Urban

Beban di atas kepalaku tiba-tiba menghilang dan aku tiba-tiba sadar kembali. Aku berusaha mengeluarkan kepalaku dari air. Tepat setelah aku menarik napas, aku didorong kembali.
Aku terus seperti ini selama setengah jam, tapi akhirnya aku tidak tahan lagi dan pingsan.
Ketika aku bangun, aku terkapar di lantai. Pandanganku gelap untuk beberapa saat dan aku merasa kematian akan datang sedetik kemudian.
Tiba-tiba aku teringat ibuku yang terbaring di ranjang dengan wajah pucat dan aku menggertakkan gigi sambil memaksakan diriku untuk bertahan.
Melihat aku membuka mata, Sally berkata, "Aku pikir kamu nggak bisa mendapatkan uangnya."
Aku duduk dari lantai dan mengulurkan tangan kepada Sally, "Di mana uangnya?"
Sally mengeluarkan kartu bank dan melemparkannya ke wajahku, "Ada 980 juta di dalamnya."
Kemudian dia mengeluarkan uang tunai 20 juta dari dompetnya dan melemparkannya, uang kertas itu pu

Yoshi jelas tidak menyangka aku akan mengambil tindakan dan dia menerima pukulan beratku lalu darah langsung muncrat dari hidungnya.
Dia tertegun sejenak, lalu dia bergumul denganku seperti orang gila.
Setelah dipenjara selama lima tahun, aku menjadi sangat lemah dan perlahan-lahan kalah.
Yoshi tersenyum galak dan tinjunya menghantamku seperti tetesan air hujan.
"Bukankah tadi kamu sangat sombong? Pembunuh masih berani memukul orang. Aku rasa kamu kurang makan di penjara. Ibumu nggak pantas hidup dengan memiliki anak laki-laki sepertimu. Dia harus mati lebih cepat biar reinkarnasi lebih cepat!"
Aku meringkuk di lantai, tulang-tulangku serasa hancur dan tidak ada bagian tubuhku yang tidak sakit.
Mendengar Yoshi mengutuk ibuku, lambat laun kekejaman menguak di hatiku.
Aku tidak tahu dari mana kekuatan itu berasal dan aku bangun dengan tersandung dari lantai.
Aku memecahkan jendela kaca di 

"Aku tahu."
Sally mempercayainya tanpa ragu-ragu dan malah menghiburnya.
"Kamu bukan tipe orang yang melakukan hal seperti itu. Nggak apa-apa, aku nggak akan menyalahkanmu."
Yoshi tampak terharu, "Bu Sally, kamu baik sekali. Aku akan membalasnya dengan baik malam ini."
Yoshi mengucapkan kalimat terakhir dengan sangat ambigu dan memberiku senyuman provokatif.
Aku berdiri di sana seperti orang luar. Adegan ini sangat mencolok. Aku memejamkan mata dan mencoba untuk tenang.
Aku membuka mata dan langsung menjelaskan tujuanku kepada Sally, "Aku butuh pinjaman satu miliar. Selama kamu setuju pinjam padaku, aku akan bayar beserta bunganya di masa depan."
"Bayar?" Sally menatapku dari atas ke bawah seolah-olah dia mendengar lelucon besar.
"Kamu adalah seorang pembunuh yang baru saja dibebaskan dari penjara. Bagaimana caranya kamu bayar? Nyawamu terlalu kotor dan aku nggak mau."
Hatiku terasa seperti ditusuk jarum. Aku menarik napas dalam-dalam, menundukkan kepalaku dan memohon padanya dengan nada rendah hati yang belum pernah kulakukan sebelumnya.
"Aku mohon, aku sangat membutuhkan uang ini. Selama kamu setuju untuk meminjamkan uang kepadaku, aku bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan!"
Sally menjadi tertarik dan mengangkat daguku dengan jari telunjuknya, "Benarkah? Karena kamu begitu tulus, aku akan memberimu kesempatan."
Aku dibawa ke kolam renang luar ruangan di lantai paling atas Grup Torres.
Sally berkata, "Selama kamu menyelam ke dalam air selama setengah jam, aku akan meminjamkannya kepadamu ...."
"Oh nggak, aku bisa langsung memberimu satu miliar, bagaimana?"
Aku melihat ke kolam air yang tenang, tapi ada badai di hatiku dan tanganku tidak bisa berhenti gemetar.
Karena aku ditendang ke sungai oleh ayah William ketika aku masih kecil dan hampir tenggelam. Sejak itu, aku takut air dan bahkan tidak berani belajar berenang.
Sally tahu bahwa aku paling takut pada air, tapi dia tetap menggunakannya untuk menyakitiku.
Aku rasa ideku agak konyol, dia bisa mengirimku ke penjara dengan cara seperti itu lima tahun lalu dan hampir membunuhku di sana.
Apa artinya urusan sekecil ini sekarang?
Demi ibuku, aku menuruni tangga perlahan tanpa ragu sedikit pun.
Tubuhku bersentuhan dengan air es, yang membuatku menggigil kedinginan.
Aku menahan rasa dingin dan menarik napas dalam-dalam. Segera setelah aku menyentuh air, adegan penganiayaan saat masih anak-anak membanjiri diriku dan aku menjadi pucat.
Suara air mengalir di telingaku, tapi melalui air yang jernih, aku melihat Sally dan Yoshi berdiri sambil tertawa.
Gurauan ambigu antara keduanya bercampur dengan suara air mengalir langsung ke kepalaku.
Faktanya, kebugaran fisikku sangat buruk sekarang dan sekarang musim dingin. Setelah berendam di air dingin selama beberapa menit, aku tidak bisa menahannya lagi.
Yoshi berjongkok di tepi kolam dan menatapku sambil mencibir, "Ini baru kurang dari lima menit dan kamu sudah nggak sanggup?"
Aku menatap kosong ke arah air, terlalu sibuk melawan rasa takutku sehingga tidak bisa memerhatikannya.
Melihat aku mengabaikannya, Yoshi menjadi agak marah.
Yoshi menoleh ke arah Sally, "Bu Sally, kamu nggak bisa sebaik itu. Kamu harus biarkan dia tahu bahwa satu miliar itu tak mudah didapat!"
Tiba-tiba aku melihat ke arah Sally, tapi dia tersenyum dan berkata kepada Yoshi, "Lalu kamu pikir apa yang harus kita lakukan? Kamu lakukan saja."
Mata Yoshi bersinar dengan sedikit antusias lalu dia mengulurkan tangan untuk menahan kepalaku dan mendorongku ke dalam air.
Air menutupi hidung dan mataku lalu aku mulai meronta, tapi aku bukan tandingan Yoshi.
Aku tersedak air liurku beberapa kali, tapi Yoshi tetap tidak melepaskanku.
Aku tidak bisa bernapas lagi. Perasaan sekarat ketika aku masih kecil tumpang tindih dengan sekarang. Secara naluriah, aku meminta pertolongan kepada Sally.
"Suruh dia berhenti!"
Di bawah tekanan Yoshi, aku mengeluarkan suara dengan susah payah.
Tapi, Sally hanya menyesap anggur merah dengan santai ....


Beban di atas kepalaku tiba-tiba menghilang dan aku tiba-tiba sadar kembali. Aku berusaha mengeluarkan kepalaku dari air. Tepat setelah aku menarik napas, aku didorong kembali.
Aku terus seperti ini selama setengah jam, tapi akhirnya aku tidak tahan lagi dan pingsan.
Ketika aku bangun, aku terkapar di lantai. Pandanganku gelap untuk beberapa saat dan aku merasa kematian akan datang sedetik kemudian.
Tiba-tiba aku teringat ibuku yang terbaring di ranjang dengan wajah pucat dan aku menggertakkan gigi sambil memaksakan diriku untuk bertahan.
Melihat aku membuka mata, Sally berkata, "Aku pikir kamu nggak bisa mendapatkan uangnya."
Aku duduk dari lantai dan mengulurkan tangan kepada Sally, "Di mana uangnya?"
Sally mengeluarkan kartu bank dan melemparkannya ke wajahku, "Ada 980 juta di dalamnya."
Kemudian dia mengeluarkan uang tunai 20 juta dari dompetnya dan melemparkannya, uang kertas itu pun jatuh menimpaku.
Ada senyuman sinis di bibir Sally, "Ini sisa 20 juta, cepat ambil, aku nggak pedu

Bab 8