Bab 182
Mereka menyapaku sambil tersenyum.
Saat turun bersama-sama, Ergi berkata padaku, "Mei, apa kamu lihat bos lahan konstruksi kita kemarin?"
Aku menggelengkan kepala. "Kalian sudah lihat?"
Dengar-dengar, bos datang untuk meninjau lahan konstruksi kemarin, dan naik mobil mewah.
Sebagian besar orang di kantor pergi melihat, ingin melihat sosok bos. Supervisor pun pergi.
Aku tidak pergi karena tidak menyukai keramaian dan takut akan terjatuh karena berdesakan.
Bahkan saat makan di kantin kemarin, banyak orang yang membicarakan tentang bos.
Konyolnya, tidak ada seorang pun yang mengetahui nama bos.
Ergi menjawab, "Aku nggak lihat, tapi ibuku lihat."
Sambil berkata, Ergi menyiku lengan ibunya.
Bibi berujar, "Kami lagi santai waktu itu, jadi bisa lihat. Omong-omong, bos itu sangat cakap. Badannya tinggi, kakinya juga panjang. Wajahnya benar-benar lebih cakap dari artis."
Aku ingin tertawa ketika mendengar bibi mendeskripsikan bos lahan konstruksi dengan kata cakap.
Bibi melirikku sekilas, lalu
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda