Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4 Esther Mencarikan Calon Suami Untuknya

Esther berjongkok di bawah ranjang dan sibuk mencari sesuatu. Tidak lama kemudian, dia keluar dengan membawa sebuah kotak. Dia pergi menutup pintu dan menguncinya dengan ekspresi yang misterius, lalu meletakkan kotak itu di depan Felicia seperti memamerkan harta karun. "Chacha, cepat makan." Di dalam kotak itu terdapat beberapa potong kue osmanthus. Mata Felicia tiba-tiba terasa panas dan lembap. Sejak kecil, dia sangat suka makanan manis, terutama kue osmanthus. Oleh karena itu, Esther sampai meminta para pekerja di rumah keluarga Lumington untuk menanam banyak pohon osmanthus di taman. Setiap musim gugur, saat aroma bunga osmanthus semerbak, Esther akan mengajaknya mengumpulkan bunga-bunga itu untuk dibuatkan kue osmanthus khusus untuknya. Meski sekarang Esther hanya punya tingkat kecerdasan setara anak berusia enam tahun, Esther masih ingat untuk menyimpan kue osmanthus kesukaannya. "Chacha, cepat makan." Esther mendesak Felicia. Felicia mengangguk, mengambil kue osmanthus, dan memakannya. Aroma kue osmanthus itu sudah agak berubah, bahkan ada rasa asam yang samar. Entah sudah berapa lama Esther menyimpannya. Namun, Felicia tetap memakannya tanpa ragu. "Chacha, Nenek punya sesuatu yang bagus lagi untukmu." Esther kembali mengeluarkan sebuah foto dengan misterius dan menyerahkannya pada Felicia. Di dalam foto itu tampak seorang pria berjas rapi dengan wajah yang sangat tampan dan sempurna. "Ini calon suami yang Nenek pilihkan untuk Chacha, hehe." "Chacha suka nggak?" "Austin nggak baik, Chacha nggak usah sama dia." Felicia tidak bisa menahan tawa. "Nenek, aku belum ingin mencari pacar sekarang." Felicia tidak memberi tahu Esther tentang dirinya yang diusir dari keluarga Lumington. Esther sangat menyayanginya dan tidak tega melihatnya menderita sedikit pun. Kalau Esther tahu, entah bagaimana dia akan marah. Kalau sampai itu terjadi, Jeff dan Stella pasti akan berpikir kalau dia mengadu pada Esther karena tidak ingin meninggalkan keluarga Lumington. Namun, siapa sangka, setelah mendengar itu, ekspresi Esther langsung berubah. Dia terlihat marah sekaligus sedih. Dia mendekat, memeluk Felicia, dan mengusap kepalanya dengan lembut. "Nenek sudah tahu, mereka nggak menginginkan Chacha lagi. Jangan nangis, Chacha. Nenek akan mencarikanmu calon suami yang lebih baik." "Dia akan datang sebentar lagi." "Ya, pria di foto ini." Felicia terkejut dan langsung bertanya tanpa sempat melihat foto itu, "Nenek sudah tahu apa saja?" Esther mengerutkan bibirnya dan langsung ingin menangis. "Jenny, Jenny sudah kembali dan merebut Austin. Chacha jangan nangis, Nenek akan mencarikan yang lebih baik untukmu." "Lihat foto ini, namanya Leonard Osbert, cucu dari kakak angkat Nenek. Dia tampan dan kaya, seratus kali lebih baik daripada Austin. Kalau Chacha menikah dengannya, itu pasti akan membuat Jenny dan Austin marah." Hal yang terpenting adalah Leonard bisa melindungi Chacha, agar Chacha yang baik hati tidak ditindas oleh keluarga Lumington. Ketiga anggota keluarga Lumington itu seperti serigala yang kejam. Kalau Chacha yang selalu baik hati sejak kecil tidak mendapat perlindungan, dia akan dimakan oleh mereka sampai tidak bersisa. "Sebentar lagi, Leonard akan datang untuk menjenguk Nenek. Chacha, nanti kamu harus berperilaku dengan baik. Chacha 'kan cantik, punya pesona yang menawan, dan sifat yang baik hati. Hanya dengan melemparkan tatapan menggoda, Leonard pasti akan langsung tergila-gila padamu, terus kamu bisa menikah dengannya dan menjadi nyonya keluarga Osbert." Esther berkata dengan serius, "Asalkan Chacha menikah dengan Leonard, keluarga Lumington bukan apa-apa lagi. Apalagi Austin? Dia juga nggak ada artinya!" "Nanti, Chacha akan terbang tinggi!" "Setelah Chacha menikah dengan Leonard, kamu bisa membawanya ke rumah keluarga Lumington untuk membuat ketiga orang itu marah." Felicia mendengarkannya dengan bingung. Setelah beberapa saat, dia baru sadar, ternyata Esther sudah memilihkan calon suami untuknya tanpa sepengetahuannya. Saat Esther membayangkan wajah tampan Leonard, kemarahannya pada keluarga Lumington sedikit berkurang. Dia berkata dengan semangat, "Chacha, Nenek kasih tahu ya, Leonard itu sangat kaya." Sementara itu, di depan pintu kamar Esther, berdiri seorang pria yang tinggi dengan tubuh tegap. Pria itu punya alis tegas, mata bintang, dan aura yang elegan seperti bunga anggrek yang tumbuh di tempat yang agung. Dia adalah Leonard Osbert, pria yang disebutkan Esther. Leonard datang ke panti jompo hari ini atas perintah kakeknya untuk menjenguk adik angkat kakeknya di masa lalu, yaitu Esther. Namun, tanpa disangka dia malah mendengar percakapan seperti ini. Menikah dengan pria yang lebih baik demi membuat mantan tunangannya marah? Terlebih lagi itu pria yang belum pernah dia temui? Wanita seperti ini benar-benar egois dan tidak punya harga diri. Apa dia, Leonard, terlihat seperti pria bodoh? Hanya karena cucu Esther memutuskan pertunangannya, Leonard harus menjadi pelampiasan? Selain itu, tentang cucunya yang cantik dan punya kepribadian yang baik. Sekali melemparkan tatapan menggoda, cucunya bisa membuatnya tergila-gila? Apa mereka pikir dia, Leonard, itu adalah pria kelaparan yang bisa memakan wanita mana pun? Leonard langsung membuang hadiah yang dia bawa ke tempat sampah, lalu berbalik dan pergi tanpa ragu. Wanita yang hanya mementingkan kesenangan duniawi seperti ini, memang pantas ditinggalkan. Setelah pulang, dia harus berbicara baik-baik dengan kakeknya, mengenali siapa adik perempuannya ini. Kalau neneknya saja seperti itu, cucunya juga tidak akan lebih baik dari neneknya. Leonard melangkah keluar dari panti jompo sambil mengeluarkan ponsel untuk menelepon kakeknya. "Kakek, aku nggak sanggup menjalankan tugas menjenguk nenek angkat. Kakek suruh orang lain saja!" "Kantor cabang sedang ada urusan yang sangat penting. Aku harus segera pergi ke untuk menanganinya." "Anak kurang ajar, kamu bilang apa tadi? Katakan sekali lagi." Leonard menjauhkan ponsel dari telinganya, mendengar kakeknya mengomel habis-habisan dari ujung telepon. Kemudian, dia menutup teleponnya dengan santai, berjalan menuju mobil, membuka pintu, dan masuk. "Ricky, jalan." "Baik, Pak Leonard." Saat Ricky sedang bersiap untuk menyalakan mesin mobil, telepon dari Oliver masuk. "Pak Leonard, ini telepon dari Pak Oliver." "Angkat saja." "Baik." Ricky segera menjawab telepon itu, "Halo Pak Oliver, ini saya Ricky." "Ricky! Leon, si anak kurang ajar itu nggak mendengarkanku, ya? Dia nggak pergi menjenguk adik angkatku?" Wajah Leonard yang duduk di kursi belakang langsung menjadi gelap dan suasana di dalam mobil pun langsung menjadi dingin. Ricky menoleh ke belakang dengan hati-hati, mencari petunjuk dari ekspresi Leonard. Setelah mendapatkan anggukan pelan, dia baru berani menjawab. "Pak Oliver, Pak Leonard punya urusan mendesak, jadi dia pergi lebih awal. Tapi saya masih di sini, saya akan segera menjenguk Nyonya Esther." Ricky adalah asisten eksekutif yang telah lama mendampingi Leonard. Hanya dengan satu tatapan dari bosnya, dia sudah tahu apa yang harus dilakukan. Pak Leonard sendiri selalu menghindari membuat kakeknya marah sebisa mungkin, terutama mengingat kesehatan kakeknya yang tidak begitu baik. Kali ini, bosnya berjanji untuk menjenguk adik perempuan angkat kakeknya, yaitu Esther, yang beberapa tahun lalu mengalami kecelakaan dan mengalami gangguan intelektual sehingga tinggal di panti jompo. Tadinya, bosnya bahkan sudah sampai di depan ruang perawatan Esther sambil membawa hadiah. Namun, entah kenapa saat berdiri di depan pintu, bosnya tidak mengetuk pintu. Setelah beberapa saat terdiam, wajahnya mendadak berubah dingin. Bosnya tersenyum sinis, lalu membuang hadiah itu ke tempat sampah tanpa ragu dan pergi begitu saja. Namun, kalau tugas ini tidak diselesaikan, Pak Oliver pasti tidak akan tinggal diam. Oleh karena itu, Ricky memutuskan untuk mengambil alih tugas menjenguk Esther. Ini adalah solusi sempurna untuk menyelamatkan bosnya dari masalah, sekaligus memenuhi permintaan Pak Oliver.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.