Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab.5

Dari jauh ke dekat, bau makanan menjadi semakin menyengat. "Lala, makanan yang kau masak sangat enak! Masakanmu adalah yang terbaik di dunia!” Baru saja menyampaikan pujian untuk Briella, JJ melihat sosok tinggi muncul di pintu masuk ruang makan. JJ sepertinya belum memaafkan Justin, dia mengubah wajanya dengan cepat, dan menarik tatapannya, lalu terus makan mie-nya. Briella melihat kedatangan Justin dengan tenang. Ia hanya tersenyum pada JJ dan berkata, “Jika kamu suka, makanlah lebih banyak.” Untuk makan malan, Briella hanya menyiapkan mie goreng tomat telur. Meski dia sudah lama hidup sendiri, dia tidak bisa memasak hidangan lauk-pauk layaknya makanan keluarga yang umum. Namun, dia telah belajar banyak trik untuk menyiapkan berbagai pasta, mie dan nasi cepat saji. Munculnya Justin memecah suasana hangat di antara dirinya dan JJ. Saat ini, tak satu pun dari mereka berbicara lagi. "Tidak menyambutku?" Suara Justin bergemerisik, dan dia berjalan ke arah mereka. JJ tidak menjawab, sementara Briella hanya meliriknya sekilas. "Kami berdua bukan pelayan atau pemandu sorak, apakah kami perlu menyambut kedatanganmu sambil menundukkan kepala atau menari?" Nada bicaranya terdengar sangat menusuk seperti jarum. Asisten Dean yang berdiri di pintu masuk ruang makan mengeluarkan keringat dingin saat mendengar ucapan Briella. Kebanyakan orang yang berani menggunakan sikap ini saat berbicara dengan Justin, tidak pernah berakhir dengan baik. Justin tidak berbicara, tetapi duduk di sisi JJ. Melihat mereka berdua yang sedang makan dari piring masing-masing, dia mengetukkan ujung jarinya di atas meja dua kali. "Apa tidak ada apa-apa untukku?" "Tidak." Briella tidak mengangkat kepalanya. "Jika kau ingin makan, tolong mintalah pada chef-mu. Jika mereka tidak menyiapkan makanan untukmu, bukankah itu sama saja mereka sedang makan gaji buta?" Dialog dan adegan yang hampir sama juga terjadi di ruang makan ini pada siang hari tadi, tetapi dengan orang yang berbeda. JJ mengintip ke arah Justin. Sebelum dia bisa kembali menyendok makanannya, Justin mengulurkan tangan dan dengan cuek mengambil alih semangkuk mie telur di depannya. "Itu Mie-ku!" JJ memprotes, dan melotot dengan marah. "Daddy, kembalikan! Itu milikku!" Justin tidak memedulikan kemarahan JJ sama sekali, dia terus menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. Setelah mengunyah beberapa kali, dia tersenyum licik dan melirik JJ. "Kenapa sudah mau berbicara denganku? Apakah kau sudah memaafkanku?" "Aku...." JJ baru menyadari bahwa dia sedang dalam masa perang dingin dengan Justin, tapi dia malah lupa dan berbicara dengan Justin terlebih dahulu. Sekarang, wajahnya memerah karen malu sekaligus marah. Ekspresi JJ yang menyedihkan, ditambah dengan perilaku Justin yang merebut makanan JJ begitu saja membuat Briella mengernyitkan kening tak percaya. "Bagaimana bisa kau mengambil makan malam anakmu dan berbicara dengannya seperti itu?" Justin makan dengan nyaman, tanpa mengangkat kelopak matanya untuk melihat. “Dia bisa meminta koki untuk memasak jika dia ingin makan, dan mereka tidak akan makan gaji buta." Dia menjawab dengan kata-kata yang Briella lontarkan tadi hingga Briella tercengang. Benar-benar seorang ayah yang tidak masuk akal! Melihat Briella marah, Justin entah kenapa merasa mie itu terasa lebih enak dan lebih harum. JJ masih mengerucutkan bibirnya dengan sedih sehingga Briella tidak punya pilihan selain menghiburnya, "Tidak apa-apa, aku akan membagi mie-ku denganmu. Ayo kita makan sama-sama, lagipula aku tidak bisa menghabiskannya." Suaranya yang lembut membuat ekspresi sedih JJ segera menghilang. Manik mata JJ menjadi jernih dan bercahaya. "Hmm ..;." JJ mengangguk dengan penuh semangat. Dia bukan hanya merasa tidak menjijikkan untuk berbagi makanan dengan Briella, tapi juga merasa sangat membahagiakan! Sungguh tindakan yang sangat intim karena bisa makan semangkuk mie yang sama dengan Lala! JJ menatap Justin dengan sombong, seolah-olah sedang memamerkan bahwa dia mendapat sesuatu yang lebih baik dari Justin. Saat ini JJ merasa tidak terlalu membenci ayahnya. Bagaimanapun juga, semuanya berkat dia. .... Setelah makan malam, pelayan menunggu JJ untuk mandi dan berniat membawanya untuk tidur, tapi JJ mengganggu Briella dan hanya ingin bersama Briella. "Aku ingin Lala yang membantuku untuk mandi, dan aku ingin bersama Lala sepanjang waktu.” Dia menolak siapapun yang mendekatinya, kecuali Briella. Para pelayan merasa malu, dan bahkan Briella tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Meski JJ hanya seorang anak kecil, bagaimanapun juga ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, hubungan antara anak ini dan dirinya tidak cukup dekat untuk bisa membuatnya boleh melihat bagian tubuhnya, dan sangat mustahil baginya membantu JJ mandi. Namun, bagaimana cara meyakinkan bayi imut berusia lima tahun ini agar mau mandi bersama pelayan?" JJ memiliki sifat keras kepala, dan sulit untuk mengubah pikirannya setelah dia memutuskan sesuatu. Briella beberapa saat dan segera mendapat ide. Briella mencondongkan tubuh ke telinganya dan membisikkan beberapa kata, lalu JJ melepaskannya dan menatapnya dengan mata besar yang cerah. "Benarkah?" tanya JJ dengan nada skeptis. Melihat Briella mengangguk, JJ merasa sedikit kecewa, tapi dia masih membiarkan pelayan untuk membawanya pergi dari Briella dan mandi. Saat melihat bahwa Briella mampu membujuk JJ hanya dalam satu hari,Dean tidak dapat menahan diri untuk tidak mendekatinya dengan rasa ingin tahu dan bertanya, "Nona Brie, jenis sihir apa yang kamu gunakan untuk membuat Tuan kecil begitu patuh?” "Aku mengatakan kepadanya bahwa jika anak laki-laki dan perempuan mandi bersama, dia tidak akan bisa tumbuh tinggi." Briella terkekeh dan menjawab dengan penuh senyuman. "...." Dihadapkan dengan kebohongan yang konyol, Dean hampir tertawa, tetapi ia dengan cepat memilah ekspresi wajahnya dan berkata kepada Briella dengan cermat, "Aku akan memerintahkan seseorang untuk mengatur kamar Nona Briella." "Hah?" Briella sedikit terkejut. Dia tidak tidur dengan JJ?" Dia pikir dia harus tinggal di samping JJ selama sebulan. Dean mendorong kacamatanya dan berkata, “Ada perbedaan antara pria dan wanita, Tuan Justin sudah memikirkannya." "Itu benar, lagipula aku dan JJ bukan saudara." Briella mengangguk setuju. Dean membawa Briella ke kamar lantai dua yang terletak di sisi barat. Kamar itu berada di arah yang berlawanan dengan kamar JJ, dan dipisahkan oleh tangga. Setelah Dean membuka pintu kamar, Briella menyadari apa yang dimaksud oleh Dean saat mengatakan perbedaan laki-laki dan perempuan. Di dalam kamar, terbentang ranjang bergaya Eropa berwarna merah muda, dan dilengkapi dengan lampu kristal di meja samping tempat tidur. Kamar tersebut dipenuhi dengan furnitur berciri khas wanita, sederet boneka di sudut ruangan, dan kotak musik yang indah di atas meja rias. Gayanya hangat dan manis, dengan lampu bintang tergantung di atas langit-langit kamar. Dibandingkan dengan kamar JJ yang membosankan dan misterius, tempat ini lebih seperti kamar anak-anak perempuan pada umumnya. "ini ...." Briella tidak dapat membayangkan bahwa akan ada ruangan seperti itu di rumah yang penuh dengan pria. Dean mendorong kacamatanya lagi, tetapi tidak ada gejolak dalam suaranya, "Ada pakaian yang disiapkan untuk Nona Brie di lemari. Semuanya sesuai ukuranmu. Jika kau memiliki kebutuhan lain, jangan ragu untuk menghubungiku." "Tidak. Maksudku, ruangan ini ... apakah untuk putri masa depannya?" Briella menelan ludahnya yang terasa kering. "Kalau begitu, aku tidak bisa tidur di sini. Lebih baik atur saja kamar biasa untukku, kamar ini seperti kamar untuk putri kerajaan." "Nona Brie tidak perlu merasa tertekan. Gaya dekorasi ruangan ini memang dirancang khusus oleh Tuan Justin, karena itu kesannya sangat berbeda dengan gaya ruangan lain." Penjelasan Dean membuat Briella menghela nafas lega. "Selama dekorasi, semuanya diatur oleh Tuan Justin Ia, mengatakan bahwa kamar ini disediakan untuk calon kakak ipar kami di masa depan. Semua gadis menyukai kamar yang manis." Ekspresi Briella membeku. "Kalau begitu, Nona Briella selamat malam.” Dean menutup pintu dan berjalan keluar tanpa menunggunya merespon. "Ah, halo! Aku baru saja ...." Briella bergegas membuka pintu dan pergi keluar, tapi lorong itu kosong, dan Dean telah pergi. Briella mengerutkan kening, dan dia diserang oleh dilema sesaat. Terlalu aneh bagi Justin untuk mendekorasi kamar untuk calon kakak iparnya bukan? Selain itu, saat ini dia tidur di kamar calon kakak iparnya, apa artinya?! Manik mata Briella menyapu dekorasi kamar itu satu per satu. Hatinya meleleh seketika. Setidaknya dibandingkan dengan kamar lain yang sangat kaku dan dingin, kamar ini terlihat lebih manusiawi meski sangat berlebihan. ***

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.