Bab 6
Carson langsung memadamkan rokok, lalu menggendongku dan menciumku secara agresif.
Dalam kelinglungan, pakaianku dilepas oleh Carson. Carson membaringkanku ke ranjang yang empuk ....
Rasa sakit yang kuat membuatku mengernyit. Timbul suatu keheranan di hatiku.
Apa yang terjadi?
Bukankah kami sudah bersetubuh di reuni kali itu. Mengapa bisa ....
Tidak ada waktu untuk berpikir. Pikiranku berangsur-angsur buyar ....
Entah berapa lama Carson melakukan hubungan intim denganku. Aku hanya merasa tenaga Carson seperti tidak ada habisnya.
Saat aku bangun lagi, sudah siang hari keesokannya.
Ada suara air mengalir di kamar mandi.
Aku menopang tubuhku yang pegal untuk duduk dan mendapati ada bercak darah di ranjang.
Eh?
Apa yang terjadi?
Bukankah Carson sudah merenggut keperawananku sebelumnya? Mengapa masih ada darah?
Aku mengernyit karena memikirkan kemungkinan itu.
Tepat saat itu, Carson keluar dari kamar mandi.
Aku menggigit bibir dengan canggung, lalu menanyakan keheranan di hatiku, "Di malam reuni kali itu, kita berhubungan intim atau nggak?"
"Nggak!"
Carson menjawab dengan lugas.
Aku menjadi marah.
"Kalau begitu, kenapa kamu nggak jelaskan dengan reporter waktu itu?"
Carson melirikku dan menjawab acuh tak acuh, "Kita telanjang di ranjang, menurutmu, memangnya itu bisa dijelaskan?"
"Tapi kamu bisa beri tahu aku dan keluargaku. Kalau kamu nggak melakukan apa-apa denganku, keluargaku pasti nggak akan paksa kamu jadi menantu matrilokal. Kamu juga nggak perlu ...."
"Kenapa? Kamu menyesal?" Carson mendekat ke arahku. Matanya yang hitam membawa hawa dingin.
Aku menjilat bibirku dan menggerutu dalam hati, 'Bukankah kamu yang harusnya menyesal? Kamu jadi menantu matrilokal dan dianiaya olehku, bahkan terpisah dengan cinta sejatimu!'
Carson tiba-tiba menyerahkan kain di tangannya padaku.
Aku terbengong. Lalu Carson berkata dengan kalem, "Keringkan rambutku."
"Oh, ya ...."
Aku buru-buru mengambil kain itu dan mengeringkan rambut Carson dalam posisi berlutut.
Aku pun teringat akan masa lalu.
Aku malas untuk mengeringkan rambut usai keramas sehingga selalu membungkus rambutku dengan handuk dan berbaring di ranjang.
Setiap kali, Carson bersikeras membantuku mengeringkan rambut menggunakan kain dan alat pengering rambut. Carson mengatakan aku bisa sakit kepala kalau tidur dengan rambut basah.
Pada saat itu, aku selalu jengkel pada Carson dan terus menghinanya. Carson sangat sabar terhadapku, seperti tidak mendengar ejekanku.
Teringat akan kelembutan Carson di masa lalu, lalu melihat sikap Carson yang dingin dan agresif sekarang ....
Aku benar-benar merasa pria ini sangat menakutkan.
Seberapa dalam pikiran Carson sehingga bisa berpura-pura lembut padaku, padahal dia sangat membenciku?
Usai berpakaian, Carson mengancingkan manset sembari berpesan, "Jangan ke mana-mana, tunggu aku pulang."
Aku berlutut di ranjang dan mengangguk dengan patuh.
Sebagai wanita simpanan yang baik, tugasku adalah mematuhi majikan.
Carson tiba-tiba melirik bercak darah di ranjang lagi.
Wajahku memerah. Aku dengan canggung menutupinya menggunakan selimut.
Carson menyeringai. Senyumannya lumayan memikat.
Dalam tiga tahun sejak menikah, Carson sepertinya belum pernah tersenyum di depanku. Carson selalu tampak tenang, seperti robot yang tidak punya perasaan.
Ternyata, Carson terlalu pandai bersembunyi.
Setelah Carson pergi, aku berencana untuk tidur lagi.
Carson terlalu agresif tadi malam sehingga kakiku masih pegal sekarang.
Begitu aku berbaring, ponselku malah berdering.
Saat melihat identitas penelepon, rasa pegalku hilang seketika. Aku buru-buru bangun ....