Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7

Buku medis kuno ini adalah harta berharga yang setiap halamannya tidak ternilai! Ophelia menemukannya ketika dia berusia sepuluh tahun. Saat itu, halaman depannya sudah sangat pudar. Hanya isi buku yang sulit dipahami dan diagram akupunktur yang samar-samar terbaca. Kala itu, dia begitu tenggelam dalam buku medis ini hingga lupa menyiapkan makan malam. Akibatnya, dia dijewer dan dipukul oleh Tony. Marin juga merampas buku itu dan langsung melemparnya ke dalam api. Ophelia yang dipukuli dan selesai memasak lantas diusir oleh Dennis sebagai hukuman karena membuat mereka kelaparan. Suhu di malam musim dingin itu minus dua derajat. Ophelia meringkuk di bawah atap dan hampir mati kedinginan. Ketika dia hampir pingsan, buku medis yang telah dihafalnya muncul seolah-olah hidup di kepalanya. Ophelia mencoba mempraktikkannya sedikit demi sedikit, lalu terkejut saat mendapati dirinya bisa melakukan akupunktur dan memeriksa denyut nadinya. Sejak itu, Ophelia selalu bermeditasi setiap kali dia punya waktu luang. Dengan bermeditasi selama delapan tahun, dia telah memahami sepenuhnya isi buku medis itu. Ophelia memejamkan mata dan mengkaji ulang teknik akupunktur selama beberapa kali. Setelah hari menginjak subuh, dia baru tidur. Pukul enam keesokan paginya. Ophelia sudah terjaga saat langit baru terang. Setelah bangun, Ophelia melipat selimutnya dengan rapi. Kemudian, dia terpaku memandang selimut itu. Di kehidupan lalu, Mia pura-pura mati dengan terjun ke laut. Alhasil, Ophelia dituduh menjadi pembunuh dan dijebloskan ke penjara oleh tunangannya sendiri, Logan. Hanya berbekal kalimat "jaga dia dengan baik", dia disiksa sedemikian rupa. Memorinya selama empat tahun di penjara masih teringat jelas. Saat itu, dia begitu terhina, tersiksa, dan sakit hati. Dia meminta pertolongan dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak menjawabnya. Ophelia tiba-tiba menarik selimutnya dari ranjang. Ini bukan masa lalu, tidak ada masa lalu. Dia bukan lagi domba yang menunggu untuk disembelih! Di kehidupan ini, dialah yang akan menentukan jalan takdirnya. Tidak ada pengecualian! Setelah menenangkan emosinya, Ophelia turun ke lantai bawah. Saat ini masih pagi, Andy dan Paula belum bangun. Hanya ada pembantu yang sibuk menyiapkan sarapan dan bersih-bersih di lantai bawah. Saat melihat Ophelia, para pembantu itu saling memandang, lalu sedikit membungkuk dan menyapanya dengan sopan, "Selamat pagi, Nona." Ophelia mengangguk sebagai balasan. Tepat ketika dia hendak pergi, dia menyadari salah satu pembantu muda memutar bola matanya sambil mengejek, "Huh! Bebek liar mau jadi angsa, nggak sadar diri!" Suara pembantu itu cukup kecil, tetapi terdengar jelas di telinga Ophelia karena vila luas itu dalam keadaan hening. Ophelia berhenti melangkah. Dia tersenyum tipis dan bertanya, "Kamu nggak senang? Kalaupun nggak senang, memangnya kamu bisa apa?" Pembantu itu terdiam dengan wajah memerah. Benar, biarpun dia tidak senang, Ophelia memang putri sah keluarga ini. Saat itu, seorang pembantu tua yang sedang menyiapkan sarapan di dapur mendengar keributan ini dan bergegas keluar. Dia meminta maaf berulang kali kepada Ophelia, "Maaf, Nona. Cindy ini keponakan saya, dia masih kecil dan nggak tahu apa-apa. Saya akan mengajarinya dengan baik, tolong maafkan dia." Ophelia tentu tidak mempermasalahkan hal kecil seperti ini. Apalagi, pembantu bernama Cindy ini adalah orang Mia. Di kehidupan lalu, gadis itu sering membantu Mia menjebaknya. Ada untungnya membiarkan gadis itu tetap tinggal. Setelah Ophelia pergi, Cindy mengentakkan kakinya dan berucap dengan kesal, "Dia hanya gadis desa. Apa hanya dengan datang ke sini, dia kira statusnya sudah berubah? Cih!" "Diam!" Pembantu tua bernama Winda itu memarahi keponakannya, "Sadari posisimu! Jangan lupa kalau kamu hanya pembantu. Kalau kamu berani bicara kurang ajar lagi sama Nona, aku nggak akan melindungimu!" "Aku hanya membela Nona Mia! Dia sudah dimanjakan bertahun-tahun. Apa hak gadis desa yang baru datang itu untuk merebut segalanya dari Nona Mia? Entah apa yang dipikirkan Pak Andy dan Nyonya Paula!" balas Cindy tidak mau kalah. Winda kembali membentak dengan marah, "Aku ingatkan untuk terakhir kalinya, kamu hanya seorang pembantu. Jangan kira setelah tinggal di rumah keluarga Hawkin selama setahun lebih, kamu bisa seenaknya menganggap tempat ini sebagai rumahmu sendiri. Kamu nggak berhak!" "Satu lagi, kalau kamu sudah bosan kerja, lebih baik kamu pergi sekarang juga. Jangan membebani aku!" tambah Winda. Winda kembali ke dapur dengan raut jengkel. Dia menyesal telah membawa keponakan yang merepotkan ini bekerja di rumah keluarga Hawkin. Lihatlah, kemampuan kerjanya biasa-biasa saja, tetapi egonya selangit. Dia bahkan berani ikut campur urusan rumah tangga majikannya! Cindy cemberut dan hanya menganggap enteng peringatan itu, bahkan dia makin yakin atas satu hal. Mia memperlakukannya dengan sangat baik. Dia bahkan memberinya satu set produk perawatan kulit yang mahal dan berkata bahwa mereka adalah teman. Berhubung mereka adalah teman, dia tentu akan membantu Mia menyingkirkan Ophelia! Huh! Lihat saja nanti! Ophelia tidak pergi jauh. Vila ini terlalu luas, jadi dia hanya berlari beberapa putaran mengelilingi lapangan golf. Setelah berolahraga satu jam lebih, dia kembali ke vila. Hari sudah beranjak siang. Andy duduk di sofa sambil membaca koran pagi dan Paula sedang menelepon. Dari isi percakapannya, sepertinya dia sedang menelepon Jeremy. Dia menanyakan kapan putranya akan pulang dari luar negeri. Jeremy menjawab bahwa dia sedang sibuk, lalu langsung menutup telepon. Paula yang jengkel lantas melirik Andy dan mengomel, "Putramu pasti belajar dari kamu. Sibuk terus setiap hari, sama sekali nggak peduli dengan urusan rumah!" Andy berseru bahwa dirinya tidak bersalah. Mia tertawa sambil menutup mulutnya dan berkata, "Ayah mengalah saja, sebelum Ibu menjewer telinga Ayah." Atmosfer keluarga yang hangat dan harmonis ini begitu memancarkan kebahagiaan. Ophelia berdiri di depan pintu, mengingat ketika dia baru kembali ke keluarga Hawkin di kehidupan lalu. Pemandangan seperti ini hampir dilihatnya setiap hari. Saat itu, dia begitu iri hingga ingin menangis. Dia pernah memberanikan diri untuk bergabung, tetapi tawa dan suasana hangat itu tiba-tiba hilang. Ada perasaan terasing dan penghalang tak kasatmata yang selalu memisahkan dia dengan mereka. Ophelia menarik napas panjang, lalu melangkah masuk ke dalam vila. Begitu dia muncul, udara seakan-akan membeku, suara tawa juga terhenti. Andy berdeham dan meletakkan korannya. Paula segera mendekati Ophelia dan bertanya dengan perhatian, "Phelia, kenapa kamu bangun sepagi ini? Apa tidurmu nyenyak semalam?" "Lumayan," sahut Ophelia. "Baguslah, ayo kita sarapan." Usai berkata begitu, Paula meminta pembantu untuk menghidangkan makanan di meja. Menu sarapan sangat mewah. Ada sup dan bubur bernutrisi, serta beberapa piring lauk dan kudapan yang lezat. Andy tiba-tiba menerima telepon darurat dan buru-buru pergi ke kantor, meninggalkan ketiga orang lainnya di ruang makan. Sembari mengambilkan lauk untuk Ophelia, Paula berkata, "Phelia, setelah sarapan Ibu mau mengajakmu beli baju dan perhiasan yang kamu sukai." Pesta akan diadakan esok lusa. Orang-orang berpengaruh di Kota Hoburgh pasti akan datang ke acara besar seperti ini. Mia langsung menoleh dan mengangkat tangannya seraya berkata, "Ibu, aku juga mau ikut!" "Iya, iya. Kapan Ibu pernah pergi belanja tanpa kamu?" ucap Paula pada Mia dengan penuh kasih. Ophelia berucap dengan datar, "Aku masih punya urusan, nggak bisa ikut." "Urusan apa? Bukannya sekarang masih libur?" Paula ingin bertanya lebih jauh, tetapi Ophelia sudah berdiri dan berkata, "Aku sudah kenyang, kalian makan saja berdua." Usai berkata begitu, Ophelia berbalik dan berjalan pergi. Paula yang khawatir pun meminta sopir untuk mengantar Ophelia. Bertepatan dengan itu, Cindy datang dengan tergopoh-gopoh. Dia melirik Ophelia dengan angkuh, lalu melaporkan dengan lantang. "Nyonya, Nona, Pak Logan datang!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.