Pria Kejam
Keributan ini mengejutkan orang-orang, banyak yang menghampiri untuk menonton, satpam di resepsi pun bergegas datang, melihat pakaian Ariyani yang nampak seperti pelayan. Ini adalah resepsi kelas atas, sehingga satpam pun melihat orang dari penampilannya tanpa mempedulikan benar atau salah, segera melangkah maju dan menyeret Ariyani keluar dari aula.
Mata Tina kemasukan sambal, dia segera dibawa ke rumah sakit, sedangkan gaun malam mahal Farida dipenuhi saus, dan ada bekas tamparan yang jelas di wajahnya, Syarifudin juga bergegas datang setelah mendengar berita itu, dia terkejut ketika melihat Farida: "Apa yang terjadi?"
Farida sebenarnya merasa khawatir bila Syarifudin mengetahui kemunculan Ariyani, tapi sekarang dia juga tidak bisa menyembunyikannya. Dia menangis di hadapan Syarifudin yang baru datang, "Syarifudin, aku bertemu Nona Ariyani, dia bekerja sebagai pelayan di sini, tidak tahu kenapa, ketika melihat Tina dan aku dia dengan sengaja menuangkan jus pada kami, Tina tidak terima dan memarahinya sedikit, tiba-tiba dengan marah dia menuangkan makanan ke Tina dan memukuli aku... "
Syarifudin terkejut dan melihat sekeliling, dia tidak melihat Ariyani, Farida mengeluarkan air mata, "Aku hanya menerima tamparannya sekali, dan gaunku menjadi kotor, tapi mata Tina kemasukan sambal, awalnya Nona Ariyani ingin menyerangku, tapi Tina melindungiku!"
Melihat penampilannya yang menyedihkan Syarifudin menatapnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, dia mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk Farida yang menangis, dengan suara dingin berkata: "Di mana dia?"
"Diseret keluar oleh satpam!"
"Ayo kita kesana!"
Sambil bicara, Syarifudin membantu Farida yang malu keluar dari aula, Ariyani dibawa ke ruangan sebelah aula oleh satpam, terlihat beberapa satpam, ada yang menegurnya dan ada yang menelpon polisi.
Ariyani duduk di sofa dengan kepala menunduk, seluruh tubuhnya basah oleh anggur, setelah dibawa ke sini dia menjadi lebih tenang.
Tadi dia seharusnya menahan amarahnya, dia kehilangan kendali untuk sesaat, akibatnya sekarang dia telah menyebabkan keributan, dan Fauzi pasti tidak akan membiarkannya, temperamen tuan muda itu sangatlah buruk, terutama pada dirinya.
Dia adalah asisten yang ditempatkan secara paksa oleh Irwando Talib untuk Fauzi.
Karena pemaksaan, maka Fauzi selalu tidak suka melihatnya dan selalu mempersulitnya, sekarang dia membuat masalah seperti ini, dia pasti akan dipecat.
Ketika dia sedang khawatir, pintu didorong terbuka, dan udara dingin mengalir ke wajahnya, Ariyani mengangkat kepalanya dan memandang sepasang mata yang dalam.
Ariyani telah meninggalkan tempat yang menyedihkan itu sejak tiga tahun lalu, saat Syarifudin dengan kejam meminta pengacara untuk membawakannya surat perceraian dan memaksanya untuk menandatanganinya.
Dalam tiga tahun terakhir, dia tidak pernah terpikir untuk bertemu dengan Syarifudin, dalam sisa hidupnya, dia berencana jika bertemu dengannya dia akan menghindarinya, tetapi dia tidak menyangka akan bertemu dengan cara ini pada hari pertama ketika dia kembali ke Kota Selatan.
Dia sangat malu, tetapi dia dengan statusnya yang tinggi, menyipitkan mata padanya dengan semacam aura penguasa, dengan satu tangan memeluk pinggang Farida, apakah mereka ingin menginterogasinya bersama-sama?
Dengan menahan hatinya yang sakit, Ariyani memalingkan pandangannya dengan acuh tak acuh.
Setelah mengucapkan perpisahan, mereka adalah orang asing, karena mereka adalah orang asing, untuk apa sedih karenanya?
Melihat Ariyani berpaling dengan acuh tak acuh, pandangan Syarifudin menajam, dia membantu Farida melangkah ke dalam ruangan, suaranya dingin membuat orang gemetar: "Minta maaf!"
Ariyani menekan bibirnya tidak mengatakan apa-apa, memintanya untuk meminta maaf pada pelakor? Ditambah lagi dia tidak melakukan kesalahan apapun? Mimpi?
Melihat dia tidak mengatakan apa-apa, wajah Syarifudin menjadi lebih suram, "Ariyani, aku memintamu untuk meminta maaf, apakah kamu tidak mendengarku?"
"Minta maaf? Kenapa? Apakah Pak Syarifudin kira kamu adalah hukum di negara ini?" Ariyani tersenyum menghina.
"Masalahnya bukan apakah saya hukum di negara ini atau bukan, tapi kamu sudah melukai orang, Tina telah dikirim ke rumah sakit, kamu tahu konsekuensinya!"
Ancamannya sangat jelas. Ariyani tahu dia marah seperti ini bukan karena Tina, tapi demi Farida, bagaimana mungkin dia meminta maaf, dengan tersenyum samar, "Pak Syarifudin, kamu punya kekuasaan, dapat melakukan apapun yang kamu inginkan, aku tunggu keputusanmu, untuk permintaan maaf, jangan berharap!"
Melihat wajahnya yang acuh tak acuh, dengan nada dingin, seperti ada sesuatu yang menekan hati Syarifudin, membuatnya sakit.
“Ariyani, kamu sangat keras kepala, kalau begitu jangan salahkan aku!” Syarifudin menatap Ariyani dengan dingin, lalu menoleh dan memberi tahu satpam, “Apakah kamu memanggil polisi?”
“Sudah, Pak!” Satpam itu menjawab dengan hormat.
"Kalau begitu biarkan polisi menanganinya dengan adil! Kuharap kau masih bisa setangguh ini saat tiba di kantor polisi!"