Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 14

"Maaf sudah merepotkan Tuan Muda Aaron hari ini. Sudah malam, aku pamit dulu. Aku akan datang untuk memohon maaf besok pagi." Cindy memutuskan untuk menghukum rubah itu setelah pulang. Dia pasti akan memperlihatkan Indah yang putih dan bersih kepada Aaron besok pagi. Melihat sikap Cindy yang serius, tidak ada perubahan ekspresi di wajah Aaron. Aaron mengangguk, lalu memerintahkan pengurus yang berdiri di samping. "Antar Nona Cindy pulang." Pengurus menganguk, lalu dengan sopan menuntun Cindy ke luar. Meski tinggal di kompleks yang sama, pengurus dengan baik hati menyuruh orang mengemudikan mobil satpam yang berpatroli untuk mengantar Cindy dan rubah pulang ke rumah Keluarga Kusnadi. Pengurus yang datang setelah mendengar kabar terbengong ketika melihat Cindy. Dia bahkan tidak tahu kapan Nona Cindy pergi keluar! Yang dipeluk oleh Nona Cindy, sepertinya rubah? "Nona Cindy, ini ...." Setelah pengawal Keluarga Christian pergi, pengurus menatap Cindy dan rubah yang dia peluk, tidak tahu harus menanyakan apa terlebih dahulu. Melihat Cindy hanya memakai piama dan jaket, pengurus bergegas membiarkan Cindy masuk ke rumah. Begitu masuk, tampaklah Henri yang berdiri di depan tangga. Henri jelas sedang menunggu Cindy. Di sudut tangga lantai dua, Sovian memanjangkan leher untuk menonton. Saat Cindy masuk, Sovian langsung melihat hewan yang dipeluknya. Sovian merendahkan suara saat menegur "Apa ... apa yang kamu peluk itu? Tidak boleh ada hewan berbulu di rumah!" Cindy melirik pemuda yang selalu mencari perhatian itu dan bertanya balik. "Kalau tidak boleh, kenapa kamu ada di sini?" Ekspresi Sovian membeku, tampak bodoh sekali. Henri yang berdiri di samping tidak bisa menahan tawa. Baru setelah itu, Sovian sadar kembali dan wajahnya memerah. Sovian hendak mengamuk. "Kamu ...." "Sudah malam, Kakek dan yang lain sudah tidur." Ucapan singkat Cindy langsung memadamkan api kemarahan Sovian. Sovian biasanya gegabah, tetapi tahu kapan dirinya bisa gegabah dan tidak. Tidak boleh berisik di tengah malam merupakan aturan Keluarga Kusnadi. Apalagi kakek mereka sudah lansia dan tidur awal, tidak baik untuk kesehatan jika terbangun di tengah malam. Semarah-marahnya Sovian saat ini, Sovian hanya bisa menekan kemarahannya pada Cindy. Lalu, Sovian naik ke lantai atas dengan langkah pelan. Setelah Sovian pergi, Cindy menoleh pada Henri. Sikapnya langsung berubah. Cindy memeluk rubah itu dan merapatkan bibirnya. "Ini rubah peliharaanku. Ia cari aku karena tahu aku sudah pindah rumah," jelasnya Cindy tertegun sejenak, lalu menambahkan. "Aku sudah sewa rumah untuknya, ia hanya tinggal semalam di rumah. Akan kukirim pergi besok pagi." Implikasinya, dia tidak akan menambah kerepotan di rumah. Namun, hati Henri menjadi perih setelah mendengar itu. Rubah itu jelas sudah Cindy pelihara sejak dulu, tetapi dipelihara di luar. Pasti karena Keluarga Gunawan melarang. Sekarang setelah akhirnya pulang ke rumah sendiri, Cindy sama sekali tidak berpikiran untuk membawa rubah itu bersamanya. Kewaspadaan Cindy membuat Henri sedih. Henri juga sangat membenci Keluarga Gunawan. Nona Besar Keluarga Kusnadi, adik kandungnya ... seharusnya dimanjakan sejak kecil dan bisa mendapatkan segala sesuatu yang dia inginkan. Akan tetapi, sekarang Cindy yang telah dianiaya oleh Keluarga Gunawan bahkan tidak berani mengajukan untuk memelihara hewan peliharannya di rumah! "Ini rumahmu. Kamu bebas mau pelihara apa di rumahmu sendiri." Henri menekan perasaannya terhadap Keluarga Gunawan, lalu berjalan ke depan. Senyuman simpati tersungging di wajah tampan itu. Suara Henri lembut dan tegas. Cindy terbengong. "Tapi Sovian bilang, tidak boleh ada yang berbulu ...." "Kamu sendiri sudah bilang, Sovian bisa di sini, kenapa rubahmu tidak boleh?" Henri tersenyum seraya mengangkat alis dan mengulangi apa yang Cindy katakan pada Sovian barusan. Pada saat yang sama, Henri membelai kepala rubah dengan gerakan yang anggun dan intim. Henri tersenyum karena Cindy menatapnya dengan bengong. Tatapan mata Henri begitu terang dan yakin. "Jangan khawatir, ada Kakak." Seketika, hati Cindy dialiri oleh kehangatan. Sekali lagi timbul perasaan unik yang familier. Cindy membuka mulut dan ingin mengatakan terima kasih. Namun, Cindy teringat pada omongan Henri. "Tidak perlu katakan terima kasih pada Kakak." Jadi, Cindy menelan kembali ucapan terima kasih itu. Lalu, Cindy mengangguk dengan patuh pada Henri. "Oke." Cindy memeluk rubahnya ke lantai atas. Saat menutup pintu kamar, Cindy baru menyadari dirinya sedang tersenyum. Cindy menunduk ke bawah. Rubah itu sedang menatapnya dengan penasaran. Senyuman di wajah Cindy langsung digantikan oleh ketegasan. "Aku suruh kamu tinggal di sana jangan lari ke mana-mana, 'kan? Kamu hampir jadi rubah gosong malam ini, tahu tidak?" tegur Cindy. Seolah-olah bisa memahami Cindy, rubah itu melompat ke lantai dan berputar dengan sikap tidak bersalah. Lalu, rubah itu membusungkan ransel di punggungnya. Seperti mengatakan, 'Kamu pindah rumah, aku ikut, tidak salah, 'kan?' Cindy mendengus seraya berjongkok dan melepaskan ransel di punggung rubah itu. Setelah melihat apa isinya, Cindy tersenyum. Selain satu kaleng makanan milik Indah, isinya adalah tinta sinabar, kertas jimat, dan alat-alat yang khusus digunakan oleh Cindy. Sebelumnya, Cindy menginap di rumah sakit selama tiga hari karena kecelakaan mobil. Ada orang yang khusus merawat Cindy di rumah sakit, tetapi rubah itu jelas khawatir Cindy kehabisan "stok". Cindy membelai kepala rubah sebagai penghargaan. Lalu, Cindy menyimpan barang-barang itu. Sejak belajar ilmu sihir dengan guru, Cindy menyewa rumah kecil di luar. Selain agar Keluarga Gunawan tidak mengetahui apa yang dia pelajari, juga untuk menyimpan barang-barang sendiri. Oleh karena itu, Cindy tidak membawa barang apa pun ketika diusir oleh Silvia sebelumnya. Semua barang yang penting tidak disimpan di rumah Keluarga Gunawan. Awalnya, Cindy berencana mencari waktu luang setelah benar-benar menetap di rumah Keluarga Kusnadi untuk menengok Indah. Alhasil, Indah menyusul kemari. Ya, meski Indah salah tempat. Walau sudah larut malam, Cindy membawa rubah ke dalam kamar mandi di dalam kamarnya untuk memandikan rubah. Baru setelah itu, Cindy membawa rubah itu ke ranjang dan tidur. Mungkin karena tidur larut malam. Cindy bangun kesiangan keesokannya. Begitu membuka mata, Cindy menatap kamar bergaya putri dongeng itu dengan linglung. Butuh waktu sesaat bagi Cindy untuk sadar. Ini adalah kamar barunya. Ketika Cindy sedang menyesuaikan diri dengan kamar feminin itu, detik berikutnya, Cindy mendengar teriakan dari lantai bawah. "Ah! Ada rubah .... Pengurus, cepat ke sini!" Kemudian, terdengar teriakan lagi. "Rubah dari mana ini? Cepat, cepat! Tangkap!" Cindy sadar sepenuhnya. Cindy duduk di ranjang dan memandang sekeliling, tetapi tidak ada apa-apa. Lalu, Cindy mendengar teriakan-teriakan lagi di lantai bawah. Ekspresi Cindy berubah seketika. Indah!

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.