Bab 6-7
Ling Yiran menjawab, “Saya tidak butuh pujian Anda.”
Dibawah pengaruh alkohol, asisten sutradara He bergegas menghampiri Ling Yiran dan menampar tepat di wajahnya, lalu berkata, “Jika aku ingin kamu minum, maka minumlah. Kenapa kamu bertingkah sombong dan berkuasa, padahal sebenarnya kamu sudah gagal?!”
Saat asisten sutradara He berbicara, dia mengambil botol alkohol dan menuangkannya ke dalam mulut Ling Yiran.
Ling Yiran ingin mendorong tubuh asisten sutradara He, tetapi kekuatan seorang pria jauh lebih besar daripada kekuatan seorang wanita, belum lagi Ling Luoyin membantunya dari samping.
Asisten sutradara He berterima kasih atas bantuan Ling Luoyin dan berkata, “Luoyin, kamu sangat pintar. Aku akan berbicara dengan sutradara dan memberikanmu adegan tambahan di film.”
Tentu saja, Ling Luoyin berusaha lebih keras lagi. “Terima kasih asisten sutradara He. Kakakku tidak terlalu pintar, jadi mohon pengertiannya.”
Ling Yiran tidak tahu berapa banyak anggur yang terpaksa diminumnya. Toleransi alkoholnya tidak terlalu baik, dan pada saat itu dia sudah merasa sedikit mabuk. Dia berusaha untuk mempertahankan dirinya agar tidak mabuk. “Aku…aku ingin pulang…”
“Baiklah, sebentar lagi aku akan membawamu pulang.” Asisten sutradara He memeluk Ling Yiran, matanya dipenuhi dengan nafsu.
Wanita di depannya tidak memiliki daya tarik seksual, tetapi ketika dia berpikir bahwa wanita ini pernah menjadi pacar Tuan Muda Xiao, asisten sutradara He tidak bisa menahan untuk tidak bersemangat.
Tiba-tiba ponsel asisten direktur He berdering.
Awalnya dia ingin menutup telepon itu, tapi ketika dia melihat nama orang yang meneleponnya dia mengangkatnya. Ternyata yang meneleponnya adalah sutradara.
Selain itu sang Sutradara adalah kakak laki-lakinya. Dia mengandalkan kakak laki-lakinya untuk mendapatkan posisi sebagai asisten sutradara.
Namun, setelah mengangkat telepon, asisten sutradara He merasa seakan akan dia terbangun dari mabuknya. Wajahnya menjadi pucat dan nafasnya menjadi lebih cepat.
“Bagaimana…bagaimana mungkin? Dia, dia….dia hanya petugas kebersihan tanpa latar belakang. Bahkan jika mantan pacarnya adalah Xiao Ziqi, sekarang Xiao Ziqi sudah mempunyai tunangan, jadi dia tidak punya alasan untuk peduli padanya. Jika tidak, mengapa mantan pacarnya bekerja sebagai petugas kebersihan?”
“Bagaimanapun, jangan coba - coba menyentuh wanita itu, dan kamu harus membiarkannya pergi dengan selamat. Kamu harus tau bahwa Bos perusahaan itu sendiri yang menelepon dan memperingatkanku. Bos juga mengatakan bahwa jika malam ini terjadi sesuatu hal kepada wanita itu, besok seluruh kru produksi akan diberhentikan. Dan untuk kamu, kamu tidak akan bisa tinggal di kota Shen lagi.” Ucap sutradara He. Dia merasa ketakutan saat memikirkan peringatan serius yang diberikan si Bos barusan.
“Bagaimana mungkin? Investasi senilai ratusan juta dolar? Dibatalkan?” Asisten sutradara He bertanya dengan rasa tidak percaya. “Siapa sebenarnya wanita ini?”
“Bagaimana aku tahu? Bagaimanapun kaulah yang menyebabkan kekacauan ini. Jika kamu berani menyentuh bahkan sehelai rambutnya sekalipun, lihatlah bagaimana aku akan membereskanmu!” ucap sutradara He dengan kasar. “Bagaimana kabarnya sekarang? Dia baik-baik saja kan?”
Asisten sutradara He ingin menangis tetapi tidak ada airmata yang keluar dari matanya. Dia tidak mengatakan bahwa dia telah menampar Ling Yiran dan memaksanya minum lebih dari setengah botol anggur merah.
Disaat yang bersamaan, Ling Yiran terhuyung-huyung membuka pintu ruangan pribadi dan menuju keluar. Ling Luoyin menyusul maju dan mencoba untuk menghentikannya. Mengorbankan saudara tirinya bukanlah apa-apa baginya selama dia bisa terkenal.
Apa yang tidak diduganya adalah asisten sutradara He berlari ke arahnya dan menamparnya dengan keras. Ling Luoyin terhuyung dan hampir jatuh ke lantai.
“Mengapa anda menghentikannya?” Sepertinya asisten sutradara He membenci Ling Luoyin setengah mati. Jika bukan karena wanita ini, bagaimana dia bisa berakhir dalam kekacauan ini?
Ling Luoyin memandang ke asisten sutradara He dengan rasa terkejut saat dia membukakan pintu Ling Yiran dengan penuh hormat. Dia mengijinkan Ling Yiran pergi dari ruang pribadi. “Asisten sutradara He, apa yang kamu….?”
“Apakah kamu mencoba untuk menjebak saya? Siapa kakakmu? Siapa orang yang melindunginya?” Asisten sutradara He bertanya dengan tegas.
Wajah Ling Luoyin menunjukan ekspresi yang kosong. “Apakah ada orang kuat yang melindungi Ling Yiran? Kenapa aku tidak mengetahui tentang hal itu?”
Saat ini Ling Yiran terhuyung-huyung keluar dari ruangan. Efek dari alkohol membuatnya seperti melayang dan penglihatannya menjadi kabur.
“Aku harus pulang…aku harus segera pulang. Aku akan berada dalam bahaya jika aku pingsan di luar!”
Dia mencoba sebisanya untuk mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia harus pulang. Tapi tubuhnya sedikit di luar kendali.
“Kemana…kemana sebaiknya aku pergi?”
Sosok buram muncul di hadapannya. Sosok itu … seperti yang ia kenal dan membuatnya merasa sangat nyaman. Ling Yiran merasa selama sosok itu ada di sana, maka dia akan aman.
Ling Yiran berjalan menuju sosok itu selangkah demi selangkah. Dengan susah payah akhirnya dia sampai di depannya. Dia mengangkat kepalanya dan melihat sosok itu. Mata almondnya seperti telah kehilangan fokus, tetapi bibirnya menampakkan senyuman yang sepertinya telah terbebas dari beban yang sangat berat, “Jin…”
Detik berikutnya, akhirnya dia menutup kelopak matanya yang hampir tidak bisa terbuka, dan tubuhnya yang sempoyongan terjatuh.
Yi Jinli memegang tubuh Ling Yiran yang jatuh dengan satu tangan. Yi Jinli menatap pipi wanita dalam pelukannya. Jari-jarinya dengan lembut membelai area dimana Lin Yiran mendapatkan tamparan di pipinya. Ada kilatan dingin terlihat di mata Yi Jinli.
“Tuan Muda Yi,” Gao Congming meletakkan telepon di tangannya dan dengan hati-hati menjelaskan situasi yang baru saja diketahuinya. “Nona Ling pasti dipaksa meminum anggur merah, kemudian dia di tampar.”
“Begitukah? Patahkan tangan orang yang memukulnya,” ucap Yi Jinli, kemudian dia mengangkat tubuh Ling Yiran dan kemudian mendudukanya di dalam mobil.
Gao Congming terkejut. “Apakah Tuan Yi membela Ling Yiran?” Sebelumnya, Tuan Yi tidak melakukan apapun sebagai pembalasan ketika tunangannya meninggal, tetapi sekarang, dengan pelaku peristiwa itu, dia…
Di dalam mobil, Yi Jinli merasa bekas tamparan di pipi Ling Yiran sangat mencolok. Dia jelas hanya mainan baginya, tapi kenapa dia tidak merasa senang ketika melihat Ling Yiran dilukai oleh seseorang?
Apakah karena dia merasa kasihan? Tapi sejak kapan dia mulai merasa kasihan terhadap orang lain?
Ketika Ling Yiran bangun, dia melihat langit-langit apartemennya dan … wajah yang dikenalnya.
“Jin!” Ling Yiran tiba-tiba terduduk, tapi kepalanya berdenyut kesakitan. Tiba-tiba dia menarik nafas dalam-dalam dan berkata setelah beristirahat sejenak, “Bagaimana … bagaimana aku bisa kembali ke sini? Aku ingat dengan jelas berada di Klub … “
Adegan sebelumnya di klub itu terulang kembali diingatannya, dan ekspresinya berangsur-angsur menjadi suram.
“Aku melihatmu keluar dari dalam klub, jadi aku membawamu pulang,” ucap Yi Jinli.
“Tapi aku tidak memberitahumu bahwa aku pergi kesana.”
“Saat kamu menjawab telepon aku mendengar alamatnya,” kemudian dia bertanya “Apakah kamu ingin minum? Mungkin setelah itu kamu akan lebih baik.”
Yi Jinli memberinya segelas air hangat, Ling Yiran meminumnya beberapa kali dan kemudian merasa lebih nyaman.
“Aku tidak melakukan sesuatu hal yang aneh saat mabuk, kan?” Lin Yiran bertanya, karena tidak bisa mengingatnya.
”Tidak,” jawab Yi Jinli, tapi dia ingat setelah dia membawa Ling Yiran kembali ke dalam apartemennya, saat hendak membaringkan Ling Yiran ke atas tempat tidur, tiba-tiba Ling Yiran mendorongnya, dan memandangnya dengan tatapannya yang memabukkan.
Pada saat itu, dia terkejut karena dia merasa dirinya sangat ceroboh. Jika Ling Yiran adalah seseorang yang ingin membunuhnya maka tidak diragukan lagi dia pasti sudah terbunuh.
Biasanya dia selalu terjaga. Sejak kapan dia menurunkan tingkat kewaspadaan seperti ini?
Tapi sebelum dia bisa bangkit, Ling Yiran kembali menyentuh wajahnya dengan tangannya, menyingkirkan poni tebal dari dahinya dan menyentuh matanya dengan ujung jarinya.
“Matamu sangatlah indah … aku sangat … menyukainya … “ Gumam Ling Yiran.
“Suka?” Kata itu tidak asing baginya. Lagipula selalu ada wanita yang mengatakan bahwa mereka menyukainya dan menyukai matanya.
Mungkin, satu-satunya bagian dari dirinya yang mirip dengan ibunya adalah matanya.
Dulu, ketika Yi Jinli masih kecil, ayahnya selalu menatap matanya dan melamun. Ayahnya bergumam kepadanya, “Bentuk matamu seperti mata yang yang terlihat sangat emosional, tapi pada kenyataannya, mata itu mata yang tidak memiliki perasaan. Aku tidak tahu apakah di nanti kau akan menjadi orang yang sangat emosional atau orang yang tidak berperasaan.”
“Hm, karena … Burrrp … matamu jernih …” Ling Yiran bersendawa.
“Jernih?!” cibir Yi Jinli. Baru pertama kali ada seseorang yang menyebutkan dirinya memiliki mata yang bersih.
“Itu seperti … mereka belum pernah ternoda oleh dosa … mereka begitu bersih …” Ling Yiran sangat mabuk sehingga dia tidak menyadari bahwa wajahnya hampir menyentuh wajah Yi Jinli. “Jin, jangan takut … Aku akan … melindungimu …”
Setelah mengatakan hal itu, Ling Yiran sangat mabuk dan dia berbaring di dada Yi Jinli dan tertidur.
“Melindungiku? Wanita ini bahkan tidak dapat melindungi dirinya sendiri, tapi dia ingin melindungiku? Lelucon apa ini!”
Pada saat itu, dia menatapnya dan berkata, “Kakak, kau tidak melakukan apa-apa. Kau baru saja tertidur.”
Mendengar hal ini, Ling Yiran menarik nafas lega.
Mata Yi Jinli tertuju pada pipi Ling Yiran yang berwarna merah dan sedikit bengkak. “Apakah wajahmu sakit?”
Ling Yiran tertegun dan menjawab, “tidak apa-apa.” Ini adalah jawaban yang jujur. Lagipula, dia pernah mengalami hal yang lebih buruk di dalam penjara.
“Apa yang terjadi kemarin? Bagaimana kau bisa terluka dan mabuk?” Yi Jinli memandany Ling Yiran dan bertanya.
“Tidak apa-apa, Aku baru saja bertemu dengan seorang pemabuk dan mengalami sedikit perselisihan dengannya.” Ling Yiran menjawab dengan ringan. Dia tidak ingin memberitahu Yi Jinli tentang peristiwa gelap yang terjadi semalam.
Dia selalu menganggap bahwa Yi Jinli adalah seorang yang masih lugu dan bersih. Walaupun dia berkeliaran di jalanan, dia masih murni seperti perawan. Jika memungkinkan, Ling Yiran berharap Yi Jinli akan tetap seperti itu.
“Apakah benar seperti itu?” Bulu matanya sedikit bergetar, ada Cahaya yang terpancar dari matanya. “Akan lebih baik jika aku datang lebih awal. Sehingga kau tidak akan terluka.”
Pada kenyataannya, itu adalah hal yang tidak benar jika dia tidak bisa menyelesaikan masalah ini lebih awal. Ini hanyalah sebuah permainan yang membawa sedikit kebahagiaan dalam kehidupannya yang membosankan. Dia bahkan sudah menduga bahwa sesuatu akan terjadi setelah Ling Yiran memasuki kamar yang sudah di pesan khusus.
Tapi ketika dia benar-benar melihat apa yang terjadi, dia tidak akan merasa senang.
“Sudah cukup bagiku, kau datang ke klub untuk menjemputku. Atau, mungkin aku akan tidur di jalanan,” Ling Yiran berkata sambil memegang tangan Yi Jinli. “Terima kasih, Jin. Senang sekali kau ada di sini. Dan aku baik-baik saja, sungguh. Hanya tamparan di wajah, itu bukan masalah besar bagiku.
Ling Yiran tersenyum ringan namun tampak seperti awan dan angin, tapi kenapa dia masih merasa terpesona dengan senyumannya?
“Apa! Ling Yuoyin menjebakmu untuk minum dengan seorang pria? Dasar perempuan tidak tahu malu! Aku akan pergi mencarinya!” Pada hari itu Qin Lianyi pergi mencari Ling Yiran, dan melihat wajahnya masih sedikit merah dan bengkak. Dia mengetahui peristiwa yang menimpa Ling Yiran setelah bertanya kepadanya.
“Terus apa yang akan kau lakukan?” Ling Yiran menahan Qin Lianyi. “Aku sangat ceroboh, aku pikir dia setidaknya akan mencoba untuk mendapatkan uang dariku. Aku tidak menyangka … tapi untungnya, Jin datang menjemputku ketika aku mabuk.”
“Jin?”
“Dia orang yang saat ini tinggal bersamaku. Aku sudah menganggapnya sebagai adik laki-lakiku. Dan aku menyuruhnya memanggilku ‘kakak’,” ucap Ling Yiran. Ketika dia sedang bercerita tentang Jin, tanpa sadar sebuah senyuman muncul di wajahnya.
“Adik laki-laki, berapa umurnya?”tanya Qin Liayin.
“Dua puluh tujuh tahun, usianya terpaut beberapa bulan lebih muda dariku.”
Qin Liayin hampir tersedak air liurnya sendiri. Dia tidak percaya bahwa temannya tinggal dengan seorang pria.
“Apa yang ada di dalam pikiranmu? Bagaimana jika dia mempunyai niat yang jahat kepadamu? Pernahkah kau berpikir bahwa kau mungkin menempatkan dirimu dalam bahaya? Kau belajar dibagian hukum, kan? Bukankah ada banyak kasus tentang seorang pria dan wanita menyewa tempat tinggal bersama? Situasimu saat ini lebih berbahaya daripada berbagi apartemen dengan orang lain!”
“Aku tahu apa yang kau khawatirkan, tapi Liayin, dengan adanya seseorang tinggal bersamaku, aku tidak merasa kesepian. Ditambah Jin adalah orang yang sangat baik.
“Apa maksudmu, kau merasa kesepian? Bukankah kau masih memilikiku?” ucap Qin Liayin. Mengapa bukan aku saja yang pindah dan tinggal bersamamu?”
“Jangan lakukan hal itu. Orang tuamu akan lebih membenciku jika kau pindah dari rumah,” Ucap Ling Yiran terburu-buru.
Ketika kecelakaan mobil itu terjadi, dia tidak sedang minum, tapi semua bukti menunjukkan bahwa Ling Yiran mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Tidak ada yang percaya dengan perkataannya kecuali Lianyi.
Dan selama tiga tahun dia berada di dalam penjara, Lianyi sibuk dengan kasus Ling Yiran. Dia bahkan melepaskan kesempatannya untuk sekolah ke luar negri demi Ling Yiran. Ini juga yang membuat orang tua Lianyi marah kepada Ling Yiran karena mereka berpikir bahwa dia sudah menunda pekerjaan Lianyi.
Dan itu adalah cerita yang sebenarnya, jika bukan karena Ling Yiran, sekarang Lianyi akan memiliki kehidupan yang lebih baik daripada menjadi sebuah designer yang tidak terkenal di sebuah kantor arsitektur.
Apalagi Jin sudah seperti adik bagiku, Kau tahu, dulu aku selalu ingin mempunyai seorang adik. Sekarang keinginanku akhirnya menjadi kenyataan,” Ucap Ling Yiran.
Qin Liayin tahu bahwa dia tidak mungkin menghalangi keinginan teman baiknya. Dia hanya bisa mencoba pilihan yang kedua. “lain kali, biarkan aku bertemu dengannya,” ucap Lianyi. Hanya setelah dia bertemu dengan Jin, dia bisa merasa nyaman.
“Tentu saja,” jawab Ling Yiran.
“Ngomong-ngomong, ini adalah salinan dari berkas kasusmu dulu. Ada juga beberapa informasi yang aku temukan beberapa tahun terakhir,” ucap Qin Lianyi sambil menyerahkan setumpuk dokumen ke Ling Yiran. “Karena kamu sudah bebas, apakah kamu berencana untuk membuka kembali kasus itu?
“Aku tidak tahu. Aku tidak tahu dimana harus mencari saksi mata saat kejadian itu terjadi, dan semua bukti masih mengarahkan kepadaku. Aku belum bisa membalikkan putusan selama tiga tahun. Ke depan…”
“Mungkin kita akan menemukan kesempatan untuk menyerahkan Kasus ini nantinya. Jangan lupa kau adalah Ling Yiran, Ling Yiran yang aku kenal adalah orang yang tidak mudah putus asa,” ucap Qin Lianyi.
Ling Yiran tersenyum pahit, mungkin dia akan berusaha untuk membalikkan putusan yang dituduhkan kepada dirinya tiga tahun yang lalu, tapi setelah menghabiskan waktu tiga tahun lamanya di penjara, semangatnya yang tinggi dan tajam telah sirna karena perasaan sakit.
Ling Yiran mengambil tumpukan dokumen yang penuh dengan informasi ke apartemennya. Dia melihat tidak ada seorangpun di ruangan dan bahkan Jin pun tidak berada disana juga.
“Dia pasti masih membagikan selebaran.” Dia telah melakukan pekerjaan itu selama beberapa hari terakhir.
Ling Yiran mengukus dua batang jagung, memasak tumisan sederhana, membuat semangkuk sup dan kemudian menunggu Jin pulang.