Untuk sesaat, Jeremy mengira dia mendengar seseorang memanggil nama ‘Jez’. Dugaan ini menyentakkan dirinya kembali ke kenyataan saat tatapan bingungnya mendarat di wajah Madeline.
Dia melihat kedua alis indah gadis itu berkerut dan sepasang bibir bunga sakuranya terbuka seakan-akan dia sedang mengigau.
“Kenapa…”
Kedua alis Madeline mendadak berkerut semakin dalam saat dia mengucapkan pertanyaan itu.
‘Kenapa?’
‘Apakah dia baru saja berkata kenapa?’
Dimulai dari ekspresi tertekan pada wajah Madeline, Jeremy mendekatkan tubuhnya untuk mendengarnya lebih jelas.
“Kenapa kau tak mempercayai…”
Braaak!
Tepat di saat Jeremy hendak mendekatkan wajahnya ke telinga Madeline, pintu bangsal dibuka dengan suara keras.
Dia disela tepat sebelum dia bisa mendengar seluruh kalimat Madeline.
Kedua alis tajamnya berkerut saat Jeremy mengangkat pandangannya yang dipenuhi dengan ketidaksenangan yang ekstrim.
Eloise menerobos masuk ke kamar dengan terengah-engah. “Bagaimana bisa kau bera