Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8 Seperti Makan di Samping Toilet

Ariana sebenarnya enggan menceritakan hal ini. Baginya, membicarakan kelakuan Leonard seolah mengakui bahwa masa lalunya gagal. "Mana mungkin Kak Leonard memperlakukanmu nggak baik?" Shakira ikut buka mulut. "Kak Leonard orangnya baik. Kamu pasti sudah membuatnya kecewa dan sekarang balik menyalahkan dia, 'kan?" Kekaguman Shakira terhadap Leonard sudah melebihi fanatisme suporter sepak bola. Dia tidak bisa lagi membedakan hitam dan putih. "Mungkin kamu seharusnya simpanan Leonard," ujar Ariana sambil melayangkan tatapan tajam kepada Shakira. Komentar Ariana membuat Larissa memelotot kaget. "Sayang, lihat kelakuan Ariana ke Shakira. Bertahun-tahun aku merawatnya dengan tulus, tapi dia berani kurang ajar begitu ... " "Bu, Kak Shakira juga sudah keterlaluan. Dia asal menuduh, padahal tidak tahu masalahnya. Jangan terus membela Kak Shakira." Matteo yang merasa gerah pun memihak Ariana. Darah tinggi Larissa hampir kumat. Dasar anak durhaka. Mengapa Matteo malah tidak mendukung saudara kandungnya sendiri? "Cukup!" bentak Henry dengan suara yang kembali meninggi. Dia lalu menatap Ariana dan berkata, "Jangan bahas masalah ini lagi. Ayah akan cari waktu untuk bicara sama Leonard, tapi kamu juga harus bersikap lebih dewasa." Kepala pelayan keluarga Evans tiba-tiba masuk dengan tergesa-gesa. "Pak Henry, Pak Leonard datang kemari." Ariana menoleh ke arah ruang tamu dan melihat Leonard berjalan masuk dalam setelan jas rapi sambil membawa banyak hadiah mahal. Ariana mengerutkan kening saat melihat Leonard mendekat. "Kalau ayahmu nggak telepon, aku mungkin nggak tahu kalau kamu pulang ke sini. Kamu seharusnya bilang biar aku bisa menemani." Senyum hangat terukir di bibir Leonard seakan-akan tidak ada masalah di antara mereka. Ternyata Henry diam-diam menelepon Leonard ... Ariana menatap Henry dengan tak percaya. Dia pulang ke rumah berharap mendapat dukungan ayahnya. Tak disangka, Henry justru mendorongnya kembali ke pelukan pria itu. Di sisi lain, Henry seperti tidak memedulikan tatapan putrinya dan malah asyik mengobrol dengan Leonard. Tak lupa, ayahnya juga meminta Larissa untuk menyuruh koki menyiapkan makanan. "Nggak usah, Om Henry. Aku sudah makan. Aku cuma mau menjemput Ariana." Sambil tersenyum, Leonard merangkul pinggang Ariana. Ariana langsung menghindar begitu tangan pria itu hampir menyentuhnya. "Anakku ini memang terlalu dimanjakan. Leonard, Om harap kamu bisa lebih sabar nanti," ujar Henry sambil tersenyum. Ekspresi Leonard tetap tenang saat menjawab, "Tenang saja, Om. Aku akan menjaga Ariana dengan baik." Di mobil, Ariana terus menatap ke luar jendela. Kepalanya penuh dengan kata-kata Henry. Dia tahu bahwa kedudukan keluarga Evans tidak sebaik keluarga Sinclair. Namun, Henry juga mengajarkan bahwa di mana pun Ariana berada, dia juga harus memiliki harga diri. Namun, ketika Ariana ingin membatalkan pernikahannya dengan Leonard, mengapa Henry justru memintanya untuk mengalah? Apakah keluarga Evans punya utang budi pada keluarga Sinclair? Jangan-jangan ... ada alasan lain di balik pertunangan antara dia dan Leonard. Dia bisa memahami kebiasaan kalangan elite yang suka menjodohkan anaknya demi keuntungan. Hanya saja, Ariana tidak merasa ada sesuatu yang Leonard inginkan dari keluarga Evans. Lagi pula, alasan Franklin menyukai Ariana juga bukan karena latar belakang keluarga Evans. Mengapa pertunangannya menjadi rumit seperti ini? "Ariana, maafkan sikapku kemarin malam. Nggak seharusnya aku memperlakukanmu seperti itu." Suara Leonard terdengar di telinganya. Ariana terkejut dan baru menyadari bahwa mobil mereka sedang menuju ke vila. Dia tidak menanggapi permintaan maaf Leonard dan hanya berkata dengan acuh tak acuh, "Berhenti saja di pinggir jalan. Aku mau turun." Sayangnya, sopir hanya mengikuti perintah Leonard. Tanpa persetujuan bosnya, dia tidak berani berbuat apa-apa. "Jadi, kamu betulan mau pindah?" tanya Leonard. Ariana tak kunjung menjawab, jadi dia menghela napas dan melanjutkan, "Biar aku saja yang pindah dari vila. Aku khawatir kalau kamu tinggal sendirian." Ariana mendengus sinis. Sikap Leonard seolah-olah menunjukkan bahwa dia sangat perhatian padanya. "Nggak usah. Kamu tahu aku jijik sama yang hal-hal kotor, 'kan?" Orang jujur tidak akan pernah tinggal di rumah seorang penipu. Mengapa dia harus kembali ke vila itu? Leonard tidak bodoh. Dia tentu saja tahu maksud tersembunyi di balik ucapan Ariana. "Aku tahu kamu masih marah," ujarnya. "Tapi, Om Henry sudah tua. Kamu nggak boleh membuatnya khawatir, 'kan?" Ucapan Henry kembali terngiang di telinga Ariana. Saat ini, dia hanya bisa diam. Leonard tersenyum. "Nggak apa-apa kalau sementara ini kamu nggak mau pulang ke vila. Lusa ulang tahunmu, 'kan? Kita akan merayakannya bersama." Usai berbicara, dia memerintahkan sopir untuk pergi ke Kota Harmonia. Ariana tidak bertanya bagaimana Leonard bisa tahu alamat Ariana di Kota Harmonia. Dengan posisinya, pria itu bisa menemukan siapa pun dalam hitungan menit. Sebelum turun, Leonard mengusap-usap kepala Ariana, "Besok lusa, aku akan menjemputmu." Setelah agak lama, Ariana akhirnya berkata, "Nggak usah. Kirimkan saja alamatnya nanti." Dia adalah anggota keluarga Evans. Seperti yang dikatakan ayahnya, dia tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri. Yah, meskipun hal ini rasanya seperti makan di samping toilet. Dua hari kemudian, sepulang kerja ... Beberapa teman kantor mengajak Ariana untuk makan di restoran baru. "Wah, maaf, aku masih ada urusan. Lain kali saja, ya." Siang tadi, Leonard sudah mengirimkan alamat restoran yang telah dia pesan. Dahulu, saat Ariana berulang tahun, pria itu selalu sibuk. Entah pergi dinas atau kerja lembur, Leonard menemani Ariana merayakan ulang tahunnya. Pria itu hanya menyuruh asistennya untuk mengirimkan hadiah, mulai dari perhiasan hingga barang-barang mewah yang sangat mahal. Waktu itu, Ariana dengan naifnya mengira bahwa Leonard sangat peduli padanya. Bahkan saat tidak bisa merayakan ulang tahun bersama, pria itu tetap mengingatnya dan menyiapkan hadiah. Padahal ... Restoran yang Leonard pesan terletak di tepi pantai. Dengan jendela besar yang menghadap ke laut, pengunjung bisa menikmati pemandangan sambil bersantap. Tempat ini memang pilihan romantis untuk merayakan ulang tahun. Leonard belum datang ketika pelayan mengantarkan Ariana ke meja dengan pemandangan terbaik di restoran itu. Saat sedang duduk, dia melihat sekelompok pengunjung lain masuk ke restoran. Matanya langsung menangkap sosok seseorang di antara kerumunan. Danzel Sinclair!

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.