Bab 15 Ada yang Menuduh Dia Penipu
Connie pergi membeli hadiah, sementara Felicia tetap tinggal di Rumah Sakit Swafael untuk merawat Oliver. Dalam waktu dekat, dia harus mempertahankan penyamarannya sebagai nenek tua ini.
Di belakang Rumah Sakit Swafael, ada sebuah vila kembar. Felicia yang tidak suka keramaian dan lebih memilih suasana tenang selalu tinggal di salah satu vila ini bersama Connie setiap kali datang untuk menangani pasien. Vila lainnya dihuni oleh Dokter Harry dan istrinya, Emily Hailey.
Emily adalah seorang ibu rumah tangga sejati, istri yang baik dan ibu yang baik. Dia dan Harry telah membesarkan dua anak yang sekarang sudah punya pekerjaan yang mapan dan sangat berbakti.
Anak-anak mereka tidak hanya rutin mengirimkan uang setiap bulan, tetapi juga memberikan hadiah dan mengatur waktu untuk pulang berkumpul bersama orang tua mereka.
Oleh karena itu, kehidupan Emily terasa nyaman dan menyenangkan. Setiap harinya dia sibuk membuat kue, merangkai bunga, atau melakukan hal-hal kecil lainnya.
Dia tahu kalau setiap beberapa waktu, vila di sebelah akan dihuni oleh tamu yang berbeda.
Setiap tamu selalu punya satu permintaan yang sama, yaitu tidak ingin diganggu oleh siapa pun selama tinggal di sana.
Namun, rasa penasaran Emily terhadap tamu-tamu di sebelah sangat besar. Dia beberapa kali menyatakan keinginannya untuk berkunjung dan menyapa mereka, tetapi suaminya, Harry, selalu memperingatkannya untuk tidak mengganggu mereka.
Saat Felicia baru saja tiba di depan pintu vila dan hendak memasukkan kode untuk masuk, Emily yang sedang berada di balkon lantai dua menyapanya dengan ramah.
"Halo, Nyonya!" Emily tersenyum riang. "Saya penghuni vila sebelah. Nama saya Emily."
Felicia mengangguk sedikit, lalu menjawab dengan sopan, "Halo."
Setelah itu, dia langsung masuk ke dalam vila.
Meski Felicia bersikap sopan, dia terkesan dingin dan menjaga jarak. Ini membuat semangat Emily langsung padam.
"Orang macam apa itu? Orang lain menyapanya dengan ramah, tapi dia malah bersikap dingin seperti itu."
Emily mengomel pelan sambil berbalik ke bawah untuk menyiapkan makanan. Hari ini adalah hari anak-anaknya pulang ke rumah untuk berkumpul. Dia ingin memasak hidangan yang enak untuk mereka.
Sementara itu, di dalam vila sebelah, Felicia naik ke lantai tiga, masuk ke sebuah ruang rahasia, lalu melepaskan riasannya dan mengganti kembali ke pakaiannya yang biasa.
Dia mengambil ponselnya dan memeriksa pesan yang baru saja masuk. Lagi-lagi pesan itu berasal dari nomor tidak dikenal yang sebelumnya juga menghubunginya.
"Nona Felicia, aku sarankan kamu berhenti bermimpi untuk mendekatiku dengan memanfaatkan kakekku. Aku nggak akan pernah menyukai wanita materialistis sepertimu, apalagi membiarkanmu menikah denganku."
Felicia bingung.
Sebelumnya dia menyuruh Connie untuk mengirimkan virus Peppa Pig ke orang itu, kemudian orang itu menyerang balik. Setelah Felicia berhasil bertahan, dia tidak mengurusnya lagi. Bagaimana bisa hanya setelah dia membahas kondisi kesehatan Oliver dengan Leonard sebentar, orang aneh ini kembali mengganggunya?
Felicia tidak suka membuang waktu pada hal-hal yang tidak penting, terutama pada orang yang gila. Dia langsung memblokir nomor itu dan melakukan panggilan video kepada Esther.
Esther segera mengangkat telepon dan terlihat sehat serta bersemangat.
"Chacha, kamu sudah terbiasa tinggal di rumah Leonard belum?"
Esther jelas belum tahu kalau Oliver sedang dirawat di Rumah Sakit Swafael di Kota Bromwal.
"Semuanya baik-baik saja. Nenek nggak usah khawatirin aku. Aku sedang magang bersama mentorku. Kalau nanti aku sudah mendapat gaji magang, aku akan membelikan kue osmanthus untuk Nenek."
Felicia menatap Esther dengan penuh kasih sayang. Esther adalah satu-satunya orang yang dia pedulikan di dunia ini.
Dia berharap Esther bisa panjang umur. Meski kondisi mental neneknya seperti anak kecil berusia enam tahun, selama tubuhnya sehat, itu sudah cukup bagi Felicia.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, kesehatan Esther menunjukkan tanda-tanda yang makin menurun.
Kematian memang sesuatu yang wajar dalam siklus kehidupan. Tetapi bagi Felicia, sulit untuk menerima kenyataan kalau Esther yang begitu menyayanginya mungkin akan meninggalkannya suatu hari nanti.
Oleh karena itu, belakangan ini Felicia sibuk mencari beberapa jenis bahan obat yang sangat langka. Obat-obatan itu tidak hanya bisa membantu memulihkan kondisi mental Esther, tetapi juga sangat baik untuk kesehatannya. Kalau berhasil, Esther setidaknya bisa hidup tujuh atau delapan tahun lebih lama.
Oleh karena itu, Felicia bertekad menemukan bahan-bahan obat itu agar bisa memperpanjang hidup Esther.
Dia tidak tahu siapa orang tua kandungnya. Bagi Felicia, Esther adalah satu-satunya keluarganya. Tidak peduli apa pun yang terjadi, dia tidak akan membiarkan Esther pergi meninggalkannya.
"Chacha, jangan bekerja terlalu keras. Dividen dari saham yang Nenek berikan padamu sudah cukup besar. Kamu nggak perlu bekerja keras, cukup gunakan uang itu saja."
Felicia tersenyum. Siapa bilang Esther yang dianggap hanya punya kecerdasan anak enam tahun itu tidak mengerti apa-apa? Esther tahu banyak hal!
"Chacha tahu, tapi Chacha juga ingin menghasilkan uang sendiri untuk Nenek!"
"Nenek harus patuh sama Suster Diana. Setelah masa magang Chacha selesai, Chacha akan langsung kembali menemui Nenek."
"Magangku ini akan berlangsung selama tiga bulan."
"Kalau gitu, Nenek akan menunggu Chacha selama tiga bulan."
"Oke!"
Felicia dan Esther mengobrol sebentar, kemudian dia menutup panggilan video.
Setelah panggilan video berakhir, Felicia mengambil iPad lain untuk menangani beberapa pekerjaan yang masuk melalui email. Di tengah-tengah kesibukannya, sebuah email dari Connie masuk ke kotak masuknya.
Connie: "Guru, istri Dokter Harry, Emily, tiba-tiba pergi menemui Pak Leonard dan menuduh Guru sebagai Elim palsu. Dia juga mengatakan kalau dia mengenal Elim yang asli dan meminta Pak Leonard untuk nggak memercayai Guru."
Felicia mengetuk layar dengan lembut. "Harry di mana?"
Connie: "Dokter Harry sebelumnya menerima telepon dan meninggalkan rumah sakit. Lalu Emily tiba-tiba datang membawa seseorang yang mengaku sebagai Elim."
Tatapan Felicia menjadi lebih dingin. Belum lama ini, saat dia memasuki vila, Emily masih menyapanya dengan senyum lebar.
Namun, hanya dalam waktu singkat dia mengobrol dengan Esther melalui video, situasinya berubah sedrastis ini.
Felicia: "Apa Leonard dan Pak Oliver benar-benar percaya?"
Connie: "Guru, Anda akan tahu setelah ke sini."
Felicia: "Oke."
Felicia keluar dari layar obrolannya dengan Connie, lalu segera kembali menyamar sebagai nenek tua seperti sebelumnya. Setelah memastikan semuanya sempurna, dia keluar dari ruang rahasia.
Vila ini punya struktur yang mirip dengan vila sebelah, tetapi tata letaknya sepenuhnya berbeda. Ada tiga ruang rahasia di vila ini, semuanya dirancang langsung oleh Felicia sendiri. Ketiga ruang ini saling terhubung dan masing-masingnya punya fungsi yang berbeda.
Setiap kali Felicia datang, dia akan menyamar saat berada di luar. Namun, begitu masuk ke ruang rahasia, dia kembali menjadi dirinya sendiri.
Setelah selesai menyamar, Felicia meninggalkan vila. Sebelum pergi, dia melirik sejenak ke arah vila sebelah. Dulu, Harry hanyalah seorang dokter paruh baya yang tidak terlalu berhasil dalam kariernya. Dengan dukungan darinya, Harry akhirnya bisa mencapai posisi seperti sekarang.
Harry sangat menghormati Felicia, bahkan memberi tahu istri dan anak-anaknya untuk selalu menghormati tamu yang tinggal di vila sebelah.
Namun, sekarang Emily tiba-tiba menuduh kalau dirinya bukan Elim yang asli. Mata Felicia agak menyipit. Situasi seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Dia khawatir kejadian ini ada hubungannya dengan fakta kalau pasien yang dia tangani kali ini adalah Oliver.
Felicia pun segera tiba di kamar VIP tempat Oliver berada.
Emily sedang memegang ponselnya. Di sampingnya, berdiri seorang wanita muda. Wanita itu punya penampilan yang menawan dan cerah, mengenakan gaun kerja hitam yang terlihat profesional, dipadukan dengan sepatu hak tinggi setinggi sepuluh sentimeter.
Di dalam kamar VIP, Leonard duduk di sofa dengan sikap elegan dan berwibawa. Wajahnya dingin dan tidak menunjukkan banyak emosi. Di sisi lain, Oliver duduk di tempat tidur sambil memainkan ponselnya. Sementara itu, Connie dan Ricky berdiri di sudut ruangan.
Felicia mengenakan jas lab putih yang sama seperti sebelumnya. Dia masih mengenakan masker dan kacamata presbiopi, membuat dirinya terlihat tertutup rapat dari ujung kepala hingga kaki.
Saat melihat Emily dan wanita muda itu, Felicia melangkah maju perlahan. Dia sengaja mengubah suaranya menjadi agak serak dan berkata dengan tenang, "Aku dengar, kamu menuduhku sebagai Elim palsu. Apa itu benar?"
"Ya, benar, kamu memang seorang penipu."
Emily berkata dengan penuh keyakinan dan sikap tegas, "Ini baru Elim yang asli!"