Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 1

"Karla, kondisi Lenni saat ini sudah sangat buruk, dia bahkan tidak bisa berjalan sendiri. Bisakah kamu menjadi pendamping pengantin dan membantunya berjalan ke depan? Kamu juga tahu jelas seperti apa kondisinya sekarang. Kita masih punya banyak waktu di masa depan, aku akan memberimu pernikahan yang lebih megah setelah keinginan Lenni terpenuhi," ujar seorang pria dengan ekspresi yang datar sambil merokok dan bersandar di sofa kulit berwarna abu-abu. Karla tidak menyangka kalau orang yang mengajukan permintaan ini adalah pacarnya, Darel Horins, yang sudah berpacaran dengannya selama tujuh tahun dan membangun segalanya bersama dari nol. Karla sama sekali tidak menyangka kalau acara pernikahan yang akan digelar lusa, bukan miliknya sebagai pacar resmi Darel, melainkan milik Darel dengan sahabat kecilnya. Satu bulan yang lalu, Lenni datang menemui Darel dan berkata kalau dia menderita kanker paru-paru. Satu-satunya harapan yang belum terpenuhi adalah menggelar acara pernikahan. Lenni dan Darel sudah berteman sejak kecil. Lenni juga tahu kalau Darel pernah diam-diam menyukainya ketika masih muda. Jadi, ketika Lenni mengajukan permintaan ini, Darel langsung menyetujuinya tanpa ragu. Karla benar-benar sakit hati setelah mengetahui hal ini. Segala pengorbanan Karla akan menjadi milik wanita lain dan dia sama sekali tidak berani untuk menolak. Dia tidak ingin mempermasalahkan hal kecil seperti ini dengan orang yang sudah hampir mati. Saat ini, semua undangan pernikahan sudah disebarkan. Karla yang berubah dari pengantin wanita menjadi pendamping pengantin pasti akan dijadikan topik gosip oleh nyonya-nyonya kaya di Kota Andari. Karla hanya bisa berkata dengan kesal, "Aku mempersiapkan pernikahan ini selama delapan bulan. Aku juga menjahit sendiri gaun pengantinnya. Perhiasan yang akan aku pakai juga merupakan warisan keluargaku. Kamu ingin mengganti semua ini? Bagaimana cara kamu menggantinya?" Darel mengerutkan keningnya dan berkata, "Karla, kenapa kamu bersikap seperti itu padaku? Aku sudah menjelaskan semua konsekuensinya padamu. Kamu juga selalu peka dan pengertian, kenapa tiba-tiba menjadi begitu pelit?" Karla begitu pelit? Melihat ketidakpuasan di wajah Karla, Darel segera mematikan rokoknya, lalu mendekat dan menggenggam tangan Karla sambil berkata, "Karla, kamu juga tahu kalau hidupnya tidak lama lagi, bisakah kamu mengalah padanya? Anggap saja kamu sedang membantuku?" Saat ini, Darel terlihat begitu bangga dengan dirinya sendiri. Karla benar-benar tertegun ketika melihat Darel memohon padanya demi orang lain. Apa yang bisa Karla bantu? Membantunya untuk menikahi wanita lain? Apakah bantuan yang Karla berikan masih kurang? Selama ini, ketika perusahaan Darel menghadapi masalah keuangan, Karla selalu ikut serta dalam berbagai kompetisi dan melelang karyanya untuk mendapatkan uang agar bisa membantu Grup Piara yang mereka bangun bersama. Darel tidak tahu kalau Dewi Sulam yang terkenal di seluruh dunia itu adalah Karla. Darel juga tidak tahu kalau Grup Piara bisa mendapatkan begitu banyak pesanan karena ini adalah cara para bos menghargai Karla. Darel bahkan tidak tahu kalau ada banyak perusahaan besar di Kota Andari yang ingin merekrut Karla, termasuk Grup Cevora yang merupakan perusahaan terkemuka di industri bordir. Karla tidak mengatakan apa-apa, karena Darel tidak suka wanita yang lebih hebat darinya. Air mata Karla mulai bergelinang dan merasakan nyeri di seluruh tubuhnya. Dia seketika teringat dengan semua perjuangannya selama tujuh tahun ini. "Baiklah ... aku akan menjadi pendamping pengantin untuknya," ujar Carla dengan suara yang pelan. Kalimat ini seolah-olah menghabiskan sebagian besar tenaganya. Darel tersenyum puas sambil berkata, "Kamu memang sangat baik." ... Grup Cevora cabang luar negeri. "Pak Daniel, sudah ditemukan," ujar Pak Jakson yang merupakan sekretaris Daniel. Pria yang masih lembur itu segera mengangkat kepala dan menatapnya. Pak Jakson menenangkan dirinya sendiri dan kembali berkata, "Orang yang meraih sepuluh karya bordir terbaik tingkat internasional kali ini, ternyata adalah Bu Karla dari Grup Piara." Daniel tiba-tiba berhenti menulis dan berkata, "Karla?" "Tidak hanya memenangkan kompetisi internasional kali ini, Bu Karla juga berhasil melelang lima karya bordirnya dengan harga ratusan miliar tahun lalu. Selain itu, Pegar Emas Dua Sisi yang diambil oleh museum juga merupakan karyanya. Hanya saja, dia selalu berpartisipasi dengan menggunakan nama Sinta Ananta. Sinta merupakan adik sepupunya." Sinta Ananta yang dikenal sebagai pengrajin kelas dunia itu ternyata adalah Karla. Pak Jakson kembali berkata dengan kagum, "Sepertinya, satu-satunya orang yang layak dipanggil master Sulam Bali di dalam negeri hanyalah Bu Karla." Daniel terdiam sejenak, lalu memberi isyarat, "Ajak Devina untuk makan bersama." Pak Jakson segera menggelengkan kepalanya, "Sepertinya tidak bisa membuat janji dengannya dalam waktu dekat." "Hm?" ujar Daniel. "Bu Karla akan menikah lusa," jawab Pak Jakson. ... Besok lusa. Hampir semua perusahaan di Kota Andari mengirimkan perwakilan untuk menghadiri pernikahan dua CEO Grup Piara. Di aula panorama, terdengar melodi yang merdu dengan nuansa klasik yang bergema. Aula tersebut juga sudah dipenuhi oleh tamu undangan. Di luar aula. Saat ini, Lenni yang memiliki sepasang mata dengan kelopak mata tunggal duduk di luar aula dan mengenakan gaun pengantin yang dijahit langsung oleh Karla. Gaun tersebut terlihat sangat mewah dan mencolok. Perhiasan yang ada di tangan dan kepala Lenni juga merupakan harta warisan keluarga Karla. "Karla, terima kasih sudah memenuhi keinginanku. Kamu benar-benar sangat baik," ujar Lenni. Saat ini, Lenni sudah berdandan, sehingga tidak terlihat seberapa buruk kondisinya. Lenni kemudian berkata dengan nada yang agak sinis, "Hanya saja, bagian pinggangnya terlalu longgar. Kamu harus membuatnya lebih ramping agar cocok dengan pinggangku." "Maaf, gaun ini dibuat sesuai dengan ukuranku," jawab Karla tanpa menatapnya. Karla tidak berani menatapnya karena dia khawatir dirinya bisa tiba-tiba gila dan merobek gaun tersebut. "Tapi, gaun ini ada di tubuhku sekarang," jawab Lenni. Lenni tiba-tiba tertawa seperti seorang pemenang. Dia kemudian mengulurkan tangannya dan memperlakukan Karla seperti seorang pelayan. Karla hanya bisa menatap tangan Lenni yang kurus itu dengan kesal dan mengangkatnya perlahan. Saat ini, pintu aula setinggi sepuluh meter itu dibuka perlahan. Seiring suara musik, Karla memegang Lenni dan berjalan menuju panggung. Begitu pintu dibuka, para tamu langsung menatap mereka dengan tatapan kebingungan. Apa yang terjadi? Pengantin wanitanya diganti? Tak hanya itu, pengantin wanita yang asli bahkan menjadi pendamping pengantin? Siapa pengantin baru ini? Karla sudah mempersiapkan diri untuk dibicarakan orang lain. Dia juga tidak lagi memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya. Saat ini, tatapan Darel yang mendalam itu membuat Karla agak terkejut. Hanya saja, tatapan itu bukan ditujukan pada dirinya, melainkan pada Lenni. Mungkin menikahi Lenni adalah impian terbesar Darel? Di atas panggung. Awalnya, Karla merasa perjalanan ke panggung itu sangatlah pendek. Namun kenyataannya, terasa sangat panjang dan setiap langkah membuat hatinya terasa sangat sakit. Reaksi Darel benar-benar di luar dugaannya. Bukankah ini hanya untuk memenuhi keinginan Lenni? Kenapa Darel terlihat begitu penuh semangat? Seiring gema musik, Darel yang mengenakan pakaian pengantin yang Karla jahit sendiri itu perlahan-lahan terlihat kabur dan berubah menjadi sosok tujuh tahun yang lalu. Keluarga Darel juga bisa dibilang cukup baik, tetapi tidak sebanding dengan keluarga Lenni yang dulu. Keluarga Horins juga sudah berbisnis selama beberapa generasi, tetapi pada zaman kakeknya, semua harta dihabiskan oleh kakeknya. Setelah Darel dewasa, ambisinya yang besar membawanya keluar dari kota kecil itu. Karla sudah berpacaran dengan Darel sejak berusia dua puluh tahun. Mulai dari bermalam di kursi taman, kemudian membeli rumah pertama mereka, Karla hanya bisa diam-diam mengikuti kompetisi untuk menjaga harga diri Darel. Tujuan Karla mengikuti kompetisi waktu itu agar bisa mendapatkan uang dan menjahitkan setelan jas yang layak untuk Darel. Dengan setelan jas yang formal, Darel akan lebih dihargai ketika berbisnis. Selama bertahun-tahun, ujung jari Karla selalu tertusuk jarum, kemudian mengering dan tertusuk kembali. Hal yang sama terus terjadi berulang-ulang. Hingga sekarang, Karla sudah jarang tertusuk jarum. Meski tertusuk jarum, dia juga tidak lagi merasa sakit. Karla selalu mengira kalau semua pengorbanannya bisa mendatangkan harapan yang baru ... Namun, reaksi tegang Darel saat ini seolah-olah menunjukkan kalau dia akhirnya bisa mendapatkan seseorang yang dia cintai. Darel kemudian mengulurkan tangan kirinya dengan ragu. Seperti perjanjian mereka sebelumnya, Karla meminta Darel untuk menggenggam tangannya menggunakan tangan kiri. Namun saat ini, Darel malah mengulurkan tangannya pada wanita lain.
Previous Chapter
1/100Next Chapter

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.