidup, tidak meraih kesempatan yang ada. Ini hanya berarti satu hal. Ada seseorang yang lebih penting baginya. Kehadiran orang itu membatasi niat hatinya. Aku melihat ke arah beberapa wanita di foto itu. Siapa kira-kira itu? Aku meminta seseorang untuk menyelidiki Eliyah. Pada saat yang sama, aku menyuruh anak buahku secara anonim memposting sebuah artikel. Sementara untuk judulnya .... "Beberapa hal tentang Hans dan pacarnya." Ini hanyalah langkah awal. Nanti aku akan mengungkap kabar kehamilan Linda. Pada saat itu, aku bertanya-tanya apakah Hans akan dikeluarkan dari kampus atau tidak. Aku kembali ke asrama dengan suasana hati yang sangat baik. Teman-teman di asrama sudah menungguku di kamar. Saat melihatku, Fredi Anjani si ketua kamar asrama, tampak sangat gelisah. "Dirga, akhirnya kamu kembali. Ada masalah besar!" ujar Fredi.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.