Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 6

Di kalangan atas, Andy terkenal sangat memanjakan istrinya. Dia selalu menoleransi dan mendukung setiap keputusan Paula. Seperti saat Paula memberikan cek senilai 100 miliar tadi, dia bahkan sama sekali tidak bersuara. Apalagi saat sang istri hendak memperkenalkan putrinya ke semua orang. Dia jelas tidak akan menentangnya. "Oke, akan aku atur." Melihat Andy mengangguk, Mia merasa sangat gelisah. Hanya saja, dia tahu jika dia protes lagi, Paula dan Andy akan kesal padanya. Keputusan orang tuanya sudah tidak bisa diganggu gugat. Namun, begitu identitas Ophelia terungkap, latar belakangnya sendiri sebagai putri palsu juga akan ikut terekspos. Saat itu, semua orang akan tahu bahwa orang tua kandungnya adalah para pecundang. Mia mengepalkan tangannya dengan erat. Tatapan matanya pada Ophelia mengandung kebencian dan dendam yang makin kuat. Pantas saja Ophelia terus berkata ingin pergi. Dia jelas hanya pura-pura mengalah untuk mendapatkan hati orang tuanya! Ophelia yang sadar sedang ditatap pun memandang Mia. Kebencian di mata gadis itu menghilang dengan cepat. Detik berikutnya, Mia kembali tersenyum manis, lagi-lagi menunjukkan wajah bak malaikat yang polos. "Kakak, asyik sekali, ya! Sekarang kita jadi satu keluarga!" ucapnya. Ophelia tersenyum tipis dan membalas, "Ya, asyik sekali." Anak yang menangis akan mendapatkan keinginannya. Ophelia mempelajari trik ini dari Mia. Di kehidupan lalu, Ophelia tidak pernah berusaha merebut apa pun. Dia hanya menginginkan sedikit perhatian dari orang tuanya. Namun, pada akhirnya dia hanya diakui sebagai anak angkat oleh keluarga Hawkin. Di kehidupan kali ini, dia menggunakan trik Mia dan akhirnya mendapatkan status yang sudah seharusnya menjadi miliknya. Mungkin bisa dibilang ... dia mengalahkan sihir dengan sihir. "Aku capek," ujar Ophelia sambil menguap. Waktu berjalan cepat sejak keributan tadi. Sekarang memang sudah sangat larut. Paula segera berkata, "Waduh, sudah hampir jam dua belas. Ayo, Phelia. Kita ke lantai atas untuk lihat kamarmu." Andy tersenyum lebar dan memimpin mereka di depan. Setibanya di lantai dua, Paula mengira Andy memilih kamar tamu dengan pencahayaan dan pemandangan yang bagus untuk Ophelia. Tak disangka, Andy malah membawa mereka ke pintu kamar Mia. Kamar itu jelas telah didekorasi ulang. Semua barang milik Mia telah dipindahkan dan furnitur di dalamnya juga berbeda. Paula tertegun, lalu bergumam, "Ini ... " "Ibu, ini ideku. Aku sudah menduduki posisi Kakak begitu lama. Sekarang Kakak sudah kembali, jadi aku harus mengalah," ucap Mia sambil menjulurkan lidahnya, membuatnya terlihat usil. Kemudian, dia menambahkan sambil bergurau, "Selama Ibu nggak mengusirku, aku bisa tidur di kamar mana saja." Kata-kata ini meluluhkan hati Paula. Dia mengomeli Mia, "Anak bodoh! Ada begitu banyak kamar di rumah kita. Bukannya kamu hanya menyakiti diri sendiri dengan melakukan itu?" "Nggak sama, kamarku itu yang terbaik, jadi sudah seharusnya diberikan pada Kakak! Lagi pula, selama Ibu menyayangiku, aku nggak akan merasa tersakiti!" balas Mia sambil tersenyum polos. Yang satu berkata bahwa melakukan hal ini hanya akan menyakiti diri sendiri. Yang satunya lagi berkata selama sang ibu menyayanginya, dia tidak akan merasa tersakiti. Mereka bicara seolah-olah Ophelia adalah penjahat yang merampas barang-barang orang lain. Ophelia menyela pembicaraan hangat ibu dan anak itu dengan bertanya, "Kalau kamu nggak rela, kenapa kamu memberikan kamar ini?" Untuk mempertahankan citra sebagai putri yang baik, kah? Mia buru-buru menjelaskan, "Nggak, nggak, bukan begitu. Aku rela, kok. Selama Kakak nggak keberatan, aku siap memberikan apa pun, sungguh!" "Oh, kalau begitu, terima kasih, ya." Ophelia menerima tanpa sungkan. Dia langsung masuk ke kamar, lalu berbalik dan berkata pada mereka, "Aku istirahat dulu, selamat malam." Mia terkejut dengan sikap Ophelia yang begitu tenang dan lugas. Di ... dia langsung menerimanya? Bahkan tanpa berpura-pura ingin menolak? Padahal masih banyak yang ingin Mia katakan! Jika Ophelia menolak, dia punya cara untuk mempertahankan kamarnya sekaligus juga menjatuhkan Ophelia sehingga akhirnya dirinya akan terkesan pengertian dan bijaksana. Namun, sikap Ophelia berada di luar ekspektasinya. Melihat ekspresi Mia yang berubah muram, Ophelia memiringkan kepala dan bertanya dengan bingung, "Hm? Kenapa rasanya kamu terlihat nggak senang? Apa sebenarnya kamu nggak rela?" Jika Mia mengakui dirinya tidak rela sekarang, citranya sebagai putri yang patuh akan hancur. Jika dia berkata bahwa dia rela, dia tidak bisa mengeluhkan hal ini lagi. Sebab, dia sendiri yang berkata bahwa dia "rela". Mia yang tidak pernah berada di situasi terjepit seperti ini hanya bisa menyahut sambil menyunggingkan senyum terpaksa, "Aku senang, kok. Kakak sudah capek, 'kan? Istirahatlah lebih awal. Selamat malam!" Ophelia tersenyum tipis, lalu pamit pada Paula dan Andy sebelum menutup pintu kamar. Ruangan ini ditata dengan baik. Ranjang, bantal, dan yang lainnya sudah diganti dengan yang baru. Semua barang pribadi Mia telah dipindahkan, kecuali satu benda. Sebuah foto keluarga ditinggalkan di meja dengan sengaja. Ada empat orang di foto keluarga itu. Andy dan Paula berdiri di tengah, diapit Mia yang tersenyum ceria di kiri dan Jeremy Hawkin yang tanpa ekspresi di sebelah kanan. Pria itu adalah kakak Ophelia, kakak kandungnya. Jeremy jarang pulang ke rumah karena disibukkan pekerjaan di luar negeri. Di kehidupan lalu, Ophelia bahkan hanya beberapa kali bertemu dengannya. Mereka tidak akrab, ditambah lagi sikap Jeremy sangat dingin terhadap siapa pun. Jadi, Ophelia dan dia jarang berinteraksi. Mia sudah pasti sengaja meninggalkan foto keluarga ini di sini. Itu adalah caranya untuk memberitahukan posisinya pada Ophelia. Seolah-olah dia hendak berkata, "Lihat, kamulah orang asingnya di sini!" Trik ini sederhana, tetapi cukup mematikan. Ophelia masih ingat betapa sedihnya dia saat melihat foto ini di kehidupan lalu. Namun, di kehidupan ini ... dia tidak peduli. Lagi pula, ini bukan rumahnya. Cepat atau lambat dia akan pergi dari sini. Ophelia menaruh kembali foto itu ke tempat semula. Kemudian, dia mandi dan mengganti pakaian, lalu naik ke tempat tidur. Setelah beres-beres, Ophelia duduk bersila dan memejamkan mata, memasuki kondisi meditasi secara perlahan. Dalam kondisi ini, pikiran Ophelia seolah-olah berada di dunia lain. Di dunia miliknya ini, teks-teks kuno muncul dan memadati seluruh penjuru. Orang yang bisa membaca aksara kuno pasti akan terkejut begitu menyadari bahwa ini adalah buku medis kuno yang telah lama hilang. Buku ini mampu membuat hati semua ahli pengobatan tradisional bergetar dan berebut untuk mendapatkannya!

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.