Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 13 Pembunuhan

Harlan punya selera humor yang kejam. Setelah mendapati bahwa Stella memedulikan Hans, dia jadi penasaran pada pemuda penerobos itu dan memerintahkan bawahannya Cadas untuk menangkap Hans demi mempermalukan Stella di depannya. Stella mengerti maksud Harlan. Dia yang tadinya hanya diam mulai menangis dan berontak. "Hans, dasar keparat! Aku nggak butuh bantuanmu, cepat pergi dari sini!" Namun, Hans tidak menghiraukan ucapannya. Dia menggenggam erat belati bermata tiga sambil menarik napas dalam. Hans sadar tidak boleh panik dan gegabah kareba bisa fatal akibatnya. Mayat para pelayan yang tergeletak di lantai adalah buktinya. Walaupun Hans hanya satpam biasa tanpa kemampuan khusus. Sekarang dia punya kemampuan super yang akan menjadi kartu AS-nya. Hans mengamati sekeliling Paviliun Merak, lalu matanya tertuju pada pisau buah di piring dekat kursi malas. Suatu ide seketika terlintas di benaknya. Belati bermata tiga terlalu berat untuk digerakkan dengan kemampuan pikirannya, tetapi pisau buah kecil itu bukan masalah. Jadi, pisau buah kecil itu adalah senjata terbaik untuk menyerang. Cadas di hadapan Hans tertawa saat mendapati pisau yang digenggamnya. "Kamu bisa gunakan pisaunya, Nak? Mau kuajari caranya?" Dia menghampiri Hans tanpa takut bahwa Hans akan menyerangnya. Hans secara refleks mundur dua langkah. Namun, dia langsung berhenti saat Cadas menyeringai sinis. Dia mengarahkan belati ke arah Cadas. "Berhenti, jangan dekat-dekat atau aku nggak bakal segan." "Aku mau tahu gimana saat kamu nggak segan." Cadas menyeringai sambil mendekati Hans. Jika Hans mundur lagi, dia akan keluar ruangan. "Hahaha …" Harlan dan yang lain tertawa terbahak-bahak. Pemuda itu menerobos dengan percaya diri, tetapi sekarang nyalinya malah menciut. Mereka tidak bisa menahan tawa. Harlan tanpa basa-basi berkata, "Kayaknya anak ini bisanya omong doang. Lucky, robek bajunya Stella. Kita beri rangsangan sedikit pada anak ini, ya?" "Baik!" Begitu diperintahkan, seorang pria berbaju hitam menghampiri Stella dan menarik stoking hitamnya dengan keras. "Kubunuh kamu!" Seperti yang diharapkan, Hans pun terpancing. Urat pada dahinya menegang dan dia mengayunkan belatinya ke arah Cadas! Namun, saat belati segitiga itu baru setengah diayunkan, Cadas bergerak lebih cepat dan menangkisnya dengan keras. "Klang!" Hans merasakan tangannya mati rasa, belati bermata tiganya lepas dari genggaman dan terlempar ke udara. Cadas sangat kuat. Sebelum Hans sempat bereaksi, Cadas langsung mengayunkan pisaunya ke pipi kanan Hans. Jika belati bermata tiga mengenainya, tulang pipi Hans bisa patah. Untungnya, Hans langsung bereaksi. Saat pisau itu hampir mengenainya, dia melentingkan kepala ke belakang, lalu menendang Cadas. Namun, seolah sudah menduga tindakan Hans, Cadas tidak menghindar. Dia malah sengaja membusungkan dada ke depan! "Brak!" Hans menendang dada Cadas sekuat tenaga, tetapi tubuh Cadas sekeras baja. Tendangan itu tidak membuat Cadas bergerak sedikit pun. Hans coba menarik kembali kakinya, tetapi sudah terlebih dahulu dicengkeram Cadas. Cadas menyeringai, lalu mengayunkan belati bermata tiga ke betis Hans. Hans ketakutan setengah mati. Secara naluriah dia melirik lagi ke pisau buah di meja. Dalam sekejap, pisau buah melesat ke udara secepat kilat menembus kerumunan orang. "Wus!" Pisau buah itu menancap di bagian belakang kepala Cadas. Lengan Cadas yang mengayunkan belati bermata tiga langsung berhenti. Stella melihat jelas seluruh kejadian tersebut. Karena dia tergantung di udara, pisau buah itu tidak jauh darinya. Namun, orang lain yang membelakangi pisau buah heran bagaimana pisau itu terbang sendiri dan menancap di kepala Cadas. Stella menganga, mulut kecilnya yang seksi saat ini terbuka lebar. Sebenarnya, dia benar-benar bingung. Harlan dan yang lain juga tertegun sejenak, tetapi mereka langsung berbalik dan mengepung Harlan lagi. Ternyata ada orang yang sembunyi di belakang mereka. Orang itu tadi tiba-tiba melempar pisau ke belakang kepala Cadas. Saat itu juga, Cadas terjengkang ke belakang dengan keras. Hans mendarat dan segera berguling, lalu langsung mencabut pisau buah dari belakang kepala Cadas. "Tes!" Setetes darah segar mengalir dari kepalanya. Hans menahan rasa mual dan buru-buru melempar pisau buah itu. "Wus!" Pisau buah mengenai tali yang mengikat tangan Stella. Pisau itu hampir menyentuh kulit pergelangan tangan Stella, tetapi hanya memotong talinya tanpa melukai kulitnya. "Buk!" Stella jatuh ke tanah. Hans segera berlari melewati kerumunan orang yang mematung untuk menyelamatkan Stella. Keadaan Stella terlihat mengenaskan. Bajunya dilucuti, celananya robek, dan stoking hitamnya melorot sampai lutut. Namun, sekarang sepertinya dia lupa akan rasa malunya dan malah menatap Hans dengan bingung. Sementara itu, Hans tidak berpikiran kotor. Dia segera melepas pakaiannya dan menutupi tubuh Stella. "Jangan takut. Semua bakal baik-baik aja." Hans menepuk punggung Stella lembut, seperti menenangkan anak kecil. Hans menunjukkan tanggung jawabnya, kejantanan sejati yang dia miliki! Seorang pria harus berpenampilan seperti pria, berpikiran seperti pria, dan bersikap seperti pria. Pria sejati harus teguh dengan keberanian dan martabatnya. Saat ini Hans menunjukkan keberaniannya. Hati Stella penuh dengan kehangatan. Dia belum pernah merasa senyaman ini. Dia harap momen ini abadi, seakan waktu berhenti di situ saja. Selama ini, dia dikenal sebagai wanita yang kuat dan mandiri. Dia selalu menangani sesuatunya sendiri, bahkan lebih tangguh dari pria. Namun, siapa yang tahu seberat apa beban di pundakanya? Siapa yang tahu bahwa Stella juga wanita yang butuh lindungan dan kasih sayang pria? Dia mencium wangi tubuh Hans. Baunya berbeda dari bau rokok atau keringat pria lain, benar-benar lain. Wangi yang menyegarkan. "Sialan, berainya main-main padaku! Habisi mereka semua!" Harlan langsung naik pitam. Dia tidak tahu apa yang terjadi karena tidak melihat pisau buah itu terbang sendiri. Ketika melihat Hans menyelamatkan Stella, dia langsung memerintahkan para pembunuh untuk menghabisi Hans dan Stella.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.