Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Takdir yang Manis Takdir yang Manis
Oleh: Webfic

Bab 1

Bulan September di Kota Yamani, setelah beberapa hari diguyur hujan deras, cuaca kembali terik. Carissa sedang mengawasi renovasi di toko barunya dan membeli perlengkapan yang dibutuhkan, tiba-tiba dia menerima telepon dari ibu tirinya, Meliana. "Carissa, jangan lupa besok jam 7 malam di Hotel Jewel Zahira." "Janji apa? Aku sedang sibuk renovasi toko, nggak bisa pergi." Suara bising dari konstruksi terdengar keras, sebelum Meliana selesai berbicara, Carissa sudah memutuskan telepon dengan kasar! Kakaknya, Cassandra, kemarin menelepon dan memberitahunya kalau adik laki-lakinya, Devan menghamili pacarnya. Keluarga pacar adiknya meminta mereka untuk membelikan sebuah rumah baru di Kota Yamani sebelum mereka diizinkan menikah. Jika tidak, mereka akan menggugurkan anak itu dan memaksa mereka putus! Meliana tahu bahwa putra kepala desa di kampung asalnya tertarik pada Carissa, karena Carissa adalah lulusan universitas ternama yang pintar. Ibu Tiri itu ingin memanfaatkan kesempatan untuk menerima uang muka mahar sebesar 1,2 miliar. Telepon tadi bertujuan untuk mendesak Carissa agar mau menikah. Meliana melakukan ini karena terpengaruh oleh ayahnya, Henry. Hal ini terjadi karena saat Cassandra menikah dulu, Meliana juga meminta mahar sebesar 600 juta dan uang tersebut langsung digunakan untuk membeli mobil putra kesayangannya, Devan. Semuanya bermula karena uang mahar yang terlalu besar itu, mertua Cassandra meremehkannya dan menganggapnya sebagai menantu yang materialistis. Apalagi suaminya adalah anak mami, sehingga kehidupan pernikahan Cassandra semakin sengsara. Ayah dan ibu tiri Carissa, tidak peduli dengan penderitaan putrinya karena takut diminta mengembalikan uang mahar. Sekarang, mereka kembali melakukan hal yang sama, ingin menukar Carissa dengan mahar yang lebih besar untuk membeli rumah bagi anak laki-laki mereka. Carissa tentu saja tidak terima! Tepat pada saat itu, ibu kosnya yang bernama Wulandari menelepon, menanyakan apa Carissa sudah memutuskan untuk kencan dengan keponakannya. Kali ini, Carissa tanpa ragu-ragu menjawab, "Tante, aku akan pergi sekarang dan kita ketemu di kafe saja." Setelah menutup telepon, Carissa memberi tahu tukang yang sedang bekerja dan bergegas pergi. Dia dengan polosnya berpikir bahwa jika dia menikah, mereka tidak bisa lagi menukarnya dengan uang. Tidak lama kemudian, Carissa tiba di kafe hotel bintang lima Kota Yamani yang telah mereka janjikan sebelumnya. Begitu sampai di pintu, dia melihat seorang pria berjas, tampan, duduk di dekat jendela. Melihat penampilan pria itu yang sangat berkelas, pastilah dia adalah keponakan Tante Wulandari. Dia adalah seorang pekerja kantoran di perusahaan besar. Carissa diantar oleh pelayan datang ke meja pria itu dan dengan sopan menyapa, "Halo, saya Carissa, kita sudah janjian untuk kencan buta." Mendengar itu, pria di hadapannya mengangkat sedikit alis, sepasang mata phoenix yang indah melirik sekilas pada Carissa. Melihatnya dengan penampilan yang manis, tubuh mungil, dan rambut yang digelung menjadi sanggul kecil di atas kepala, membuatnya terlihat imut alami. Dengan kaus putih sederhana, celana pendek jeans, dan sepatu kets putih. Penampilan perempuan ini begitu polos dan natural. Juna merasa ragu, Keluarga Nasution adalah salah satu keluarga terkemuka di Kota Yamani. Setelah memperkenalkannya pada banyak sosialita cantik dan berujung gagal, kini Tante Wulandari malah memperkenalkannya pada tipe perempuan yang sangat berbeda? Meski begitu, melihat sikap Carissa yang sopan dan lembut, Juna tetap menanggapinya dengan sopan, "Iya, silakan duduk." Carissa duduk di depan Juna, pelayan pun membawakannya secangkir Kapucino lalu pergi. "Tante Wulandari sudah menceritakan situasiku padamu, 'kan? Ada desakan untukku segera menikah, tapi aku nggak mau menikah dengan orang itu. Ini sebabnya aku datang untuk mencari orang yang mau menikah cepat. kalau kamu nggak bisa menerimanya, nggak masalah." Setelah duduk, Carissa langsung menjelaskan situasi dia saat ini. Ditekan keluarga untuk menikah memang menjengkelkan, tapi wanita ini cukup pintar. Juna cukup puas dengan wanita ini "Selama kamu setuju, aku nggak keberatan. Apa kamu membawa semua dokumen? Ayo kita daftarkan pernikahan itu sekarang." Mendengar Juna berkata begitu, Carissa segera menghentikan Juna yang berdiri untuk pergi dan mengkonfirmasi lagi, "Apa kamu yakin?" Carissa tahu ayah dan ibu tirinya sangat merepotkan! Jika bukan karena Meliana yang memaksanya menikah, dia tidak akan terburu-buru menikah begini. Menikah secara mendadak bukanlah masalah besar bagi Juna, dia hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah ini agar kakeknya tidak terus-menerus mendesaknya. "Ayo pergi, aku sibuk. Tolong jangan buang-buang waktuku." Juna menyempatkan waktu untuk menikah di sela-sela dua rapat. Karena lawan bicaranya begitu tegas, Carissa pun tanpa ragu mendaftarkan pernikahan mereka. Menggenggam surat nikah yang baru selesai dari kantor catatan sipil, Carissa melihat nama pria di surat nikahnya dan membaca, "Juna?" "Iya," Juna menjawab dan melirik Carissa. Carissa menatap nama itu, hatinya merasa ada yang janggal, Namun dia tidak bisa menjelaskan dengan pasti apa itu. Pada saat itu, ponsel Juna tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari kakeknya, kemungkinan beliau sudah tahu tentang pendaftaran pernikahan mereka berdua. Ketika dia mengangkat telepon, dia mendengar suara marah kakeknya, "Dasar anak nakal! Berani sekali menghindariku! Apa tua bangka ini nggak berarti untukmu?" Mendengar kata-kata kakeknya, Juna menatap Carissa sekilas. Dia sudah menurut dan menikah, lalu di mana kesalahannya?
Bab Sebelumnya
1/100Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.