Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6 Wanita Tidak Tahu Malu

Hans baru saja menyalakan mobil saat dia menyadari Isabell muncul di depan mobil seperti hantu. Alasan mengapa "seperti hantu" karena Isabell memakai riasan tebal yang sebelumnya. Setelah bermain di ranjang semalaman, riasan tebal itu kini luntur. Menyisakan garis-garis hitam merembes di bawah lingkar matanya. Sejujurnya, Isabell memiliki penampilan menarik. Tingginya 168 cm dan tubuhnya ramping. Dia terlihat makin cantik dan berkaki jenjang saat mengenakan sepatu hak tinggi. Sayangnya, saat melihatnya lagi sekarang Hans hanya rasa muak. Stella juga melihat wanita di depan mobil. Saat dia hendak menurunkan jendela untuk bicara, wanita itu tiba-tiba berkacak pinggang dan menuding ke arah Hans. "Hans, keluar." Sikapnya sangat sok, bagai wanita yang memergoki suaminya berselingkuh! Dia juga memelototi tajam ke arah Stella. Stella heran, dia langsung melirik Hans, lalu melirik wanita yang berkacak pinggang di depan mobil. Senyuman tanpa kata tersungging pada bibirnya. Akan tetapi, Hans tiba-tiba menekan klakson. Bunyi klakson itu sangat keras, sampai Isabell kaget dan menutupi telinganya. "Hans, kamu pamer sekarang? Aku masih bersedia beri kesempatan buat kita. Turun sekarang atau kamu nggak bakal melihatku lagi seumur hidup." Isabell benar-benar naif, dia berpikir hubungan mereka belum berakhir. Tentu saja, ini sudah jadi makanan basi antara Hans dan Isabell. Selama beberapa tahun mereka pacaran, Isabell sering mengancam putus. Kemudian Hans hanya bisa membujuknya dengan berbagai cara. Setelah dibujuk, barulah Isabell mau melepas ancamannya dengan berat hati. Rutinitas ini lambat laun menjadi kebiasaan. Isabell bahkan berpikiran mereka hanya akan putus jika dirinya yang minta putus. Meski semalam melakukan kesalahan, Isabell hanya perlu mengaku salah dan minta dimaklumi! "Turun aja dulu, bujuk pacarmu." Stella berbisik. Hans menarik napas dalam-dalam dan memberi Stella tatapan menyesal . "Kak, kami sudah putus semalam, aku ..." "Putus semalam?" Stella tertegun, lalu menoleh pada Isabell di depan mobil. Pada leher wanita itu tampak bekas yang kelihatan masih baru. Jika mereka berdua putus tadi malam, bekas itu jelas bukan dibuat oleh Hans. Stella berpikir sejenak. "Dia berbuat kesalahan fatal?" Stella juga sudah berpengalaman, jadi dia sudah bisa menebak. Tangan Hans agak gemetar saat dia menjawab. "Dia selingkuh. Aku memergokinya tadi malam." Membahasnya lagi membuat darahnya mendidih. Stella terdiam. Wanita ini dipergoki selingkuh oleh pacarnya, tetapi mengapa tingkahnya masih arogan? Mengapa dia bisa begitu percaya diri? Stella memandang Hans yang tangannya gemetar dan menggigit bibir karena marah. Tiba-tiba, Stella menarik napas dalam-dalam dan keluar dari mobil! Hans mematung saat melihat Stella keluar. Dia tidak mengira Isabell tidak punya urat malu dan masih punya muka untuk mencarinya ke sini. Karena itulah, pikiran Hans kosong saking marahnya setelah melihat Isabell. Dia tidak tahu bagaimana harus menghadapinya. Hans tidak terbiasa memukul wanita, meski Isabell pantas untuk dipukul. Dia bahkan ingin membunuhnya tadi malam. Namun, keinginan gila itu telah sirna. Hans sudah tenang sekarang dan setelah memikirkan kembali, dia merasa sangat konyol! Tidak ada gunanya mengorbankan kehidupan untuk membunuh wanita semacam dia. Namun, Hans tetap tidak ingin Isabell salah paham tentang Stella. Wanita gila itu mungkin akan mencercanya dengan kata-kata yang tidak senonoh. Lamunan Hans buyar, Stella menghampiri Isabell dan sekonyong-konyong menampar wajahnya! "Kamu ... beraninya menamparku? Kamu perebut pacar orang, berani-beraninya menampar wajahku?" Isabell naik pitam. Beraninya wanita ini menamparnya? "Tamparan ini untuk Hans!" Stella langsung mengangkat tangan dan menampar sekali lagi! Plak! Tamparan itu memekakkan telinga. Isabell sampai terhuyung-huyung dan terjatuh ke tanah. "Tamparan karena kamu memanggilku perebut pacar orang." Stella dengan tatapan dingin menambahkan. "Wanita hina sepertimu nggak pantas mendapatkan Hans." "Mulai sekarang, Hans milikku. Kupatahin kakimu kalau berani mendatanginya lagi." "Pergi, menjauh darinya!" "Kamu ... lawan aku kalau berani!" Kemarahan Isabell memuncak. Dia menerjang dan hendak mencakar Stella. Namun, saat dia baru melompat, Stella menendangnya menggunakan hak tinggi sepatunya yang tajam dan keras. Isabell hanya bisa menutupi perutnya dan tidak mampu berdiri. Stella menatapnya sambil mengangkat dagu. Senyuman pada sudut mulutnya terlihat menghina. "Aku sudah sering lihat wanita nggak tahu malu sepertimu. Singkirkan rasa sombong dan nggak kenal takut. Bagiku kotoranmu bahkan lebih busuk daripada belatung di jamban!" "Tunggu, jangan pergi kalau berani! Aku bakal membuatmu menyesal sudah menyakitiku!" Isabell buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menelepon suatu nomor. Stella sebenarnya ingin kembali ke mobil dan pergi, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat Isabell menelepon seseorang. Hans juga keluar dari mobil. Dia sudah tidak emosional sekarang. Dia tahu Stella memberi pelajaran pada Isabell. Sebagai pria Hans tidak bisa memukul wanita. Sementara itu, Stella adalah wanita, jadi tidak masalah jika memukul wanita. "David, aku dipukuli ..." Isabell bicara di telepon dengan nada centil yang dibuat-buat. "Ah, tadi kamu masih tidur, jadi aku pulang dulu ambil barang-barang, terus aku bakal kembali ke hotel lagi menemanimu. Sebentar aja dan kamu bisa melihatku waktu kamu bangun." "Tapi ... tapi aku dipukul Hans di depan apartemenku. Dia sengaja cari wanita lain untuk membuatku marah ..." "Benar, benar, itu alamatnya ... ya, Papa. Oke, Papa ..." "Papa, aku menunggumu." Isabell selesai bicara dan menutup teleponnya. Dia tidak kunjung berdiri dan terus duduk di depan mobil. "Jangan pergi kalau berani. Aku mau lihat gimana kalian berdua dihabisi," ucapnya dengan kejam. Isabell menatap Hans dengan tatapan dingin. "Hans, mungkin ada salah paham di antara kita, ayo kita selesaikan dulu." "Aku memang melakukan kesalahan kecil tadi malam, tapi itu bukan apa-apa. Hatiku masih bersamamu." "Aku sudah serahin empat tahun masa mudaku padamu, tapi apa yang kamu berikan selama empat tahun ini?" "Kulkas bekas dan ranjang dari besi?" "Kalau bukan karena cinta, mana mungkin aku tetap menemanimu selama empat tahun?" "Aku cuma melakukan kesalahan kecil tadi malam, sedangkan kamu? Bukankah kamu juga melakukan kesalahan sekarang?" "Jangan bilang kalian baru bertemu. Aku lihat kalian turun bersama dari lantai atas." "Hans, aku nggak sangka laki-laki baik sepertimu bisa gelap mata karena dirayu wanita kaya." "Jadi, kita impas sekarang!" "Aku selingkuh duluan, tapi kamu juga selingkuh sekarang." "Kita impas!" "Aku juga sadar kita mungkin nggak bisa kembali kayak dulu, jadi aku rela kalau kamu mau putus. Tapi aku minta kompensasi atas hilangnya empat tahun masa mudaku. Aku cuma minta sedikit, paling 800 juta aja. Kalau nggak mau, aku nggak segan berpaling dan putus kontak darimu." Hans langsung tertawa karena marah. Tidak salah jika ada yang menghindari orang yang pandai berakting saat mencari teman atau pasangan. Orang seperti Isabell inilah penyebabnya. Dia contoh yang sangat nyata! Stella yang mengamati saja merasa sangat risi. Namun, ponselnya tiba-tiba berdering dan dia menuju ke belakang mobil untuk mengangkat. Pada saat yang sama, dua mobil sport Lamborghini putih dan Mustang kuning melaju kencang dari kejauhan. Kemudian, kedua mobil itu berhenti dan David bergegas turun. Dari mobil yang satunya, dua orang pemuda keluar membawa tongkat bisbol. "Siapa yang berani-beraninya memukul wanitaku. Sudah bosan hidup, ya?" David berlari menghampiri Hans dan hendak memukul. Untungnya, Stella sudah selesai bicara di telepon dan berbalik tepat waktu. "Kukira siapa, ternyata putra bungsu keluarga Yunanda? Ayo, pukul Hans kalau berani."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.