Bab 5
Tanganku digenggam erat sampai terasa sakit. Jelas Reynard sedang marah.
Apa dia cemburu?
Saat aku baru berpikir begitu, Reynard melepaskan tanganku dan menatapku dengan dingin. "Chloe, cuma karena kata-kataku, kamu ingin membalas dendam seperti ini?"
Aku agak terkejut. Aku tidak menyangka dia akan berpikir seperti ini.
"Bukan gitu, aku … " Sebelum selesai menjelaskan, kata-kataku sudah dipotong.
"Kamu merabanya di mana? Kamu benar-benar merabanya di sana?" Reynard mengerutkan dahinya dan matanya dipenuhi dengan amarah.
Dia jarang seperti ini. Ternyata dia memang cemburu.
Ketidaknyamanan di hatiku mulai menghilang dalam sekejap. Sepertinya dia masih peduli padaku.
Kalau dia hanya menganggapku sebagai adik atau teman, dia tidak akan peduli kalau aku menyentuh pria lain.
"Nggak." Aku menyangkal lagi.
Setelah mengatakan itu, Mike keluar dari dalam dan meniup peluit ke arahku. "Wanita Cabul! Kenapa kamu menggoda suami kakakku lagi?"
Mulut yang kasar memang benar adanya.
Melihat wajah Mike yang menatapku dengan tatapan meremehkan, aku langsung berpikir apa aku bermusuhan dengan anak ini di kehidupan sebelumnya?
Melihat adik dan kakak yang berjalan mendekat, terutama wajah cantik Ivy, aku teringat adegan saat dia menyentuh Reynard. Aku mengangkat tangan dan menggandeng lengan Reynard.
Namun, aku merasakan ototnya menjadi kaku.
"Kamu masih bicara sembarangan saja." Ivy mencubit Mike sambil berjalan mendekat.
Dia berdiri di depanku dan Reynard dengan wajah penuh penyesalan. "Reynard, Chloe, maafkan aku."
"Ini nggak ada hubungannya denganmu," kata Reynard sambil menatap Mike. "Kalau kamu membuat keributan lagi, nggak akan ada orang yang akan menyelamatkanmu."
"Hmph." Mike merasa tidak puas dan menatap Reynard dengan sinis. "Siapa kamu? Kenapa kamu bilang kayak gitu? Kalau kamu bersedia menjadi calon suami baru kakakku, aku akan mendengarkanmu."
"Mike!" Ivy memarahinya lagi dan memukulnya.
Mike menghindar. "Kak, dia itu suka sama Kakak, kalau nggak, kenapa dia begadang dan selalu menemani Kakak dan menjaga Kakak?"
Aku merangkul lengan Reynard dengan lebih erat. Belakangan ini, dia sering tidak ada di rumah dan sering meninggalkan kantor untuk waktu yang lama. Ternyata dia selalu bersama wanita di depan mataku …
Ivy adalah istri sahabat Reynard. Sahabatnya meninggal dalam kecelakaan mobil, jadi kalau dia menjaga Ivy sebentar tidak masalah.
Namun, apa perlu menjaga setiap hari?
Sampai membuat orang lain salah paham tentang hubungan mereka?
"Jangan bicara sembarangan." Wajah Ivy memerah dan dia memukul Mike dengan lebih keras.
Mike yang berusia 17 tahun dengan sifat keras kepala secara spontan mengangkat tangannya sehingga membuat Ivy terhuyung ke satu sisi.
Aku merasa seperti didorong dan hampir terjatuh.
Saat aku berdiri dengan stabil, Reynard yang mendorongku sudah berlari ke depan Ivy dan memeluknya sambil berlutut. "Ivy, gimana keadaanmu? Ada yang sakit?"
"Pe, perutku sakit, Reynard." Suara Ivy lemah, sementara tangannya memegang erat lengan Reynard.
"Jangan takut, aku akan membawamu ke rumah sakit, jangan takut." Suara Reynard gemetar dan panik.
Aku berdiri di sana seperti kayu yang terpaku. Aku pernah melihat ribuan ekspresi Reynard, tetapi ini pertama kalinya aku melihatnya sangat panik.
Namun, itu untuk wanita lain.
Reynard menggendong Ivy naik ke mobil dan memanggilku dengan lantang, "Chloe, kamu yang mengemudi."
Tubuhku masih kaku dan tidak bergerak.
"Ayo cepat! Kalau kakakku kenapa-napa, aku akan membuatmu bertanggung jawab!" Mike datang dengan marah dan menarikku.
Saat dia menyentuhku, entah kenapa aku langsung mengangkat tanganku dan menamparnya. "Jangan sentuh aku."
Wajah Mike yang putih seketika terhiasi dengan lima bekas jari yang jelas. Kedua orang di dalam mobil terkejut, terutama Mike yang terpaku.
Dia pasti tidak menyangka kalau aku akan menamparnya dengan keras, tetapi hanya dalam sekejap, Mike kehilangan akalnya dan hendak memukulku, "Dasar wanita si*lan … "
"Mike!" Reynard membentak. "Kalau kamu berani memukulnya, sekarang aku akan membuatmu masuk penjara lagi!"
Ancaman ini berguna. Mike menarik tangannya kembali, menatap dengan marah ke arahku dan Reynard sekilas, lalu pergi dengan cepat.
"Mike!" Ivy memanggilnya, tetapi setelah memanggilnya, dia memegang perutnya yang sakit. "Sakit banget, Reynard, cepat antarkan aku ke rumah sakit."
"Chloe!" panggil Reynard lagi padaku.
Melihat Ivy yang kesakitan, aku tidak bisa memikirkan hal dan emosi lain. Aku segera naik ke mobil dan mengemudi menuju ke rumah sakit.
Setelah melihat dokter, Reynard langsung berkata kepada dokter dengan tergesa-gesa, "Dokter, dia sedang hamil dan baru saja terjatuh, perutnya sangat sakit sekarang."
Hamil?
Langkahku tiba-tiba terasa berat dan tidak bisa diangkat lagi. Hatiku seolah jatuh ke dasar jurang.
Suami Ivy sudah meninggal, jadi mana mungkin dia bisa hamil?
Pandanganku tertuju pada wajah Reynard yang penuh kepanikan. Dia sangat gugup, apa mungkin ...
Ivy dibawa ke ruang gawat darurat, sementara aku dan Reynard menunggu di luar. Aku tidak terlalu akrab dengan Ivy, jadi tidak khawatir sama sekali.
Namun, Reynard jelas-jelas gelisah. Aku menatapnya sejenak, sementara dia terus menatap pintu ruang gawat darurat seolah-olah dia lupa akan keberadaanku sebagai tunangannya.
Hatiku terasa sakit. Setelah menelan air liur beberapa kali, akhirnya aku bertanya, "Apa itu … anakmu?"
Aku tidak ingin menebak-nebak, jadi aku langsung bertanya.
Reynard menoleh dan tampak terkejut sejenak. Kemudian tatapannya menjadi lebih dalam. "Kamu nanya apa, sih? Tentu saja bukan, itu anaknya Freddy."
Aku merasa lega.
Freddy adalah suami Ivy, sekaligus sahabat Reynard selama bertahun-tahun. Sebulan yang lalu, dia mengalami kecelakaan mobil dan meninggal dunia.
"Aku menjaga Ivy juga atas permintaan Freddy," jelas Reynard kepadaku.
Aku ingat bagaimana Reynard pulang dengan penampilan berantakan setelah menangani kecelakaan mobil Freddy. Dia tampak seperti manusia liar yang baru keluar dari gunung.
Persahabatan mereka sangat dalam, jadi wajar kalau Reynard menjaga istri sahabatnya.
Saat ini, aku merasa agak bersalah atas pikiran yang sempat terlintas di benakku sebelumnya.
Aku memegang lengan Reynard dengan lembut dan menjelaskan kejadian malam ini. "Aku nggak menyentuh anak kecil itu, dia yang sengaja menuduhku."
Reynard menatapku, bibirnya bergerak sedikit, lalu memegang wajahku setelah beberapa saat. "Mulai sekarang, jangan minum alkohol lagi."
Aku ingin bilang kalau aku hanya minum sedikit, tetapi pintu ruang gawat darurat terbuka.
Dokter keluar dan langsung mendekati Reynard. "Keluarga Pasien, tolong tanda tangan di sini."
Reynard melirikku sejenak, tetapi akhirnya menerima pulpen dari dokter. Namun, sebelum menandatangani, dia bertanya, "Dokter, bagaimana keadaannya sekarang?"
"Istrimu punya ancaman keguguran, jadi kami harus melakukan perawatan untuk menjaga kehamilan sekarang. Tapi ada juga kemungkinan nggak berhasil, jadi kamu harus menandatangani ini," jelas dokter.
"Dokter, tolong pastikan untuk menyelamatkan anak ini." Reynard memohon dengan suara cemas.
"Tentu saja, cepatlah tanda tangan."
Dengan dorongan dokter, Reynard menandatangani di kolom keluarga pasien Ivy.
Aku tahu itu hanya sebuah tanda tangan yang tidak berarti apa-apa, tetapi aku tidak pernah menyangka kalau tunanganku akan menjadi anggota keluarga orang lain duluan.