Bab 6
"Ahmad, siapa ini?"
Jessica tidak menanggapi ucapan Selina, menahan keinginan untuk maju mencakar wajah wanita itu. Sebaliknya, dia bertanya pada kepala pelayan yang ada di sampingnya, dengan sengaja menunjukkan betapa akrabnya dia dengan keluarga ini.
Ahmad hanya terdiam.
Kenzo tidak memberinya penjelasan apa pun kemarin.
Lebih tepatnya, Kenzo terus sibuk mengurus wanita itu, hingga tak sempat berbicara dengannya. Namun, jelas terlihat bahwa wanita ini adalah majikan baru di rumah ini.
Hanya saja, karena Kenzo belum pernah menyebutkan gelar tersebut, kepala pelayan tidak bisa memperkenalkannya demikian.
Keragu-raguan kepala pelayan yang tidak menjawab membuat Jessica merasa malu.
Terlebih lagi, Selina mengeluarkan tawa pelan yang penuh dengan sindiran, membuat wajah Jessica berubah dari pucat menjadi merah karena amarah.
Ucapan Selina berikutnya bahkan lebih menyakitkan.
"Bibi, apakah kamu kerabat honey? Bagaimana aku harus memanggilmu?"
Bibi?
Otak Jessica seakan meledak. Ketika dia melihat Selina merapikan kerah bajunya, otaknya meledak untuk kedua kalinya.
"Kalian sudah tidur bersama?"
Gerakan Selina terhenti, mengikuti arah pandangan Jessica. Dia menyadari bahwa Jessica sudah salah paham.
Rambut yang ada di lehernya membuatnya sedikit gatal, jadi Selina merapikan kerahnya. Namun, ini malah memperlihatkan bekas yang ditinggalkan oleh Kenzo saat mencengkeramnya.
Kulit Selina sangat lembut, bekas biru yang sebelumnya ada kini telah berubah menjadi merah keunguan. Kerah baju yang menutupinya hanya memperlihatkannya samar-samar, mirip sekali dengan bekas setelah berhubungan intim.
"Oh, maaf, kamu jadi melihatnya."
Selina tidak menjelaskan lebih lanjut, hanya tertawa lepas seolah-olah itu sangat lucu, meski dalam hati dia mengutuk Kenzo. Dia terus merapikan kerahnya untuk menutupi bekas tersebut.
Jessica yang mengamati dengan topengnya, melihat kepuasan di mata lawannya. Dia berpikir bahwa Selina sedang pamer padanya.
Dalam hati, dia merasa sangat marah. Jessica berpikir, "Dasar wanita jalang yang nggak tahu malu. Dasar bajingan!"
"Keluarga Raharjo bukan tempat yang bisa dimasuki sembarang wanita. Sebagai manusia, kamu harus tahu tempatmu. Jangan sampai mempermalukan dirimu, membuat keluarga ini merasa malu. Banyak sekali yang datang sebelum kamu, tapi nggak ada satu pun yang berhasil. Pada akhirnya, mereka hanya menghancurkan diri sendiri."
Biasanya, inilah cara Jessica menegur para wanita yang mendekati Kenzo. Nada tinggi serta merendahkannya membuat wajah banyak gadis menjadi pucat.
"Oh! Aku mengerti sekarang. Kamu pasti Ibu honey!"
Selina mengatakan ini dengan nada seolah baru menyadari sesuatu.
Kepala pelayan yang ada di sebelahnya menahan tawa. Wanita baru ini benar-benar membuat semua orang terdiam. Bukankah dia jelas-jelas mengatakan bahwa Jessica sudah tua?
Melihat Selina melirik ke arahnya, kepala pelayan langsung mengerti. Dia melangkah maju selangkah, lalu berkata, "Kamu salah paham, ini adalah Bibi Nona Nita."
"Bibi? Bibi jauh sejauh ribuan kilometer? Mendengar ucapannya tadi, aku kira kamu adalah kerabat dekat Keluarga Raharjo. Ternyata bukan, ya."
Kemudian, Selina bergumam dengan suara yang bisa didengar semua orang, "Benar-benar seperti semut yang memakai topeng gajah."
Berlagak hebat.
Tiba-tiba, seseorang tidak bisa menahan tawa kecilnya.
Jessica dengan marah memandang sekeliling, tapi semua pelayan menundukkan kepala. Dia tidak bisa menemukan siapa yang baru saja tertawa. Amarahnya makin membara. Tidak pernah ada yang berani berbicara kepadanya seperti ini sebelumnya!
Harus diakui, selama bertahun-tahun ini Jessica telah menikmati banyak kehormatan berkat nama Keluarga Raharjo.
"Apakah kamu percaya kalau aku bisa mengusirmu?" kata Jessica sambil mengacungkan jarinya ke arah Selina.
"Apakah kamu percaya kalau aku bisa mengusirmu?" Selina menirukan suaranya dengan nada yang sengaja dibuat lembut, lalu bertepuk tangan dua kali. Dia melanjutkan, "Wah, hebat sekali, betul-betul berwibawa."
Jessica adalah seorang yang pandai berdebat. Selama ini, banyak wanita yang mendekati Kenzo, mulai dari wanita karier yang tangguh, mahasiswi yang manis, hingga guru yang penuh keanggunan.
Setiap wanita memiliki karakter yang berbeda, ada yang meledak dengan sedikit provokasi, ada yang bermain trik dengan bicara basa-basi. Tak peduli jenis wanita mana pun itu, Jessica selalu berhasil "menang."
Karena wanita-wanita itu tidak mendapat perhatian dari Kenzo. Sementara Jessica, dia bebas keluar masuk rumah Keluarga Raharjo! Bahkan anak kembar Keluarga Raharjo pun dekat dengannya!
Ini adalah sandaran kekuatannya, yang membuat para wanita lain tidak berani bertindak terlalu lancang terhadapnya.
Selama bertahun-tahun, tidak ada satu pun wanita yang seperti rubah licik di depannya ini. Dia lebih kekanak-kanakan dari seorang remaja sekolah menengah, tidak peduli dengan apa pun!
Sudah lama tidak ada yang bisa membuat Jessica sangat marah seperti ini.
Selina berhasil melakukannya dengan mudah.
Pada saat itu, terdengar suara langkah dari lantai atas. Ternyata Kenzo sedang turun.
Jessica segera kembali semangat, mengubah sikapnya yang sinis menjadi penuh sikap kebenaran, "Nona, kamu sungguh nggak tahu sopan santun!"
Kemudian, dia menatap Kenzo sambil bertanya dengan nada serius, "Apa yang kamu lakukan dengan membawanya ke sini? Bagaimana dengan posisi adikku? Nita akan kembali minggu depan. Dia sudah setengah tahun nggak pulang. Yang paling dia rindukan adalah kamu, ayahnya. Kalau dia melihat ada orang luar di rumah ini, dia pasti akan merasa sangat sedih."
Selina memutar matanya. Dia sungguh pandai menarik simpati keluarga.
Kenzo sudah sampai di anak tangga terakhir ketika Jessica selesai berbicara.
Setelah melirik kepala pelayan, Kenzo berkata tanpa ekspresi, "Antar tamu keluar."
Mendengar itu, Jessica melirik ke arah Selina, dalam hati merasa puas seakan berkata, "Lihat, aku bisa mengusirmu keluar!"
Kemudian ....
Ternyata dia yang diusir.
"Nona Jessica, silakan lewat sini."
Jessica berpikir kepala pelayan salah mendengar. Tidak mungkin dia yang diusir, wanita itu yang seharusnya diusir!
"Honey, siapa dia? Apa dia bisa mewakili Keluarga Raharjo?"
Selina duduk di sofa sambil melambai pada Kenzo. Pada akhir kalimatnya, dia menunjukkan wajah serius sambil berkata, "Dia bilang mau mengusirku!"
"Dia bukan siapa-siapa, nggak bisa mewakili Keluarga Raharjo. Di rumah ini, kamu yang akan memutuskan, hanya kamu yang bisa mengusir orang dari sini," tegas Kenzo
Selina memang pandai berakting, sementara Kenzo adalah rekan yang sempurna. Orang lain mungkin tidak bisa mengikuti permainan emosional Selina, tetapi Kenzo selalu seirama dengannya.
Tentu saja, ini juga merupakan kata-kata tulus dari hati Kenzo.
Jessica terdiam.
Dia terlalu terkejut, hingga harus dibantu kepala pelayan keluar dari vila. Di depan pintu, dia terpaku selama tiga menit penuh sebelum akhirnya tersadar.
Astaga!
Wanita licik itu benar-benar hebat. Dia berhasil sepenuhnya menarik Kenzo ke pihaknya!
Ini di luar dugaan Jessica. Dia tahu, jika kembali masuk, dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Oleh karena itu, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Nita.
Untuk pertama kalinya, Jessica merasakan ancam besar. Wanita kecil ini berbeda dari para wanita sebelumnya!
Dia harus segera berakting menyedihkan di hadapan Nita!
Di dalam vila.
"Sepertinya selama bertahun-tahun ini Pak Kenzo sering dikelilingi wanita cantik."
Kenzo berteriak di dalam hatinya. Pasti Jessica sudah mengatakan omong kosong.
"Pak Kenzo apanya? Selina, aku ini honey."
Sambil mengatakan ini, Kenzo duduk di samping Selina, merapatkan diri padanya.
"Selama bertahun-tahun ini aku ...." Kenzo hendak memberikan pembelaan, tapi sebuah telepon tiba-tiba memotong ucapannya.
Telepon di ruang tamu berdering. Selina mengangkat dagunya, memberi isyarat pada Kenzo untuk mengangkatnya terlebih dulu.
"Biarkan saja, urusan kita lebih penting," ujar Kenzo.
Selina tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap Kenzo dengan tenang. Dalam waktu tidak lebih dari tiga detik, Kenzo menyerah, dengan patuh mengambil telepon.
Baru saja dia mengucapkan sapaan, suara dingin Aldo terdengar dari telepon.
"Suruh dia menjawab."