Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 15

Cindy buru-buru turun. Sampai di bawah, sosok yang putih melintas secepat kilat ke sisi Cindy dan memanjat ke atas sampai ke pelukannya. Pengurus dan pengawal-pengawal yang mengejar rubah langsung berhenti. Pada saat yang sama, anggota Keluarga Kusnadi yang lain juga melihat rubah yang meringkuk di dalam pelukan Cindy. "Cindy, jangan-jangan kamu yang bawa rubah itu ke sini?" Linda terkesiap. "Itu rubah. Ada anak kecil di rumah. Bagaimana kalau rubah itu gigit orang?" "Itu punya Cindy. Kemarin malam sudah kubilang tidak boleh pelihara di rumah, tapi Cindy tidak mau dengar!" Sovian yang turun setelah mendengar keributan langsung memprovokasi. "Ini rubah peliharaanku, tapi ia tidak sembarangan gigit," tukas Cindy dengan nada tegas sambil memeluk rubah. "Rubah itu hewan liar. Kamu suruh tidak gigit, ia benaran tidak gigit?" Seorang pemuda seumuran Cindy bertanya dari samping. Pemuda itu adalah putra Bernard, Andri Kusnadi. Tatapan mata Andri dingin, jelas tidak menyambut kepulangan Cindy. Sovian segera menyahut, "Ya! Ya!" Mungkin karena berulang kali merasakan provokasi Sovian, rubah yang membenamkan kepala di dalam pelukan Cindy langsung menoleh pada Sovian dan menunjukkan giginya dengan galak. Sovian buru-buru mundur, lalu berteriak sambil menunjuk rubah itu. "Lihat rubah itu! Lihat!" Kemudian, seorang anak kecil berseru, "Ibu! Aku takut! Cepat usir rubah itu! Cepat usir!" Anak itu adalah putri bungsu Bernard, Yanny Kusnadi, yang berumur 6 tahun setengah. Saat ini, Yanny sedang memeluk kaki Linda dari belakang dan bersembunyi karena ketakutan. Itulah yang dilihat oleh Henri ketika masuk ke rumah. Cindy berdiri di depan tangga sambil memeluk rubah dan dikelilingi sekelompok orang, seolah-olah sedang diinterogasi. Dengan senyuman dingin seperti biasanya, Henri berjalan ke depan dan berkata, "Aku yang izinkan Cindy pelihara rubah. Kalau kalian keberatan, katakan saja padaku." Saudara-saudara Keluarga Kusnadi terkejut bahwa Henri membolehkan hal itu. Devina yang berdiri di samping maju dan berkata dengan suara lembut, "Kak Henri, bukannya kami antipati pada Cindy, tapi rubah ini tiba-tiba muncul. Apalagi Nenek ...." Devina berhenti di tengah kalimat, tetapi semua orang tahu apa maksudnya. Nyonya Besar Keluarga Kusnadi, Tania tidak menyukai hewan berbulu. Oleh karena itu, dilarang untuk memelihara hewan di rumah. Kondisi tubuh Tania juga tidak baik sehingga tidak ada yang berani membangkangnya. Saat ini, Tania sedang berlibur di pedesaan. Jika Tania pulang dan melihat ada seekor rubah di rumah, bukankah Tania akan marah dan jatuh sakit? Devina secara tidak langsung memperingatkan Henri bahwa Henri tidak dapat membuat keputusan untuk adiknya dalam segala hal. Mata Henri yang memesona melirik Devina dengan cuek. Lalu, Henri tersenyum. "Aku akan jelaskan pada Nenek." Walau sedang tersenyum, nada bicara Henri tegas tak terbantahkan. Kemudian, Henri memberi perintah pada orang-orang di belakangnya. "Rumah hewan dibangun di taman sisi timur saja. Lalu, buatkan tenda." Barulah semua orang memperhatikan dua tukang yang membawa kotak kayu di belakang Henri. Keperluan untuk rubah bahkan sudah disiapkan. Meski sudah mendapat persetujuan Henri kemarin malam, Cindy tidak menyangka Henri sudah menyiapkan rumah rubah pagi-pagi ini. Cindy memeluk Indah dengan lebih erat, mengurungkan niat untuk mengirim Indah pulang ke rumah sewaan. Ada yang membelanya, maka Cindy tidak boleh mundur di momen genting. Itu tidak baik. Dikarenakan tekanan dari Henri, Sovian dan yang lain tidak berani berkomentar lagi terhadap Cindy yang memelihara rubah. Mereka menunggu nenek mereka pulang. Pada saat itu, lihat bagaimana Henri bisa melindungi Cindy. Cindy tidak tahu-menahu tentang pikiran mereka. Cindy memeluk Indah ke lantai. Usai berganti pakaian dan sarapan, Cindy menyisir bulu rubah dengan saksama sampai rapi. Baru setelah puas, Cindy memeluk Indah dan bepergian keluar. Waktu banyak terbuang karena Cindy bangun kesiangan. Saat Cindy keluar rumah, sudah jam setengah sebelas pagi. Cindy berpikir Aaron mungkin sudah pergi ke perusahaan. Akan tetapi, dikarenakan keonaran kemarin malam, Cindy memutuskan untuk mengunjungi rumah Aaron dan memohon maaf. Di luar dugaan Cindy, Aaron ada di rumah. Aaron memakai jas dan berpenampilan rapi, jelas adalah pakaian untuk berangkat kerja. Aaron duduk santai di sana. Cahaya emas di sekeliling tubuh Aaron membuatnya tampak berkilau. Cindy mengedipkan mata untuk menyesuaikan penglihatan. Lalu, Cindy memeluk rubahnya sembari berjalan ke depan. "Tuan Muda Aaron di rumah?" Mata hitam Aaron menjadi lebih gelap ketika Cindy berkedip padanya, tetapi ekspresi Aaron kosong seperti biasa. Aaron berkata, "Kamu bilang kamu akan datang pagi." Cindy termangu. Apakah Aaron berpakaian seperti ini di rumah karena dia mengatakan dia akan datang untuk memohon maaf sehingga Aaron ... menunggunya di rumah? Tidak mungkin, 'kan? Bukannya waktu bos sangat berharga? Mengapa Aaron ... sesantai ini? Poin penting Cindy adalah datang ke rumah, tetapi poin penting yang ditangkap oleh Aaron adalah "pagi". Salah satu gangguan obsesif kompulsif dari Aaron si iblis ini adalah menepati janji. Cindy mengatakan akan datang pada pagi hari, maka Aaron percaya dan menunggunya. Tak disangka, pagi yang dimaksud oleh Cindy adalah jam setengah sebelas. "Maaf rubahku sudah merepotkanmu kemarin malam. Ini jimat keselamatan yang kubuat sendiri, anggap saja sebagai kompensasi minta maaf." Cindy menyodorkan sebuah kantong keberuntungan yang berisi lencana giok. Cindy mengukir bagian belakang lencana giok dengan aksara yang melambangkan berkah dan keberuntungan. Makhluk jahat pada umumnya tidak akan berani mendekati Aaron yang diselubungi cahaya emas. Aaron sama sekali tidak membutuhkan jimat penangkal makhluk jahat yang terbaik. Jadi, Cindy memberikan itu. Terutama lencana giok yang digunakan adalah giok berkualitas bagus yang mengandung kekuatan spiritual sehingga khasiatnya lebih murni. Cindy ingin menjalin hubungan baik dengan manusia cahaya emas itu. Mungkin akan ada kesempatan untuk mendapatkan cahaya emas Aaron. Aaron mengambil kantong keberuntungan, tetapi tidak membukanya langsung, melainkan menyuruh pengurus simpan. Artinya, Aaron sudah menerima "permohonan maaf" dari Cindy. Melihat itu, Cindy memperingatkan, "Jimat keselamatan hanya efektif kalau dibawa setiap saat." Aaron yang hendak memberikan kantong keberuntungan pada pengurus langsung terhenti, lalu melambaikan tangan pada pengurus. Aaron memasukkan kantong keberuntungan ke dalam saku jasnya. Baru setelah itu, Cindy tersenyum puas. Begitu sesi "permohonan maaf" berakhir, Aaron langsung bangun dan hendak pergi. Cindy bergegas memeluk rubah dan mengikuti Aaron. Saat berjalan berdampingan, Cindy diam-diam menganjurkan tangan ke cahaya emas di sekeliling tubuh Aaron. Detik berikutnya, dua titik cahaya emas ditangkap oleh Cindy. Mata Cindy membelalak. Dapat! "Apa yang kamu lakukan?" tanya Aaron dengan suara dingin. Aaron jelas memperhatikan gerakan Cindy tadi. Cindy yang tertangkap basah tetap sangat tenang dan mencari alasan. "Kalau kamu keluar, bisa tidak aku nebeng? Aku juga mau keluar." Tebersit kecurigaan dalam mata Aaron saat melirik wajah Cindy. Aaron tiba-tiba teringat akan jimat keselamatan pemberian Cindy. Satu jimat keselamatan untuk kompensasi dan nebeng mobil, benar-benar praktis. Walau berpikir demikian, tidak ada perubahan ekspresi di wajah Aaron. Aaron hanya mengangguk. Cindy memeluk rubah dan masuk ke dalam mobil. Melihat mata hitam Aaron tertuju pada rubah di pelukannya dengan penuh keheranan, Cindy buru-buru menjelaskan, "Aku sudah mandikan habis pulang kemarin malam. Ia sudah bersih." Aaron merapatkan bibir. Lalu Aaron menanyai Cindy, "Mau ke mana?" Cindy berpikir sejenak sebelum menjawab, "Ke rumah Keluarga Sany." Dia mau mencari penghasilan tambahan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.