Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Mainan Erland

"Maaf, anda salah orang. Saya bukan Dean. " Ramah pria ini. Dean yang asli menyeringai. "Benar dugaanku, pria itu ingin menjebakku. Jadi, dia yang selama ini se-enaknya memegang hanphone Chloe? Pasti sejak awal dia sudah curiga. Oh Tuhan, lindungi Chloe, semoga pria itu tidak melakukan sesuatu yang buruk." Pria ini segera meninggalkan kafe. "Di mana Chloe?" Ingin bertindak cepat, tapi Dean tidak boleh gegabah. "Di mana kalian berbulan madu?" Jika, Dean pria tidak sabaran dia bisa saja menemui Erland saat ini juga, tapi Dean tidak akan melakukannya. Pria ini memilih mengekori Erland. Erland kesal karena telah dipermainkan. Wajahnya sangat tidak bersahabat. "Sialan, mereka bersekongkol? Berani sekali menipuku!" Di sisi lain, telepon hotel menghubungkan panggilan kepada Dean. "Chloe, ini kamu?" Nada suara Dean terdengar sangat antusias. "Iya, Dean." Namun, suara Chloe terdengar datar. "Chloe, apa yang terjadi, kamu di mana, kenapa kamu menikah dengan Erland?" cerocos Dean. Chloe kaget setengah mati karena ternyata Dean mengetahui pernihannya dengan Erland. "Ka-kamu sudah tahu?" "Saya menyaksikan acara pernikahanmu di dalam video." Sendu Dean, sesaat perhatiannya dari Erland buyar dan ketika sorot matanya kembali mengarah pada tempat Erland berada, pria itu sudah menghilang. "Sial!" gumam Dean, tapi tidak terlalu menjadi masalah karena sekarang dia bisa mendengar suara Chloe. "Saya minta maaf," lirih Chloe. "Apa alasannya, jelaskan padaku?" Pun, suara Dean terdengar merintih. "Dean, saya mohon pergilah, lupakan semua tentang kita karena keadaanku sudah tidak sama." "Saya mohon Chloe. Berikan alasan untuk semua ini." Dean cukup tegar untuk mendengar alasan apapun. "Saya ...." Lagi, bunyi klik menghentikan Chloe. Gagang telepon segera disimpan ke tempatnya. "Kau sudah pulang?" "Iya. Kau tahu alasanku pulang?" Wajah Erland tampak sangat kesal. Chloe menggeleng. Erland menatap tajam ke arah istrinya. "Lanjutkan saja misi kita, setelah itu kau bisa bebas!" Pria ini melengos begitu saja. Kejadian tadi sangat memalukan yang tidak mungkin diungkap pada Chloe. Bisa-bisanya pria itu mempermainkan saya, lihat saja apa yang akan saya lakukan pada kekasihnya! Tatapan Erland kembali mengarah pada Chloe yang sedang memunggunginya. Siang ini Erland hanya menghabiskan waktunya di dalam gedung hotel. Mondar-mandir kesana-kemari hanya sekedar untuk menjahili Chloe. "Sebenarnya apa yang kau cari?" Chloe mulai kesal, sejak tadi Erland membawanya berkeliling di supermarket. "Kau akan tahu setelah saya mendapatkannya." Santai Erland, kemudian kembali berjalan dan Chloe kembali mengekor. "Jika di sini tidak ada, cari saja di tempat lain atau bisa bertanya pada petugasnya!" "Ah, ide bagus. Ayo kita ke tempat lain." Lagi, Erland memimpin jalan. "Senang sekali mengerjaimu," gumamnya bersama senyuman puas. Selama tiga hari ini, Erland bebas dari urusan bisnis maka, handphonenya seakan mati, tidak ada satu orang pun berani mengusik bulan madunya. Jadi, Erland bosan dan memanfaatkan mainannya yaitu Chloe. "Hei, tunggu!" cegah Chloe kala Erland meninggalkan halaman hotel, "kau tidak akan membawa mobilmu?" "Untuk apa? Kita berada di pusat kota, jarak antara tempat perbelanjaan satu dengan yang lainnya tidak jauh kan, kau lihat." Mereka sedang dikelilingi bangunan-bangunan mewah yang menjual keperluan tersier dan sekunder. "Iya, tapi cuacanya panas sekali!" Chloe menutup dahi di atas matanya menggunakan telapak tangan. "Sayang ... kau lihat langit cerah ini, itu tandanya alam mendukung kita, pasangan yang romantis." Senyuman menyebalkan hadir, "ikuti saya," titahnya. Chloe tampak seperti orang bodoh, mengikuti Erland kemanapun langkahnya di bawah cahaya matahari yang membakar. Erland mampu bersikap biasa saja berkat kaca mata hitamnya, pun dengan rambut klimisnya tampak santai saja walau tertiup angin di bawah sinar matahari. Pria ini memberikan uluran tangan kala akan menyebrang. "Pegang tanganku." "Tidak mau!" "Saya tidak ingin seseorang bermasalah dan dirugikan karena menabrakmu." Tawa kecil hadir. "Hah, menyebalkan!" Chloe selalu tidak habis pikir pada pemikiran Erland. Terlalu aneh dan hobby mencibir juga menghina. Pria ini merasa berdiri di atas kepala Chloe. Tangan Chloe digandeng paksa, kemudian mereka menyebrang dengan mulus, tapi ketika sampai di halaman mall Erland kembali melepaskan tangan istrinya, dia memilih berjalan keren hingga kaum hawa menunjukan kekaguman mereka. Saya tidak pernah mengenalmu bahkan dalam media apapun, saya tidak tahu jika kau sangat kaya raya dan terkenal, tapi sekarang saya berjalan di belakangmu, mengikutimu yang lebih parah saya menjadi istrimu dan harus mengandung anakmu. Setelah semua ini, bisakah saya hidup normal? Menikmati setiap detik usiaku dengan damai dan nyaman seperti dulu. Walau mama dan papa sudah tidak ada, tapi saya ingin menyalakan kembali cahaya yang pernah redup, ingin kembali menjadi Chloe yang mempunyai banyak teman setia di sisinya. Semenjak mama dan papa pergi, saya mengasingkan diri, terlalu rumit untukku memijak dunia ini. Teman-teman yang dulu mencintaiku perlahan pergi karena saya mengusir mereka secara tidak langsung. Apalagi sekarang, saya sudah sah menjadi istri Erland, pasti mereka semakin memandangku aneh. Lalu, Dean. Dean masih peduli, saya tahu itu, tapi saya tidak bisa kembali! Dean adalah setitik cahaya yang sengaja saya hindari karena tubuh ini kotor! Sejak tadi batin Chloe berbicara. Chloe memeluk diri sendiri kala kedua kakinya mengikuti Erland, kemudian sebuah pelukan hangat merangkul. "Kau kedinginan?" Erland memberinya sedikit kenyamanan palsu, dia hanya sedang menjaga reputasinya. Seorang bermartabat tinggi sepertinya tidak boleh terlihat kejam, apalagi kepada seorang istri. "Apa yang sedang kau pikirkan?" desisnya, "air matamu hampir jatuh, jangan berpikir macam-macam ini di tempat umum!" Masih desis Erland, kali ini di tambah ketegasan. Sekarang Erland dan Chloe berjalan bersisian, layaknya pasangan pengantin baru. Mall tempat mereka kini sama terkenalnya dengan hotel bintang lima yang baru saja ditinggalkan. "Om Edward!" celetuk Chloe kala tanpa sengaja melihat Edward yang sedang berada di dalam salah satu restoran bersama pria berpenampilan rapih nan elegant-seorang pengusaha. Gadis ini mengambil langkah pertama guna menghampiri pamannya. "Tunggu, kau tidak lihat pamanmu sedang bersama seseorang," cegah Edward. "Tapi saya perlu bicara pada Om Edward, ada banyak hal yang ingin saya bicarakan." "Jika kau kesana sekarang maka, kau akan dianggap pengganggu." Erland mencoba menutup akses Chloe dengan Edward karena istrinya tidak boleh mengadu apapun walau kelihatannya Edward tidak akan peduli, tapi apa salahnya berjaga-jaga. "Tapi!" Masih protes Chloe. "Pengusaha besar seperti pamanmu tidak akan pernah menyukai gangguan." Erland menekan ucapannya. "Apa, Om Edward pengusaha besar?" Chloe tidak pernah tahu itu yang dia tahu dulu Edward bekerja bersama Abraham-ayahnya, posisi Edward tidak lebih dari karyawan biasa. Bersambung ....

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.