Bab 531
Pintu kayu yang sudah miring langsung roboh saat didorong, debu tebal beterbangan dan mengaburkan pandangan.
Ricky berdiri di depanku, melindungiku, lalu menendang rerumputan liar yang memenuhi halaman.
Dia menggandeng tanganku masuk ke dalam halaman, dan pemandangan yang familier itu membangkitkan banyak kenangan.
Keindahan dalam ingatanku sangat kontras dengan kehancuran yang kulihat sekarang, membuat hatiku terasa pedih.
Nenek sudah tiada, dan suasana hangat penuh kebahagiaan itu tak akan pernah kembali.
Di halaman, ada sebuah pohon jeruk. Pohon itu tumbuh sangat besar, dengan jejak buah jeruk yang sudah membusuk berserakan di tanah.
Ricky berdiri di samping pohon jeruk itu, terkejut dan berkata, "Pohon ini ternyata masih ada."
Aku memandangnya dengan bingung, "Kenapa bilang begitu?"
"Karena aku yang menanamnya." Dia tersenyum padaku, lalu menambahkan, "Kita berdua tanam bersama."
Aku terkejut, "Kita tanam bersama?"
Ricky mengangguk, dengan sorot mata lembut seolah sedang mengenang.
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda