Bab 133
Aku memegang ponselku erat-erat dan menatap nama yang muncul di layar dengan tatapan kosong.
Aku meneleponnya beberapa kali setelah nenek jatuh sakit karena marah kepadaku, tetapi dia tidak menjawab.
Mengapa saat ini dia berinisiatif meneleponku?
Apakah dia mengetahui aku telah pindah dan ingin memarahiku?
Akan tetapi, bukankah dia tidak ingin bertemu denganku lagi?
Bukankah seharusnya dia senang karena aku pindah?
Sebuah ekspektasi yang tidak bisa dijelaskan melonjak di dalam hatiku yang gelisah.
Aku mengerutkan bibir dan tidak bisa menahan diri untuk menekan jawaban.
Setelah panggilan tersambung, aku mendengarkan napasnya yang dalam. Jantungku berdebar kencang dan aku tidak tahu harus berkata apa.
Setelah beberapa detik hening, akhirnya dia berbicara lebih dulu.
Nadanya sangat tenang, seperti memberi perintah, "Nenek ingin bertemu denganmu, besok datanglah ke rumah sakit."
Harapan di hatiku langsung pupus.
Aku tersenyum mencela diriku sendiri.
Kukira dia menelepon karena masalah kepi
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda