Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 2

Orang yang duduk di barisan terdepan adalah sekretaris dari CEO Grup Cevora yang bernama Daniel. Beberapa hari yang lalu, dia diberikan tugas oleh bosnya untuk kembali ke dalam negeri dan menghadiri acara pernikahan kedua CEO Grup Piara ini. Tak disangka, dia bisa menyaksikan drama pengantin wanita yang berubah menjadi pendamping pengantin. Hingga saat ini, pernikahan masih berlangsung. Karla menyerahkan tangan Lenni kepada Darel, lalu berbalik dan turun dari panggung. Dari arah belakang, terdengar suara Darel yang sangat jelas, "Aku bersedia." Karla segera mempercepat langkahnya untuk meninggalkan tempat pernah dia impikan sebelumnya. Karla mengenal semua tamu yang hadir d sini. Hampir semua perusahaan besar mengirimkan perwakilannya untuk menghadiri acara pernikahan ini karena mereka sangat menghargai Karla. Kota Andari adalah kota kuno yang terkenal dengan kualitas bordirnya. Karla dan Darel mendirikan Grup Piara yang bisa dianggap sebagai pendatang baru yang menjanjikan. Semua pengrajin di perusahaan tersebut juga diajari langsung oleh Karla. Oleh karena itu, ada banyak perusahaan besar yang menawarkan gaji tinggi untuk merekrut Karla, tetapi semuanya ditolak oleh Karla. Ketika masuk ke ruang ganti pengantin wanita, Karla melihat gaun pesta yang digantung di sana. Gaun ini adalah karya terakhir yang dijahit oleh ibunya sebelum meninggal dan gaun ini dijahit khusus untuk dirinya. Para pengrajin berpengalaman sangat mementingkan hal seperti ini. Mereka akan menjahit gaun pengantin untuk putri mereka sendiri. Beberapa penjahit yang sudah berumur bahkan mulai menjahit gaun pengantin sedikit demi sedikit sejak putri mereka lahir. Namun, menjahit gaun pengantin sangatlah rumit. Kondisi ibunya waktu itu juga tidak begitu baik. Jadi, ibunya hanya bisa menjahit gaun pesta untuk Karla sebelum meninggalkannya dan adiknya yang baru berusia lima belas tahun. Karla berdiri diam di tempat dan tertegun cukup lama. Dia kemudian mengambil gaun pesta itu dan ingin membawanya pergi. Di saat yang bersamaan, Karla menerima panggilan telepon dari adiknya, Kenji Limber. Karla bergegas keluar dari aula, lalu menerima panggilan tersebut, "Kenji?" "Kak, waktu itu kamu menutup panggilanku dengan terburu-buru. Kamu bahkan belum memberitahuku perubahan tanggal pernikahanmu," ujar Kenji. ... Setelah acara pernikahan selesai, Lenni diantar oleh Darel ke ruang ganti. Darel kemudian berkata, "Istirahatlah dulu, aku akan pergi bertemu dengan beberapa mitra." "Baik," jawab Lenni sambil tersenyum. Dia bahkan bersikap layaknya seorang istri. Ketika pintu tertutup, dia menatap sekelilingnya dan langsung tertarik dengan gaun pesta yang belum sempat dimasukkan ke dalam kotak di atas meja. Lenni segera mengambil gaun tersebut dan melihatnya sebentar. Dia tahu kalau ini adalah gaun pesta yang disiapkan oleh Karla sebelumnya. Gaun ini jauh lebih cantik kalau dibandingkan dengan gaun pengantin yang dia pakai sekarang. Dia mulai berpikir ... Saat ini, Karla baru saja menutup panggilannya dan berjalan kembali ke ruang ganti. Akan tetapi, kondisi di ruang ganti benar-benar membuat kepalanya hampir pecah. "Lenni, apa yang kamu lakukan?" teriak Karla. Lenni sedang berdiri di depan kaca sambil memakai gaun yang dijahit langsung oleh ibu Karla. "Gaun pestaku tak sengaja robek, aku tidak mungkin memakainya. Darel pasti akan merasa malu kalau aku memakai gaun yang robek. Kebetulan gaun pestamu ada di sini, pinjam sebentar, ya," jawab Lenni. Lenni sudah merebut pernikahannya dan melangsungkan pernikahan bersama pacarnya. Kedua hal ini sudah cukup membuat Karla merasa tertekan. Mengingat dia adalah orang yang hampir mati, Karla hanya bisa menahan semua ini. Namun, Lenni tidak boleh menyentuh barang pemberian ibunya. Hingga sekarang, Karla bahkan belum pernah mencobanya sekali pun. "Lepaskan sekarang!" ujar Karla dengan tatapan yang sangat dingin. Bahkan para mitra kerja yang ada di dunia bisnis juga tidak tahan melihat tatapan dingin Karla. Melihat tatapan dingin tersebut, Lenni mengerutkan keningnya sambil berkata, "Kenapa kamu marah?" Saat ini, Karla hanya fokus menatap gaun pesta tersebut. Melihat Lenni tidak bergerak, Karla bergegas maju dan menarik lengan bajunya sambil berkata, "Lepaskan!" Karla tidak berteriak atau memarahinya, tetapi ekspresinya yang dingin sudah cukup membuat Lenni ketakutan. "Lepaskan aku!" ujar Lenni sambil mendorong Karla. Gerakan yang kasar itu membuat lengan bajunya yang berongga tidak sengaja menyentuh gantungan baju dan tergores. Karla langsung tertegun. Lenni juga tidak menyangka kalau gaun tersebut akan tergores, "Kamu ... kamu yang menarik aku, aku ... " Plak! Sebuah tamparan mendarat di wajah Lenni dan membuatnya terjatuh. "Karla, apa yang kamu lakukan?" teriak Darel yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Selain Darel, di depan pintu juga ada beberapa direktur Kota Andari yang baru saja mengobrol dengan Darel. Ketika melihat situasi ini, semua orang mundur serentak. Namun, Karla menghalangi jalan Darel dan terus menatap Lenni sambil berkata, "Aku menyuruhmu melepasnya, apakah kamu tuli?" "Darel ... " teriak Lenni sambil menutupi wajahnya dan menangis. Ketika Karla menarik Lenni untuk melepas pakaiannya ... Tubuh Karla tiba-tiba terhuyung dan jadi tidak seimbang. Darel menampar wajahnya hingga membuat telinganya berdengung. "Karla, jangan gila di saat seperti ini!" teriak Darel. Ketika Karla terbentur ke lantai, dia melihat jelas kalau Darel menggendong Lenni. Semua kenangan selama tujuh tahun hancur seketika. Rasa sakit di dalam hati Karla sudah mengalahkan rasa sakit di kepala dan pipinya. Air mata yang bergelinang juga membuat tatapannya menjadi kabur. Mata Karla terasa sangat panas ketika melihat Darel begitu perhatian pada Lenni. ... Karla merasa dirinya seperti sedang bermimpi. Dalam mimpi yang indah ini, Karla telah menemani Darel melakukan berbagai hal, mulai dari membagikan brosur hingga mendirikan perusahaan dan memenuhi syarat untuk duduk di meja yang sama dengan pemilik Grup Cevora. Semua ini bisa terjadi karena hasil kerja keras Karla. Tidak tahu berapa kali tangannya terluka karena Darel. Kadang-kadang, Darel seperti orang buta yang tidak pernah melihat pengorbanannya dan hanya bisa melihat jelas ketika Lenni dipukul. ... Ketika terbangun di rumah sakit, Karla melihat bayangan seseorang di samping kasurnya. Pak Jakson? Bagaimana sekretaris CEO Grup Cevora bisa ada di sini? Karla berusaha untuk bangkit dengan bantuan lengannya, lalu berkata, "Pak Jakson, kenapa kamu ada di sini?" "Kamu tiba-tiba pingsan dan tidak ada orang yang merawatmu. Jadi, Pak Daniel memintaku untuk pergi setelah Bu Karla sadar," jawab Jakson. "Terima kasih, aku baik-baik saja. Maaf sudah merepotkanmu, tolong sampaikan terima kasih pada Pak Daniel juga," ujar Karla. Pak Jakson tentu tidak akan merasa direpotkan. Bagaimanapun juga, tujuan dia datang ke acara pernikahan yang konyol ini karena Grup Cevora ingin merekrut Karla yang merupakan master Sulam Bali. Menghasilkan sebuah karya Sulam Bali setidaknya membutuhkan waktu latihan selama sepuluh tahun lamanya dan juga harus berbakat. Di dalam grup Cevora, ada puluhan ribu pengrajin, tetapi hanya kurang dari dua puluh orang yang bisa menghasilkan karya Sulam Bali yang biasa saja. Grup Cevora sangat membutuhkan orang yang berbakat seperti Karla. Hasil karya Karla bahkan bisa memenangkan penghargaan dan juga dikoleksi oleh museum. "Kalau begitu, silakan beristirahat dengan baik, ya, Bu Karla. Ini adalah kartu nama Pak Daniel. Pak Daniel juga berpesan, kalau Bu Karla membutuhkan bantuan, silakan hubungi Pak Daniel tanpa harus merasa ragu," ujar Jakson. Jakson kemudian meletakkan kartu nama tersebut di meja samping kasur Karla. Setelah Jakson pergi, Karla pun mengambil kartu nama tersebut. Saat ini, semua perusahaan yang bekerja sama dengan Grup Piara hanya ingin berbicara dan berbisnis langsung dengan Karla. Orang-orang di luar mengatakan kalau Karla menjual pesonanya. Bagaimanapun juga, Karla memiliki wajah yang cantik dan penampilan yang agresif. Kalau tidak, Karla tidak mungkin bisa menakuti Lenni dengan tatapan dinginnya. Para pemilik perusahaan sadar kalau Karla memiliki bakat dalam berbisnis. Selain itu, Karla juga handal dalam menjahit. Ini benar-benar bakat yang sangat langka, siapa yang tidak menginginkannya? Saat ini, pintu kembali dibuka dan Karla melihat Darel yang senang mengerutkan keningnya. Darel datang mengenakan jas dengan ekspresi yang sangat muram. Kalimat pertama yang keluar dari mulutnya bukanlah perhatian, melainkan pertanyaan, "Sekretaris CEO Grup Cevora baru saja datang ke sini?" "Iya," jawab Karla. Darel kemudian menatapnya selama beberapa saat, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Darel sepertinya sama sekali tidak menganggap serius tamparan tadi. Karla yang sekarang benar-benar sangat cantik, penampilannya membuat pria lain tidak bisa berhenti menatapnya. Kecantikannya juga sangat mudah menaikkan hasrat pria terhadap dirinya. Darel tentu saja tahu keunggulan Karla, khususnya dalam bidang bordir. Karla merupakan seorang senior yang sangat hebat dalam bidang bordir. Namun, Darel tidak pernah bisa menerima wanita yang lebih hebat darinya. "Mengapa Grup Cevora tidak menemuiku untuk membicarakan kerja sama?" tanya Darel. Darel mengira Pak Jakson datang ke rumah sakit untuk membicarakan bisnis dengan Karla. Dia sama sekali tidak sadar kalau Karla membutuhkan seseorang untuk menemaninya. Darel memegang punggung tangannya, lalu berkata dengan tatapan yang dingin, "Karla, apakah kamu sudah lupa kalau kamu adalah milikku?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.