Bab 395
Tidak lama kemudian, sebuah BMW seri 5 perlahan memasuki pabrik kimia. Seorang pria paruh baya berusia lima puluhan turun dari mobil.
Pria itu berwajah lonjong dan memancarkan aura keagungan di wajah seriusnya itu.
Begitu turun dari mobil, Beno dan dua anak buahnya langsung menghampiri pria itu.
"Pak Galan, Bapak harus menegakkan keadilan untukku. Bahkan di wilayah Dero, mereka berani memukulku. Ini sama saja dengan mempermalukan Bapak," lapor Beno sambil menangis.
Pria yang dipanggil sebagai Pak Galan itu menyahut dengan tidak sabar, "Apa yang kamu lakukan setiap harinya? Apakah aku harus terus membereskan kekacauan yang kamu buat?"
"Pak Galan, Bapak nggak mengerti. Mereka menghancurkan pabrik dan peralatanku, tapi menolak membayar kompensasi. Mereka juga memukuli kami semua. Kalau Bapak nggak mengurus hal ini, bagaimana kami bisa bertahan hidup?" ujar Beno dengan ekspresi sedih di wajahnya.
Mendengar itu, Pak Galan berkata sambil mengernyit, "Kalau begitu, memang agak keterlaluan. Ay
![](/images/book/appLock.png)
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda