Balas dendam
“ sayangnya ngak bisa, mama sudah memasak banyak dan semuanya enak enak bahkannlebih enak dari pada yang di jual di luaran sana!” ungkap mama sambil tersenyum kepadaku
“ Ya sudah besok saja” jawabku
“ Kamu ganti baju duli, mama sama adik adik tunggu kamu di luar ya” ucap mama sembari berjalan keluar dari kamar juwita.
Ku buka lemari pakaian ku dan mengambil pakaian rumahan yang biasa aki gunakan, rasa lelah yang tadi menjalar di seluruh tubuh tiba tiba hilang ketika melihat kebahagiaan yang terpancar dari orang orang tersayangku.
Kaki ku melangkah menuju ke mwja makan tempat mama dan adik adik telah menunggu, ketika sudah berada di depan meja makan hidungku mencium aroma ayam bakar kesukaanku
“ kalau menunya ini tentu tidak ada tandingannya dengan makanan di luar” kalimat pujian tericap dari bibirku ketika baru mencium aroma dari makanan yang masih tertutup di hadapanku
“ Memangnya kamu tau ini apa?” tanya mama sambil menatap ke arahku
“ Ya tau lah, jelas jelas ini ayam bakar madu spesial buatan mama yang tidak ada tandingannya” jawabku jujur, karena ayam bakar bikinan mama itu memang paling juara bukan Cuma dari mulutku melainkan dari semua orang.
Mama pun membuka penutup makanan dan dugaanku benar di dalam sana telah tersedia berbagai macam makanan tidak hanya ayam bakar masih banyak menu lainnya yang jelas jelas sangat menggugah selera.
“ wow, , ucapku, “ mama memang yang terbaik” ungkapku sambil menunjukkan kedua jempol kepadanya.
“ Sudah pujiannya, sekarang kita makan kasihan adik adikmu sudah lapar” ajak mama dengan memasukkan beberapa makanan ke dalam piring juwita.
Aku pun melahap semua makanan di piringku tanpa sisa . Hingga selesai makan aku pun beranjak dari tempat dudukku membantu mama membersihkan semua piring piring kotor yang ada di atas meja.
“ kamu istirahat saja biar mama yang bereskan” tuturnya sembari tersenyum kepada juwita.
“ Aku istirahat dulu ya, ma! Badanku rasanya pegal pegal semua!” ucapku sambil memegang pinggang yang rasanya benar benar mau copot.
“ Istirahat lah dulu, nanti mama ke kamar mama urutkan!” ucapnya kembali
Aku pun mencium kedua pipi mama sambil tersenyum kepadanya kemudian berjalan menuju ke dalam kamar, ku rebahkan tubuhku di atas kasur empuk itu
“ kenapa rasa sakitnya semakin parah” ucapku dalam hati sambil mengelus elus pinggang yang rasanya benar benar mau tanggal.
“ lebih baik aku tidur dulu saja” aku pun segera memjamkan mata, karena perut yang sudah kenyang membuat mata juga mengantuk.
**
Deringan ponsel membangunkan tidur nyenyak dan mimpi indahku,
“ apa?” aku menjawab telpon itu dengan suara serak khas orang bangun tidur
“ tuan wilson mencarimu dan membuat janji malam ini denganmu?” ucap seseorang dari sambungan telepon itu.
“ Wow, mangsa empuk!” ujarku dengan senyum lebar
“ Tapi bagianku jangan lupa ya!”
“ tenang saja, nanti akan aku berikan! Ucapku “ dimana dia akan menemuiku?” aku bertanya dengan suara penuh semangat
“ tempat biasa” ujarnya kembali
“ Oke!”
Telpon itupun terputus “ pagi yang cerah di tambah lagi bangun tidur dapat kabar baik, sungguh sempurna hidupku” pekik ku sembari menuju keluar kamar untuk segera membersihkan tubuh.
Setelah selesai dari ritual mandi itu, aku berjalan mencari keberadaan mama, “ selamat pagi, ma!” sapa ku dan tak lupa ciuman manis ku layangkan di pipi yang sudah mulai keriput itu.
“ selamat pagi, pagi pagi udah ceria sekali!” ucap mama sembari melihat senyum juwita yang lebar.
“ Pagi pagi itu ya harus ceria” jawabku “ ma aku ke warung dulu ya mau beli sesuatu!” aku pun berjalan meninggalkan mama sendiri yang lagi membersihkan halaman
Sepanjang perjalanan menuju ke warung semua mata menatapku, bagaikan artis yang turun ke desa begitu lah ungkapan yang cocok untukku sekarang.
Aku tidak mempedulikan tatapan itu dan hanya tersenyum kepada mereka yang menatapku. Hingga aku tiba di warung dan membeli beberapa kebutuhan yang aku perlukan.
“ Ada wanita malam yang sedang belanja rupanya” ucap seorang ibu
“ iya ngak ada malunya, sudah jadi p*l*c*r, masih ngak ada malunya keluar rumah!” jawab seorang lagi
Aku yang merasa di sebutkan langsung membalikkan tubuhku dan berjalan mendekat kepada mereka “ masalahnya dengan kalian semua apa?” tanya ku sambil berdiri berkacak pinggang
Mereka pun saling berbisik “ Masalahnya kau menodai kampung ini” ucapnya dengan lantang
Aku tertawa kecil kepada mereka “ Yang menodai kampung ini bukan aku, tapi kalian dengan mulut busuk kalian itu” ku tunjukkan jari telunjukku ke hadapan mereka satu persatu “ Dan ya aku memang wanita malam dan aku tidak malu dengan itu yang penting aku bisa mendapatkan uang” ucapku lagi sambil tersenyum picik kepada mereka
“ Sudah jadi wanita malam tidak ada malunya lagi” hardiknya
Ku lipat tanganku di dada “ terus masalah buat kalian, yang bekerja aku yang sewot kenapa kalian” aku pun melangkahkan kaki mengambil barang belanjaanku, kemudian membalikkan badan kembali “ oiya dan ingan baik baik kalau sampai aku mendengar kalian bergosip tentangku lagi maka jangan salahkan aku kalau suami suami kalian akan tidur denganku!” ancamku dengan lantang “ dan satu lagi dapat ku pastikan kalau suami suami kalian meninggalkan kalian dan tidak cukup sampai disitu akupun akan tidur dengan suami dari anak anak kalian juga” aku berucap santai dan pergi meninggalkan para penggosip warung yang membuat suasana pagiku berubah menjadi buruk.
Baru aku melangkahkan kakiku beberapa langkah dari warung itu seorang pria berumur menyapa ku
“ Selamat pagi, neng”
Aku memperhatikan pria itu dari atas sampai bawah, “ baru aku mengancam mereka sekarang suaminya sudah berada di depanku” batinku
Pikiran jahatku pun muncul sekaligus untuk memberikan pelajaran kepada mereka yang telah menghinaku bersama sama " waktu yang pas untuk balas dendam" Aku menolehkan kepalaku melihat ke arah ibuk ibuk yang masih saja bergosip ria, menggosipkan tentang hidupku yang jelas jelas tidak pernah merepotkan mereka
“ Selamat pagi, pak” jawabku
Aku pun berjalan mendekati pria berumur itu, kemudian memainkan jari nakalku ke dadanya “ Bapak kelihatan lebih muda sekali pagi ini” godaku sambil tersenyum manis
“ Papa!! Teriak seseorang dari arah belakang juwita.
Aku tolehkan wajahku, namun tidak sedikitpun bergerak dari tempatku berdiri, aku berseringai licik ke arahnya. “ Aku tidak pernah bermain main dengan ucapanku” Aku berucap sembari menatap kembali ke arah pria yang menjarakkan tubuhnya dariku.
Dengan tersenyum aku pun melangkahkan kaki kembali berjalan menuju ke rumah, meninggalkan sepasang suami istri yang masih diam mematung.
“ cih, apa menurut mereka aku mau tidur dengan pria pria disini, jangankan untuk membayarku untuk makan saja mereka susah” batinku dengan dongkolnya.
“ Perawatan tubuhku saja tidak murah, mana mungkin aku mau memberi tubuhku ini dengan bayaran recehan” ucapku sambil tersenyum picik.
Aku dengan cepat berjalan menuju rumah, karena jarak rumah dan warung yang lumayan jauh membuatku harus menikmati setiap tatapan mata.
“ juwita” teriak seseorang