Bab 27
Kenzo memijat pelipisnya. Jika bukan karena tiga orang bodoh itu membuat kekacauan, dia sebenarnya tidak perlu datang ke kantor hari ini. Dia lebih ingin berada di rumah bersama Selina.
"Kalau nggak ada urusan lain, pergilah."
Dengan banyaknya pekerjaan yang masih harus diselesaikan, Kenzo mulai memberikan isyarat halus agar Aldo pergi. Nada bicaranya formal, seolah-olah Aldo bukan anaknya.
"Ayah, apakah Ayah sangat membenciku?" tanya Aldo.
Kenzo sedikit mengernyitkan kening. Bukan karena dia terkejut anaknya menanyakan hal itu, tetapi lebih karena nada bicara Aldo.
Dia seakan seperti sedang tertekan.
Sudah bertahun-tahun lamanya sejak Aldo memanggilnya Ayah. Biasanya, sikap Aldo penuh dengan perlawanan, bahkan kata Ayah darinya akan terasa dingin, seolah ingin mengirimnya langsung ke kuburan.
Bagaimana mungkin anaknya yang biasanya seperti orang yang kekurangan kasih sayang, tiba-tiba menanyakan apakah dia membencinya?
Aldo tahu sifat asli ayahnya, begitu juga Kenzo yang mengenal putr
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda