Bab 22 Pokoknya Harus Kamu
"Cepat banget. Aku baru saja tidur siang dan kamu sudah berada di Negara Amaya."
"Kamu pasti capek 'kan setelah penerbangan belasan jam? Apa makanan di pesawat enak? Sekarang ada di mana? Apa sudah masuk ke hotel? Di sana sudah mulai gelap ya."
Aku berkicau, sedangkan Chris hanya diam.
Tidak masalah.
Aku sudah senang asal telepon itu tidak ditutup.
"Paman, kapan kamu akan kembali ke Kota Opena?"
"Kamu nggak manggil aku Pak Chris?" Chris yang sedari tadi diam saja, akhirnya angkat bicara.
Ternyata benar, jauh di mata, dekat di hati.
Di telepon, suaranya terdengar lebih magnetis dan merdu.
Aku terkekeh dan berkata, "Pekerjaan penerjemahan di Kota Sien sudah selesai. Jadi aku nggak bisa manggil kamu Pak Chris. Nanti kalau kamu membutuhkanku bertindak sebagai penerjemah lagi, baru deh aku kembali memanggilmu Pak Chris."
Begitu aku selesai bicara ....
Suasana kembali hening.
Hahh ....
Apa semua orang yang eksklusif sepertinya begitu pelit bicara?
Tepat ketika aku hendak bicara ....
Suara ma
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda