Bab 209
Penglihatanku tiba-tiba menjadi gelap dan seluruh tubuhku tersandung ke samping.
Untungnya, pinggangku ditopang oleh sebuah kekuatan.
Sebelum aku bisa berdiri teguh, terdengar tawa dari sampingku.
"Lihat, Rino terus menyebut Mei nggak tahu malu, tapi kemudian pergi membantu orang lain."
"Ya, benar, Kak Rino bohong mengatakan itu, tapi sebenarnya sudah lama jatuh cinta dengan wanita ini dan masih nggak mau mengakuinya."
"Ya, benar. Kali ini reaksinya begitu keras, pasti sudah jatuh cinta karena membencinya."
"Pergilah! Jangan bicara omong kosong di sini!"
Rino berkata lalu segera menarik tangannya, seolah masih kotor dan menyeka tangan yang memegangi pakaianku dengan kuat.
Aku membantu troli itu agar berdiri kokoh dan berkata dengan tenang kepadanya, "Terima kasih."
Entah bagaimanapun, Rino akhirnya membantuku.
Kalau tidak, aku pasti akan jatuh ke tanah dan sesuatu mungkin terjadi pada bayi di perutku.
Jadi betapa pun jeleknya ucapannya atau betapa jeleknya perbuatannya, aku harus mengu
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda