Bab 7
Giany sangat marah sampai hatinya terasa sakit. Dia ingin segera mencari semua dokumennya, tetapi membeku setelah membuka laci terakhir.
Ini adalah kumpulan sertifikat, termasuk CPA dan CFA paling berharga di dunia keuangan.
Beberapa sertifikat disebut sebagai tiket untuk masuk ke dunia keuangan yang sangat penting, tetapi ditempatkan di sudut yang paling tidak mencolok ini.
Bukankah Giany seorang pecundang tidak kompeten yang hanya bisa mengejar pria?
Dia melihatnya sekilas, tidak ingin tinggal di sini lebih lama lagi dan mengemas beberapa pakaian untuk pergi.
Saat ini Robert masuk, "Kak, mau kabur dari rumah? Jangan mengacau lagi. Aku benar-benar mati kelaparan."
Dia segera mendekat dan merebut koper dari tangan Giany.
"Kalau kamu nggak minta maaf kepada ayah, ibu dan Kak Yoana, kelak semua orang akan mengabaikanmu. Kali ini kamu berencana untuk kabur berapa lama? Seingatku kemarin kamu juga kabur, 'kan? Paginya saja sudah pulang. Kamu ini benar-benar memalukan. Rasanya keluarga ini menjadi nggak harmonis karenamu."
Dia berkata sambil membanting koper ke samping.
Beberapa potong pakaian yang dimasukkan ke dalamnya terjatuh.
"Tahukah kamu kenapa semua orang menyukai Kak Yoana? Dia lembut, pintar dan sangat cakap dalam bekerja. Kamu benar-benar ketinggalan jauh darinya. Ayah dan ibu masih enggan memberimu saham, kenapa kamu nggak merenungkan ini?"
Giany melihat pakaiannya di lantai dan tidak tahan lagi. Dia pun mengangkat tangan untuk menamparnya.
"Plak!"
Robert menutupi wajah dan bekas luka langsung muncul di pipinya, tidak bisa memercayainya, "Kamu menamparku?"
Biasanya Kak Giany-lah yang paling sabar dan memanjakan Robert, tetapi sekarang dia benar-benar menamparnya.
Robert merasa tidak nyaman selama beberapa detik.
"Beraninya kamu memukulku!? Kak, kali ini aku benar-benar nggak akan bicara denganmu! Kecuali kamu memasak untukku selama setahun, urus saja dirimu sendiri! Kalau mau kabur dari rumah, keluarlah! Pokoknya kamu akan kembali untuk menjilat dalam beberapa hari!"
Dia berbalik dan pergi dengan marah.
Saat sedang membawa kopernya ke bawah, Giany mendengar suara melengking Carol.
"Sialan, Giany, beraninya kamu menampar adikmu! Kamu ... keterlaluan! Ayo cepat berlutut sampai kami puas! Kalau nggak, keluarga ini nggak akan menerimamu!"
Giany melirik ke sisi lain sofa. Saat ini Yoana sedang memegang sebutir telur pada Robert dengan sorot mata khawatir.
Sorot mata Robert penuh dengan emosi dan saat melihat Giany, dia bahkan sengaja mendengus.
Rasa sakit di hati Giany muncul satu per satu, tetapi dia benar-benar hilang ingatan dan tidak lagi memohon belas kasihan seperti sebelumnya.
Dia menarik kopernya dan berjalan ke pintu sebelum berkata dengan tenang.
"Kebetulan aku nggak mau tinggal di rumah ini. Kalau nggak bisa diterima, jangan diterima. Kalian sekeluarga sangat harmonis, jadi aku nggak akan mengganggu kalian lagi. Selamat tinggal!"
Carol mengira dia salah dengar dan sangat marah hingga dadanya bergetar, "Ka ... kamu, kok aku bisa melahirkan anak jahat sepertimu? Oke, kamu nggak pernah bekerja sejak lulus. Coba kulihat berapa lama kamu bisa tinggal di luar. Cepat atau lambat kamu akan kembali sambil menangis dan memohon kepada kami!"
Yang menanggapinya adalah bantingan pintu yang keras oleh Giany.
Carol sangat marah sampai duduk di sofa, jari-jarinya yang akan menuangkan air gemetar, "Kalau tahu lebih awal, seharusnya aku nggak melahirkannya!"
Sorot mata Yoana penuh kebahagiaan, tetapi mulutnya penuh dengan kekhawatiran, "Ibu, jangan khawatir. Kakak selalu begini. Semakin kejam ucapannya, semakin cepat dia kembali."
Robert juga menjawab, "Benar, kali ini dia menamparku dan aku nggak akan pernah memaafkannya lagi."
...
Giany tiba di gerbang dengan kopernya. Sekarang dia hanya memiliki 20 juta yang ditransfer oleh Carla. Masalah pertama yang harus diselesaikan adalah tempat tinggal.
Meskipun Carla bilang Giany bisa tinggal di sana, dia terlalu sungkan untuk mengganggu mereka sepanjang waktu.
Dia memeriksa kontrakan terdekat di internet dan ingin memilih rumah yang dekat dengan rumah Grup Hoar.
Akan tetapi, gedung Grup Hoar berada di pusat kota dengan harga tanah yang mahal dan harga termurah hampir mencapai 40 juta sebulan. Dengan sedikit uang yang Giany miliki, dia bahkan tidak mampu membayar sewa satu bulan.
Akan tetapi kalau sewa di tempat yang jauh, biaya taksi hariannya juga mahal.
Setelah memikirkannya, dia melihat skuter listrik gratis di dekatnya.
Pada akhirnya, Giany tidak punya pilihan selain mencari yang lebih jauh dan menyewa rumah di komunitas tua. Hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk naik skuter ke Grup Hoar.
Dia membuka kunci skuter listrik di luar komunitas dan memutuskan untuk mencoba berkendara di jalan raya lebih dulu.
Giany tidak memiliki ingatan sebelumnya dan tidak tahu apakah dia bisa melakukan ini. Dia melihat orang lain mengendarainya dengan cukup mudah.
Skuter listrik kecil itu sangat lambat di jalan dan hampir semua orang yang lewat akan membunyikan klakson.
Dahi Giany dipenuhi keringat dan dia berusaha bersandar di tepi jalan untuk menghindari kecelakaan.
Di dalam mobil mewah tidak jauh dari sana, Walace melihat dokumen di pangkuannya.
Mobil berhenti di lampu lalu lintas. Dia menutup dokumen dan menoleh ke luar, kebetulan saja melihat Giany parkir di pinggir jalan.
Hari ini rambut Giany diikat ekor kuda. Kulitnya putih dan bening di bawah sinar matahari, membuatnya lebih bersemangat.
Dia berkendara dengan miring dan nyaris bertabrakan dengan mobil yang berbelok.
Tatapan Walace membeku, ujung jarinya melengkung dan dia mendengar Clark yang mengemudi di kursi depan berbicara.
"Bukankah itu Nona Giany? Kali ini trik apa yang dia mainkan? Bukankah dulu dia nggak pernah mengendarai skuter dengan harga kurang dari 6 miliar?"
Clark adalah asisten Walace dan baru saja kembali.
Dia mendongak dan menatap Walace melalui kaca spion.
"Pak, ayo menjauh dari pembawa sial ini. Jangan sampai terlibat dengannya lagi."