Bab 141
Entah mengapa aku ingin menangis. Hatiku terasa perih, seperti spons yang direndam air ...
Mungkin karena di rumah ini tidak ada orang tua, sehingga tidak ada yang memedulikanku lagi!
Mungkin Mario tahu apa yang kurasakan. Meskipun aku sudah meninggalkan taman bermain, hatiku masih terikat di sana.
Aku terus melihat memo itu. Aku pun melepasnya, kemudian keluar dari kamar mandi. Saat berjalan ke ruang makan, aku melihat ada sekotak makanan dan sepiring telur dadar di atas meja makan.
Pada saat ini, aku memegang memo itu di dada sambil menangis.
Mario membuatkan sarapan untukku. Aku tidak akan menyia-nyiakan perhatiannya. Selesai makan, aku pun mengiriminya pesan, "Terima kasih."
Kata-kata ini sangat sederhana, tetapi aku tidak bisa dengan mudah menerima kebaikannya begitu saja.
Setelah mengirim pesan, aku merapikan barang-barang yang aku beli dari pasar malam kemarin. Namun, sebelum sempat merapikannya, ponselku tiba-tiba berdering.
Pada saat ini, detak jantungku berdetak lebih cepat,
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link