Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 11

Henri dengan peka memperhatikan kegalauannya sehingga bertanya, "Bibi Lia, kenapa?" Asisten rumah tangga yang dipanggil Bibi Lia segera maju dan menjawab, "Waktu Bibi Ana baru kerja di sini, dia pernah bilang anak laki-lakinya cacat mental. Sebelumnya, anak itu dititipkan ke sekolah berkebutuhan khusus." Bibi Lia dan Bibi Ana bekerja di rumah Keluarga Kusnadi pada saat bersamaan. Bibi Lia cukup dekat dengan Bibi Ana sehingga tahu sedikit tentang kondisi keluarga Bibi Ana. Cindy bertanya, "Apa Bibi tahu kapan anak laki-lakinya jadi normal?" Bibi Lia berpikir sejenak, lalu menjawab, "Sepertinya delapan tahun lalu. Seingatku, Ana sangat senang hari itu dan bilang anaknya sudah sembuh. Sepertinya saat itu musim kemarau." Cindy pun paham. Lalu, Cindy menoleh ke samping dan menanyai Henri, "Delapan tahun lalu, ada tidak anak di dekat Bibi Ana atau sekitaran Keluarga Kusnadi yang awalnya normal dan tiba-tiba jadi cacat mental?" Semua orang terbengong, termasuk Adrian yang diam dari tadi. "Maksudmu ...." "Satu-satunya cara untuk membuat anak cacat mental jadi normal adalah menukar satu intelektual dengan orang lain. Tapi orang yang menggantikannya akan jadi cacat mental." Alasan mengapa Cindy bertanya demikian adalah karena sudah sepuluh tahun Bibi Ana menjadi asisten rumah tangga di rumah Keluarga Kusnadi. Area aktivitas sehari-hari Bibi Ana juga di sekitar rumah Keluarga Kusnadi. Oleh karena itu, target yang dapat Bibi Ana pilih sangat terbatas. Semua orang memahami apa maksud Cindy. Awalnya, Sovian marah karena Cindy mengabaikannya. Setelah mendengar apa kata Cindy, Sovian langsung teringat pada seseorang dan berseru, "Cewek idiot dari Paman Melvin!" Semua orang di ruang tamu serempak menoleh pada Sovian. Adrian menegur Sovian dengan ekspresi serius, "Jangan panggil Nona Keluarga Sany begitu!" Kemudian, Adrian menoleh pada Cindy. Meski Adrian tetap tidak percaya Cindy memiliki kemampuan supernatural, ekspresi Adrian menjadi lebih serius. Jika yang Cindy katakan itu benar, hal ini berkaitan dengan Nona Keluarga Sany, bukan hanya urusan Bibi Ana. Keluarga Sany dan Keluarga Kusnadi telah berteman dari generasi ke generasi. Nona Keluarga Sany memang cacat mental sejak delapan tahun yang lalu. Namun .... "Nona Keluarga Sany cacat mental karena jatuh saat belajar menunggang kuda dan mengalami cedera kepala." Jika tidak, Keluarga Sany yang kaya pasti akan mencari master untuk memeriksakan anak mereka yang tiba-tiba cacat mental. Nona Keluarga Sany memang cacat mental karena cedera luar sehingga Keluarga Sany tidak pernah memikirkan faktor selain ilmu kedokteran. Cindy bersikap acuh tak acuh. Lalu, Cindy bertanya, "Pernah tidak Nona Keluarga Sany bertamu ke rumah delapan tahun lalu?" Ekspresi Henri menjadi serius saat dia menjawab dengan yakin, "Pernah." Sebagai cucu laki-laki sulung dari Keluarga Kusnadi, Henri bertugas untuk menemani anak-anak ketika ada tamu yang datang. Oleh karena itu, Henri ingat dengan jelas. Apalagi Nona Keluarga Sany tembam dan imut, jauh lebih patuh dari anak-anak lain. Anak perempuan itu memberi kesan yang mendalam pada Henri. Sepertinya insiden jatuh dari kuda juga terjadi setelah bertamu ke rumah Keluarga Kusnadi. Sejak saat itu, Keluarga Sany tidak pernah membawa anak perempuan itu bertamu ke rumah lagi. "Ada fotonya tidak?" tanya Cindy. Tentu saja Henri tidak memiliki foto Nona Keluarga Kusnadi, tetapi mudah untuk mencarinya. Henri segera menyuruh orang mencari foto Nona Keluarga Kusnadi di media sosial, lalu menunjukkan foto itu pada Cindy. Hanya sekilas pandang, Cindy sudah yakin. "Itu dia." Cindy sangat yakin, tetapi orang-orang di ruang tamu tidak terlihat lega. Masalah ini terkait Keluarga Sany, tidak boleh sembarangan bergurau. Keluarga Sany merupakan keluarga aristokrat yang telah ada sejak ratusan tahun lalu dan sangat kuat. Jika hal ini benar, bisa dikatakan bahwa Nona Keluarga Sany secara tidak langsung dicelakai oleh Keluarga Kusnadi. Meski Keluarga Kusnadi tidak tahu-menahu, itu adalah perbuatan Bibi Ana. Di mata orang luar, perbuatan Bibi Ana adalah perbuatan Keluarga Kusnadi. Apalagi seluruh Keluarga Sany tetap begitu menyayangi Nona Keluarga Sany yang telah menjadi cacat mental. Jika tidak ditangani dengan baik, pertemanan antara Keluarga Sany dan Keluarga Kusnadi mungkin akan berakhir. "Intelektual apaan? Omong kosong saja. Kalau benaran bisa ditukar semudah itu, bisa tidak aku tukar juga?" Sovian tidak tahu apakah dirinya benar-benar tidak percaya atau hanya ingin menentang Cindy si kakak sepupunya yang baru ini. Melihat Sovian terus memprovokasi, Cindy akhirnya menjawab dengan sungguh-sungguh, "Kamu memang harusnya ditukar." Wajah Cindy yang cantik dan sedikit tembam memberikan kesan yang patuh. Oleh karena itu, ketika Cindy menjawab dengan serius, Sovian merasa Cindy sedang memberinya saran dengan sungguh-sungguh. Namun, detik berikutnya, Sovian baru menyadari apa maksud Cindy. Cindy jelas mengatainya bodoh! "Beraninya kamu memakiku!" Wajah Sovian merah padam ketika dia menunjuk Cindy, seperti ingin berkelahi dengan Cindy. Itulah yang dilihat oleh keluarga Bernard dan keluarga Calvin ketika mereka turun. Calvin bergegas berjalan ke sana dan memukul pantat Sovian. "Mau apa kamu? Tidak bisa baik-baik dengan kakakmu?" Pukulan Calvin cukup kuat, sampai menimbulkan bunyi nyaring. Sovian melonjak kesakitan dan berteriak, "Astaga!" Sovian menoleh ke samping dan mendongak ke atas dengan marah. "Kenapa Ayah pukul aku? Dia yang memakiku lebih dulu!" "Omong kosong? Mana mungkin Cindy memakimu tanpa sebab?" Wajah Calvin tampak masam, jelas tidak percaya. Sovian marah besar dan menunjuk Cindy. "Dia memakiku. Dia memakiku bodoh tadi!" Calvin beserta keluarga Bernard menoleh pada Cindy. Devina yang berdiri di samping bergegas menceritakan apa yang terjadi barusan. Termasuk omongan Cindy bahwa Nona Keluarga Sany menjadi cacat mental karena satu intelektualnya telah ditukar oleh Bibi Ana. Nyonya Ketiga Keluarga Kusnadi, ibunya Sovian, hanya bisa membelai kepala anaknya. "Cindy benar." Otak Sovian memang harusnya ditukar. Sovian menatap ibunya dengan tidak percaya. Apakah ini ibu kandungnya? Dibandingkan dengan "makian" Cindy, anggota Keluarga Kusnadi lebih peduli tentang jimat yang dikubur Bibi Ana di taman. Meski mereka tidak terlalu percaya pada hal mistis, mereka tidak akan senang jika ada jimat yang dikubur di taman rumah mereka. Adapun Cindy, semua orang berpikir Cindy menemukannya secara kebetulan. Mereka sama sekali tidak percaya bahwa seseorang bisa tiba-tiba menjadi cacat mental karena satu intelektualnya ditukar. "Tidak apa-apa kalau cewek suka astrologi atau ilmu ramalan, tapi jangan katakan hal-hal begitu di rumah." Bernard berkecimpung di dunia hiburan, tetapi Bernard sama sekali tidak percaya tentang hal mistis. Bernard bahkan merasa putri dari kakak sulungnya absurd, hanya ingin menarik perhatian orang dewasa dengan hal-hal aneh seperti itu. Bernard yakin dirinya sangat memahami pikiran anak gadis. Cindy ingin membuktikan keberadaannya karena baru kembali ke rumah. Tidak hanya Bernard, yang lain juga berpikir seperti itu. Mata Adrian menjadi gelap ketika melihat pikiran orang-orang melalui tatapan mata mereka. Pada akhirnya, Adrian berkata pada Cindy, "Ayah akan peringatkan Keluarga Sany, kamu tidak usah pikirkan masalah ini lagi." Cindy baru kembali ke rumah. Adrian tidak ingin Cindy menjadi sorot perhatian karena masalah tersebut. Mendengar itu, Cindy menatap Adrian selama beberapa waktu. Lalu, Cindy mengangguk dan setuju. Kalau Keluarga Kusnadi tidak ingin dia ikut campur .... Dia akan ikut campur secara diam-diam. Tidak mau tahu, dia harus mendapatkan uang itu.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.