Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 11

Bentley Continental GT berwarna biru gletser, warnanya sangat unik dan indah. Mata Valencia langsung berbinar. Dia sangat menyukai mobil ini. Seorang pria berpakaian jas turun dari mobil dengan penuh hormat, lalu menyerahkan kunci mobil kepada Valencia. "Nona Valencia, ini mobil yang diberikan oleh Pak Lorenzo untuk Nona." Valencia menerima kunci itu dan hatinya agak tersentuh. Lorenzo memang sangat dermawan padanya. Mobil ini harganya lebih dari 8 miliar. "Terima kasih," kata Valencia kepada pria itu. "Nona terlalu sopan. Kalau nggak ada hal lain, saya permisi dulu." Pria itu membungkuk sedikit, sikapnya sangat sopan. "Ya." Begitu pria itu pergi, telepon dari Lorenzo masuk. "Mobilnya oke?" Suaranya terdengar santai dan tidak terlalu peduli, seolah-olah hanya bertanya apa makanan hari ini cocok dengan seleranya atau tidak. Mobil seharga 8 miliar, di mulutnya terdengar seperti sayur kubis di pasar. Sebenarnya, bagi orang-orang di kelas sosial mereka, memberikan hadiah seperti ini kepada tunangan adalah hal yang biasa. Mungkin karena Valencia sudah menjalani kehidupan sederhana selama tiga tahun terakhir dan terputus dari lingkaran sosialnya yang dulu, sehingga saat menerima mobil ini, dia merasa agak canggung. Valencia menjawab, "Aku sangat suka. Terima kasih, Kak Lorenzo." "Baguslah kalau kamu suka. Aku ingat kamu suka warna biru," jawab Lorenzo dengan suara rendah yang mengandung kehangatan dan daya pikat. Valencia agak terkejut. "Kakak tahu dari mana?" Seingatnya, dia belum pernah mengatakan kepada Lorenzo warna apa yang dia sukai. Di seberang telepon, Lorenzo sepertinya tertawa pelan. "Waktu aku mengajarimu pelajaran tambahan, buku catatan dan kotak pensilmu semuanya berwarna biru muda." Valencia tidak menyangka kalau Lorenzo bahkan memperhatikan detail kecil seperti itu. Memang benar dia sangat menyukai warna biru. Saat melihat Bentley biru muda ini tadi, dia langsung merasa terpukau. "Begitu aku melihat mobil ini, aku langsung berpikir kamu pasti akan menyukainya," kata Lorenzo dengan suara lembut. "Cobalah mobil itu. Modelnya kecil, cocok untuk perempuan." "Oke, nanti aku coba." Setelah menutup telepon, Valencia masuk ke dalam mobil. Dia tidak langsung menyalakan mesin, hanya memegang setir sambil memikirkan berbagai hal. Valencia punya SIM dan selama tiga tahun terakhir dia sering mengemudi. Namun, dia selalu menggunakan mobil milik Miguel. Mobilnya sendiri hanya dibiarkan terparkir di garasi bawah tanah vila di Kota Emberton hingga berdebu. Selama tiga tahun bersama Miguel, sering kali dia menggunakan mobil Miguel lebih seperti seorang sopir pribadi daripada seorang pacar. Miguel suka bersenang-senang. Saat dia pergi minum dan tidak bisa menyetir, dia akan menelepon Valencia untuk menjemputnya di acara sosial itu. Teman-teman Miguel juga pernah bercerita kepadanya, kalau setelah putus dengan mantan pacarnya, Miguel dengan murah hati memberinya mobil BMW seharga lebih dari 1,6 miliar. Miguel tahu kalau pekerjaan Valencia sering mengharuskannya bepergian ke luar, menghadiri persidangan, bertemu klien, dan membicarakan kasus. Namun, dia tidak pernah menawarkan untuk membelikannya mobil. Bukan berarti Valencia menginginkan mobilnya, hanya saja kalau membandingkan Miguel dengan Lorenzo, perhatian dan ketidakpedulian mereka sangat jelas terlihat. Kasih sayang Miguel benar-benar tidak ada apa-apanya. Saat Valencia sedang melamun, tiba-tiba dia mendengar suara seruan terkejut. "Wah! Mobil ini cantik sekali! Aku dulu juga ingin membeli mobil ini, tapi akhirnya nggak tega untuk membelinya." Itu suara Molly. Valencia melihat ke luar jendela dan melihat Molly bersama Miguel. Keduanya sedang berjalan ke arah mobilnya. Molly tidak menyangka akan melihat Bentley biru gletser yang telah lama diimpikannya di depan vila Miguel. Ini adalah mobil impiannya yang tidak pernah bisa dimilikinya. Meski keluarganya dan keluarga Zayden adalah teman lama, keluarganya sebenarnya tidak bisa dibilang kaya raya. Mereka paling-paling hanya termasuk keluarga kelas menengah. Beberapa tahun terakhir, bisnis keluarganya sulit, perusahaan ayahnya terus merugi, dan sekarang mereka sangat berharap Molly bisa menjadi menantu keluarga Zayden agar Grup Zayden bisa membantu mereka. Melihat mobil ini, Molly tidak bisa menyembunyikan rasa sukanya. Dia berjalan mendekat dan menyentuh mobil itu beberapa kali, tampak seperti orang yang belum pernah melihat dunia. "Miguel, fotoin aku, ya." Molly berdiri di samping mobil, lalu menggunakan kaca jendela mobil sebagai cermin untuk merapikan rambutnya. Kaca jendela mobil itu adalah kaca satu arah. Dari dalam bisa melihat ke luar, tetapi dari luar tidak bisa melihat ke dalam. Di kursi pengemudi, Valencia menoleh, memandang Molly seperti melihat monyet di kebun binatang. Saat Molly sedang asyik bercermin, Valencia menurunkan kaca jendela dan mereka saling bertatapan. "Halo," sapa Valencia sambil tersenyum manis. Molly tertegun. "Valencia? Kenapa kamu di sini?" Wajah Molly tampak seperti melihat hantu. Pada saat itu, Miguel juga berjalan mendekati mobil. Begitu melihat Valencia di dalam mobil, keningnya langsung berkerut. "Kenapa kamu menyewa Bentley?" Tanpa bertanya terlebih dulu, dia langsung menyimpulkan sendiri kalau Valencia menyewa mobil itu. Molly tersadar kembali, segera menyesuaikan ekspresinya, dan menunjukkan senyum mengejek. "Nona Valencia, kamu menyewa mobil untuk foto-foto, ya? Seingatku, menyewa mobil mewah seperti ini untuk foto saja nggak murah. Biayanya mungkin setara dengan gajimu sebulan, bukan?" Kening Miguel makin berkerut. Rasa kesal di wajahnya tidak disembunyikan. "Valencia, kamu menyewa mobil seperti ini untuk foto-foto? Apa kamu gila?" Molly berkata lagi dengan nada mengejek, "Benar, Nona Valencia. Semua orang tahu berapa penghasilanmu. Meski kamu memposting fotomu dengan mobil ini di Instagram, orang hanya akan mengatakan kamu pamer. Apa gunanya?" Valencia tertawa menatap Molly. "Kamu tahu semua itu karena kamu pernah menyewa, ya?" Senyum di wajah Molly perlahan pudar. Itu karena dia memang pernah menyewa. Sebelumnya, di kalangan sosialita, para wanita itu suka memamerkan mobil dan tas mereka. Molly merasa iri, lalu merengek kepada ayahnya untuk membelikannya mobil mewah. Namun, ayahnya mengatakan kalau keluarga mereka sedang tidak punya uang dan memintanya untuk tidak bersaing dengan orang lain. Dia kesal dan ingin mengalahkan para wanita yang suka pamer itu, jadi akhirnya dia menyewa Lamborghini untuk difoto dan mempostingnya di Instagram. Memikirkan hal itu, rasa canggung dan malu karena barusan ketahuan mendadak hilang, dan Molly tiba-tiba merasa lega. Mobil yang dia sewa adalah Lamborghini, mobil itu harganya lebih dari 10 miliar, jauh lebih mahal daripada mobil yang disewa Valencia. Meski Molly memang pernah menyewa mobil, di depan Miguel dia tidak akan pernah mengakuinya. Dia mengangkat dagunya dan menjawab dengan angkuh, "Aku nggak perlu menyewa. Saat aku di luar negeri, aku mengendarai Lamborghini yang jauh lebih mahal dari ini." "Oh, ya? Kenapa aku nggak pernah melihatmu mengemudi?" tanya Valencia. Molly berbohong tanpa berkedip. "Aku bosan mengendarainya. Mobil sport seperti itu memang keren, tapi nggak cocok untuk perempuan. Belum lama ini aku baru saja menggantinya dengan Panamera. Nanti aku bawa mobil itu ke sini untuk kamu foto-foto, gratis." Setiap kata yang dia ucapkan penuh dengan penghinaan. Memang benar dia punya Panamera, tetapi itu adalah mobil bekas yang dia beli dari orang lain. Tidak ada pilihan lain, keadaan keluarganya sekarang jauh dari masa kejayaannya. Ayahnya terus mengalami kerugian dalam bisnis setiap tahun, bahkan vila keluarga mereka sudah digadaikan. Kalau bukan demi menarik perhatian Miguel, dia juga tidak akan rela membeli mobil untuk menjaga penampilan. "Oh." Valencia memperpanjang nada suaranya dan menjawab, "Ternyata begitu, ya. Barusan kamu bilang mau foto, 'kan? Gimana kalau aku pinjamkan mobilku untuk kamu pakai?" Wajah Molly langsung berubah gelap. "Nggak perlu." Di sampingnya, Miguel berkata lagi, "Valencia, kenapa aku baru sadar kalau kamu ternyata begitu suka pamer?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.