Bab 423
"Aku lapar."
Dia mengulang lagi tiga kata itu dengan dingin. Kata-katanya keluar bersamaan dengan asap rokok, menyelimuti hawa dingin yang membuat orang tak berani membantahnya.
Aku bertanya dengan pelan, "Jadi, kamu mau makan apa? Aku bisa pesan, di sini ada layanan antar ...."
"Di hatimu, aku hanya pantas makan makanan antar, ya?"
Belum sempat selesai bicara, dia tiba-tiba tertawa dingin.
Aku mengerutkan alis, menatapnya, tak tahu maksud perkataannya.
Dia tertawa kecil lagi, auranya makin suram.
Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, dan aku juga tidak punya keinginan untuk menebak.
Dengan nada sedikit tak sabar aku berkata, "Bilang saja langsung kamu mau makan apa, aku bisa belikan. Jangan pasang wajah seperti itu di sini, tapi nggak jelas apa maumu."
"Aku nggak sepintar itu, aku juga nggak sebaik hati seperti Riris. Jadi, lebih baik kamu jelaskan apa yang kamu mau, aku akan usahakan."
Mungkin karena aku akan pergi, aku benar-benar tak mau lagi mengalah padanya.
Cukup melelahkan, sun
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda