Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8

Di sudut ruangan, seorang anak laki-laki bernama Leonardi berdiri diam memperhatikan semuanya. Saat dia mendengar langsung ibunya mengatakan mereka tidak ada hubungan lagi dan melihat dia pergi dengan anak orang lain, matanya memerah karena marah. Dengan emosi meluap, Leonardi berlari ke pelukan Gilbert sambil berteriak, "Ayah, dia bukan ibuku! Aku nggak akan pernah mengakuinya lagi!" Gilbert melirik anaknya dengan wajah dingin lalu berkata, "Kamu mengakuinya, tapi ibumu bahkan nggak menginginkanmu lagi. Jadi, sekarang ceritakan apa yang sebenarnya terjadi hari ini? Kenapa kamu mengurung anak itu di sana?" Leonardi menundukkan kepala dengan raut bersalah. Dengan suara kecil, dia berkata, "Aku cuma mau dia diam di sana sebentar, bukan mau membunuhnya." Gilbert mengetuk dahi Leonardi dengan jarinya lalu berkata, "Kalau kamu sampai berpikir begitu, sekarang juga Ayah patahkan kakimu." Leonardi terkejut dan cepat-cepat menggeleng lalu berkata, "Nggak, aku nggak kepikiran begitu. Aku cuma merasa dia menyebalkan, jadi aku ingin menakut-nakutinya." Gilbert memicingkan mata, lalu bertanya, "Apa karena ibumu bersikap baik padanya, makanya kamu cemburu?" "Aku nggak cemburu!" dengus Leonardi. Lalu, dia membuang muka dan melanjutkan, "Aku sudah bilang, dia bukan ibuku. Dia baik sama siapa pun, itu nggak ada hubungannya sama aku." Melihat putranya yang keras kepala, Gilbert tidak mengungkapkannya. Leonardi baru delapan tahun, masih polos dan sulit menyembunyikan perasaannya. Semua yang dia rasakan selalu tercermin di wajahnya. Gilbert mengusap kepala anaknya dan berkata dengan nada serius, "Kalau kamu berani berbuat, kamu juga harus berani bertanggung jawab. Pulang dan tulis surat permintaan maaf, lalu besok minta maaf pada Samuel di depan semua orang." Leonardi mengerutkan kening dengan wajah penuh ketidakpuasan, lalu berkata, "Nggak ada cara lain? Aku nggak mau mempermalukan diri sendiri seperti itu!" Mendengar keluhan itu, Gilbert mengangkat alis lalu bertanya, "Apa kamu ingin aku memecat ibumu?" Mendengar perkataan ayahnya, Leonardi menggigit bibirnya, jelas terlihat cemas. "Bukan begitu ... Aku akan menulis surat permintaan maaf dan besok aku akan minta maaf. Sudah cukup, 'kan?" ujar Leonardi. Melihat ekspresi panik anaknya, Gilbert bisa menebak perasaan sesungguhnya Leonardi. Dia cemburu, tapi terlalu gengsi untuk mengakuinya. Gilbert mengetuk kepala anaknya sekali lagi lalu berkata, "Pikirkan baik-baik tentang apa yang kamu lakukan dan belajar dari kesalahanmu." Melihat Leonardi sebagai si penguasa kecil yang biasanya tidak takut pada apa pun ternyata setuju untuk meminta maaf, kepala sekolah menghapus keringat di dahinya. Dengan nada penuh kehati-hatian, Pak Bimo berkata kepada Gilbert, "Pak Gilbert, aku sudah bilang kalau Bu Yohana punya cara yang sangat baik dalam mendidik anak-anak. Kalau Leonardi ada di kelasnya, dia pasti akan menjadi lebih disiplin." Gilbert menatap kepala sekolah dengan dingin lalu berkata, "Jaga baik-baik Yohana. Kalau dia sampai merasa tersinggung sedikit pun di tempat ini, kamu bisa berhenti jadi kepala sekolah." Wajah Pak Bimo memucat dan dia buru-buru mengangguk, "Tentu saja. Aku akan menjaga Bu Yohana dengan baik, memastikan dia nggak mengalami kesulitan apa pun di sini." Tanpa berkata banyak, Gilbert hanya memberikan anggukan kecil sebelum membawa Leonardi pergi bersamanya. Pikiran Gilbert dipenuhi dengan kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Yohana. Yohana bilang dia menderita gangguan pembekuan darah. Penyakit separah itu kenapa dia tidak memberitahunya? Bahkan, dia malah menuduh Gilbert menjebaknya hingga memiliki anak. Apakah dia lupa siapa yang dulu mabuk berat dan terus mengganggunya? Dia memperlakukan Gilbert seperti pria panggilan gratis dan sekarang dia bahkan menyembunyikan penyakitnya. Empat tahun menikah, seberapa tulus Yohana selama ini? Apakah semua yang Yohana katakan bahwa dia sangat mencintai Gilbert dan rumah tangga mereka hanyalah sebuah kebohongan? Dengan frustrasi, Gilbert memukul setir mobilnya. Tiba-tiba, suara ponsel memecah keheningan. Melihat nama yang tertera di layar, Gilbert segera menekan tombol untuk menjawab panggilan itu. Suara asistennya terdengar di seberang, "Pak Gilbert, aku menemukan beberapa informasi tentang kehidupan Bu Yohana selama empat tahun terakhir." Gilbert mengerutkan kening. Dengan suara rendah dia menjawab, "Bagaimana?" Asistennya berkata, "Setelah meninggalkan keluarga Yonar, Bu Yohana pergi ke panti asuhan tempat dia pernah tinggal. Di sana, dia bertemu dengan William, seorang konselor psikologi panti asuhan. Mereka cukup dekat." "Satu tahun kemudian, Bu Yohana melahirkan seorang putri. Tapi, saat putrinya berusia enam bulan, dia didiagnosis dengan autisme ringan. Setelah bertahun-tahun terapi, kondisinya sudah jauh membaik, tapi dia masih belum bisa berbicara. Itulah alasan Bu Yohana kembali untuk mencari fasilitas medis yang lebih baik bagi putrinya," lanjut asisten itu. Mendengar hal ini, dada Gilbert terasa seperti diremas. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan Kirana yang tersenyum padanya. Senyumnya begitu menenangkan, seperti mampu menyembuhkan luka di hatinya tanpa disadari. Seharusnya dia membenci anak itu karena gadis kecil itu adalah anak dari Yohana dan pria lain. Dia juga mencuri tempat Leonardi di hati Yohana. Namun anehnya, Gilbert tidak bisa membenci gadis kecil itu. Sebaliknya, ada perasaan hangat yang sulit dijelaskan saat melihatnya. Anak sekecil itu begitu manis dan cantik, kenapa harus menderita penyakit seperti ini? Dia membuka laci dan mengambil lolipop yang diberikan Kirana padanya. Membawanya ke hidung, dia menghirup aroma manis permen yang bercampur dengan harum khas anak kecil. Rasanya seperti ada sesuatu yang runtuh di sudut hati Gilbert. Tanpa sadar, dia mulai memikirkan cara untuk membantu gadis kecil yang tidak ada hubungan dengannya itu bisa berbicara. Dia tahu perasaan ini mungkin berasal dari rasa bersalahnya pada Yohana. Sebuah keinginan untuk menebus semuanya dengan cara lain. Akhirnya dia memberikan perintah, "Hubungi ahli terbaik di kota Lindora. Pastikan putrinya mendapatkan perawatan terbaik." Asisten segera merespons, "Aku akan segera melakukannya. Tapi, Pak Gilbert, aku juga menemukan informasi bahwa setelah Bu Yohana meninggalkan keluarga Yonar, beberapa merek perancang gaun pengantin besar menghubunginya dan ingin merekrutnya sebagai kepala desainer. Tapi, semuanya ditolak oleh Bu Yohana." Gilbert mengerutkan kening dan berkata, "Kenapa?" Asisten menjawab, "Alasan Bu Yohana adalah dia kehabisan inspirasi. Tapi, dia sebenarnya pernah memberi bimbingan di balik layar dan membantu seseorang meraih medali emas di Kompetisi Desain Gaun Pengantin WTG." WTG adalah kompetisi internasional desain gaun pengantin yang sangat bergengsi dan dihormati di seluruh dunia. Yohana selalu bermimpi untuk berdiri di atas podium tertinggi. Dia juga sangat ingin desainnya menjadi karya yang diakui dunia. Mengapa dia memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, tetapi memilih untuk tetap berada di balik layar? makin Gilbert memikirkannya, makin dia merasa bingung. Tiba-tiba, sebuah dugaan yang menakutkan melintas dalam pikirannya. Dugaan itu membuat Gilbert merasa tubuhnya dingin seketika. Hingga suaranya terdengar lebih tergesa-gesa dari biasanya, "Cek apa yang sebenarnya terjadi dengan Yohana empat tahun lalu."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.