Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 1 Satpam yang Malang

Malam hari di Kota Jemara. Pada pukul sepuluh malam, desahan yang berbaur dengan umpatan terdengar di ruang pribadi Rumah Judi Maharaja yang terletak Jalan Lingkar Barat Safir. Saking kerasnya musik dalam ruangan, suara desahan terdengar sayup. Pada saat yang sama, pria besar setinggi 180-an mondar-mandir sambil menggerutu di luar ruang pribadi rumah judi. Wajahnya tampak muram. Pria itu bernama Hans Jordi. Dia bekerja sebagai satpam di bar yang berjarak 500 meter dari rumah judi. "Mana mungkin! Isabell setia padaku. Dia bukan orang macam itu ... dia pasti cuma bercanda." Hans berpikir keras. Berulang kali dia hendak membuka pintu rumah judi, tetapi dia kembali menarik tangannya sebelum sempat meraih gagang pintu. Satu jam yang lalu, Aldo, satpam Rumah Judi Maharaja mengiriminya pesan. Katanya, dia melihat Isabell memasuki ruang pribadi Rumah Judi Maharaja! Padahal, Isabell jelas-jelas mengabari Hans bahwa dirinya lembur di kantor malam ini! Hans tidak memercayai perkataan Aldo dan mengomelinya. Hans pun menghubungi Isabell setelah memarahi Aldo, tetapi Isabell tidak kunjung mengangkat ponselnya. Hans jadi panik, bahkan sampai menghubungi kantor Isabell untuk mencari tahu. Mereka bilang ruang kantor tempat Isabell bekerja sudah lama dikunci. Malam ini tidak ada lembur! Kini Hans benar-benar kebingungan. Hatinya dilanda pergulatan hebat. Dia tidak tahu apa yang akan dilihatnya di balik pintu rumah judi. Namun, dia sangat yakin bahwa Isabell adalah wanita baik-baik ... "Mustahil kalau orang itu Isabell. Sama sekali bukan, aku yang paling kenal dia. Aldo cuma salah lihat, nggak ada Isabell di sini!" Hans menarik napas dalam-dalam untuk menyemangati diri. Akhirnya, dia menjulurkan tangan dan mendorong pintu di depannya. Hans memutuskan jika tidak menemukan Isabell di balik pintu, dia akan segera melupakannya dan pulang. Tidak akan pernah meragukan Isabell lagi. Setiap hubungan perlu kesetiaan dan kepercayaan. Mana bisa pasangan hidup bersama hingga tua jika tidak saling percaya? Pintu rumah judi perlahan terbuka. Hans mendengar desahan penuh gairah yang tidak asing. "Papa ... Papa ..." Mendengar suara itu, Hans mengamati dengan cermat ke penjuru ruangan yang remang-remang. Lalu, dia mendapati wanita tinggi dan langsing dengan rambut kucir dua sedang berlutut di sofa bermain peran! Mulutnya terus mendesah kata-kata yang tidak senonoh. Wanita itu Isabell, tidak salah lagi! Wajah Hans seketika pucat pasi, kakinya lemas dan bibirnya gemetaran. Kejadian di depannya membuat telinganya berdengung dan darah mengalir deras ke kepalanya! Tanpa pikir panjang, dia langsung menghampiri pasangan pria dan wanita itu. Hans mengambil sebuah botol anggur di meja dan untuk menghajar pasangan selingkuh ini. Meski sadar bahwa membunuh adalah tindakan kriminal, tidak ada yang bisa menghentikannya! Seseorang tidak layak disebut sebagai pemuda jika tidak punya jiwa yang membara. Apa lagi, Hans sekarang dikhianati! Pria dan wanita itu tersentak saat Hans tiba-tiba masuk. Isabell yang tadi masih menggeliat dan mendesah langsung mematung. Dia langsung mengenali Hans begitu pria itu menerebos. Wajahnya yang merona merah memucat dalam sekejap. Dia buru-buru melambaikan tangan ke arah Hans, mengisyaratkannya untuk keluar. "Hans, kenapa kamu di sini? Taruh botol itu, buruan keluar ..." Akan tetapi, Hans telah terbakar amarah hingga gelap mata. Dia bahkan belum pernah mendengar Isabell mendesah. Saat ini Hans hanya ingin membunuh kedua keparat ini! Namun, saat dia bergegas menghampiri, bayangan seseorang berkelebat di depan matanya, sebelum akhirnya perutnya menerima tendangan. Orang itu tadi duduk di pojok ruangan. Karena mata Hans terpaku pada kedua keparat itu, dia tidak memperhatikan ternyata ada orang lain di sini. Ketika dia refleks membungkuk, sebuah botol anggur melayang dan menghantam tepat di dahinya. Darah segar yang panas mengucur keluar dari dahi Hans. Matanya berkunang-kunang dan dia ambruk ke lantai dalam posisi terlentang. "Berani ganggu waktuku bersenang-senang? Sialan, kutendang kamu sampai mati." Pria yang bermain peran dengan Isabell menendang kepala Hans keras-keras. "Berhenti! Mau kalian apakan dia?" Kebetulan, satpam Aldo ikut masuk ruangan. Setelah mendorong paksa si penyerang, dia merangkul Hans dan membantunya berdiri. Wajah Hans berlumuran darah dan serpihan kaca kecil menancap pada mukanya, membuatnya tampak mengerikan. Sementara itu, para satpam lain bergegas masuk dan segera mendinginkan suasana. "Ada apa ini? Kalian satpam Maharaja mau memukuli tamu?" Pria yang menendang Hans berteriak sambil mengenakan celananya. "Mana Nicolas? Suruh dia ke sini." Isabell juga cepat-cepat berpakaian lantaran merasa malu. "Rupanya David, putra dari keluarga Yunanda, ya? Aku dengar suaramu dari lorong." Seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian lengan pendek berjalan memasuki ruangan. Pria itu kini sudah berpakaian. Dia menyalakan rokok dari saku dan mengisapnya dalam-dalam, lalu menuding ke arah Hans. "Apa-apaan ini? Aku sedang senang-senang, tapi tiba-tiba si bangsat ini masuk menyerangku. Grup Purnama sudah tidak ingin mengelola Maharaja?" "David, tenang sebentar." Nicolas Purnama mengerutkan kening melihat Hans yang berdarah-darah, lalu menoleh pada Aldo. "Apa yang terjadi? Dari mana orang ini?" Aldo melirik Isabell, kemudian menjawab dengan penuh hormat. "Pak Nicolas, dia pacar perempuan ini." Isabell ketakutan. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetaran saking takutnya. "Berengsek, aku nggak peduli siapa dia. Intinya aku nggak terima dia menggangguku." David bicara dengan santai sambil menyilangkan kaki. Nicolas mengerti kejadiannya. David meniduri pacar orang, lalu ketahuan oleh pacar si perempuan. Bukannya meminta maaf, David malah balik memukul. Nicolas merasa lelah. Anak yang dipukuli ini cukup sial. David berasal dari keluarga yang berkuasa, Nicolas pun bahkan takut melawan mereka ... "David, dia sudah kamu omeli dan beri pelajaran. Bagaimana kalau hari ini aku gratiskan?" "Sialan. Menurutmu, aku kekurangan uang?" umpat David. Mungkin kesabarannya sudah habis, David menghampiri Hans dengan langkah tegap dan mengutuk. "Bangsat, kenapa kamu nggak tanya siapa aku? Beraninya kamu menyerangku? Aku bakal tiduri pacarmu hari ini dan seterusnya. Kamu bisa apa?" "Kubunuh kamu!" Hans meronta-ronta hendak menyerang David. Namun, Aldo menahannya erat-erat dan tidak melepaskannya. "Haha, bunuh aku? Memang punya nyali? Dasar bodoh!" David mengumpat, lalu berbalik pada Isabell dan berkata, "Ayo, kita lanjutkan permainan kita di hotel." Isabell, Nicolas, Aldo, dan yang lainnya tercengang. Meski begitu, tidak ada yang mengatakan apa-apa. Hans menatap Isabell dengan pandangan kosong. Isabell tidak berani menatap Hans. Dia hanya diam, meraih tas yang baru dibelinya dan menghampiri David! "Haha." David membusungkan dada penuh kemenangan sambil menatap Hans dengan hina. "Aku tahu siapa kamu. Kamu cuma satpam nggak berguna, 'kan? Sedikit uang yang kamu hasilkan setiap bulan bahkan nggak cukup buat kuhabiskan dalam semalam." "Dengar baik-baik. Isabell sekarang adalah milikku. Kalau kamu ganggu dia lagi, aku patahin kakimu!"
Previous Chapter
1/100Next Chapter

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.