Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4

Aku tidak pernah menyangka kalau aku akan masuk penjara karena tuduhan pelecehan seksual. Aku menabrak seorang remaja yang baru berusia 17 tahun. Dia bersikeras kalau aku punya niat jahat terhadapnya. Meski aku menyangkal, dia tetap yakin kalau aku merabanya. "Dia merabamu di mana?" Polisi bertanya dengan sangat rinci. Remaja itu bernama Mike Xavier. Dia menatapku, menunjuk ke dadanya dan kemudian ke pinggangnya. "Di sini dan di sini ... Dia meraba semuanya." Raba kepalamu! Aku hampir mengeluarkan kata-kata kasar. Aku bahkan belum pernah meraba pria setampan Reynard, jadi mana mungkin aku meraba remaja yang masih belum beranjak dewasa ini? Polisi kembali menatapku. Sebelum dia bertanya, aku langsung membantahnya, "Aku nggak merabanya, aku cuma nggak sengaja menabraknya." "Kamu minum alkohol?" Polisi menatap mataku dengan serius. Dalam masyarakat ini, pria mabuk dianggap wajar, tetapi wanita yang minum sedikit alkohol sering dianggap tidak bermoral. Aku mengangguk. "Minum." "Minum berapa banyak?" Polisi bertanya, tetapi aku tidak tahu apa hubungannya dengan masalah ini. Namun, aku tetap menjawab jujur, "Satu botol bir." Polisi menunjukkan pandangan tidak percaya. Aku segera teringat sahabatku Freya yang bisa memberikan kesaksian untukku, tetapi sayangnya saat aku menindih anak ini di lantai, Freya mengirimkan pesan kalau dia harus kembali ke rumah sakit untuk menyelamatkan seorang ibu yang mengalami pendarahan. Aku mengerti maksud polisi, jadi aku menjelaskan lagi, "Aku nggak mabuk, apalagi memanfaatkan anak kecil ini waktu mabuk." Polisi mencatat kata-kataku lalu menatap Mike. "Kamu yakin dia merabamu? Berbohong dan menuduh juga ada tanggung jawab hukumnya." "Tentu saja aku yakin." Mike benar-benar keras kepala. Aku benar-benar marah sampai ingin memukulinya. Sebelum aku sempat melakukannya, mata Mike tiba-tiba berbinar. "Kakak sudah datang?" Dia masih remaja, jadi dia pasti memanggil orang tuanya. Aku berbalik untuk menjelaskan kepada keluarganya, tetapi sebelum mulutku terbuka, aku terpaku saat melihat orang yang datang. Seorang pria dan wanita berjalan ke arah kami. Wanita itu berambut panjang lurus hitam, mengenakan gaun putih yang benar-benar mencerminkan keanggunan seorang wanita impian. Dia bernama Ivy Xavier. Aku mengenalnya dan pria di sisinya adalah Reynard. "Mike, apa yang terjadi padamu?" tanya Ivy dengan wajah cemas. Mike tidak menjawab, tetapi tersenyum ke arah Reynard. "Kak, apa ini calon kakak ipar yang baru?" Wajah Reynard menjadi kaku. Tatapan matanya berubah dari terkejut menjadi dingin. "Chloe, apa yang terjadi?" "Apa Kakak Ipar kenal wanita ini? Dia itu wanita cabul, dia meraba-rabaku di sini dan di sini juga … " Mike terus berbicara dengan sembarangan dan berakting. Saat ini aku sudah tidak punya niat untuk menjelaskan dan hanya menatap Reynard. Hanya beberapa jam setelah kami berpisah, dia sudah menjadi kakak ipar orang lain. Jawaban dia meninggalkanku dengan terburu-buru juga tampaknya ada di sini. Ivy yang ada di sebelah Reynard juga menatapku dan berkata dengan lembut, "Chloe, aku Ivy, kakak Mike." Aku agak terkejut, ternyata dia mengenalku. Benar juga, aku ini pengikutnya Reynard dan juga pengagum setianya, jadi orang yang mengenalnya pasti tahu aku. Namun, aku tidak pernah berhubungan dengan Ivy. Aku tahu dia juga karena suaminya baru saja meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara Reynard sebagai sahabat baik suaminya, sibuk selama tiga hari dan tidak pulang ke rumah. Aku menelan rasa pahit di tenggorokan dan berkata, "Aku cuma nggak sengaja menabrak adikmu dan menindihnya. Aku nggak melakukan hal-hal yang dia katakan." Ivy tersenyum minta maaf. "Aku tahu, dia memang sering nakal dan usil." Setelah itu, Ivy menghampiri Mike dan memukul kepalanya, lalu memberikan penjelasan kepada polisi. Polisi kemudian memeriksa rekaman CCTV dan membuktikan kalau aku tidak berbohong. "Karena kalian saling kenal, lebih baik kalian berdamai. Kalau nggak, anak ini akan ditahan karena mencemarkan nama baik dan membuat laporan palsu kepada polisi," kata polisi. Ivy segera menarik Reynard. Gerakannya kecil tetapi terlihat sangat akrab. Reynard yang berada di posisi tinggi memiliki aura yang membuat orang merasa tidak bisa mendekat. Orang biasa tidak akan menyentuhnya seperti ini dan dia juga tidak suka disentuh oleh orang lain. Namun, sentuhan Ivy saat ini tidak membuatnya merasa tidak nyaman. Kelas kalau ini bukan pertama kalinya. Ada beberapa hal yang tidak ingin aku pikirkan terlalu jauh. Tentang perdamaian, aku berpikir sejenak dan hendak berbicara, tetapi Reynard sudah berkata menggantikanku, "Ini cuma kesalahpahaman, jadi lupakan saja." Kemudian tanganku dipegang erat dan Reynard menarikku keluar.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.