Bab 22
Teresa memasang senyuman di wajahnya dan melangkah ke depan. "Nenek, Ibu, Paman Bobi bilang kalian sudah tunggu aku dari tadi. Pasti sudah nggak sabar, 'kan?"
Teresa bahkan berlari menuju Dena dan menggandeng lengannya dengan intim.
Dena ingin menarik tangannya, tetapi dipeluk lebih erat oleh Teresa. "Aku pergi beli cengkaruk kesukaan Nenek tadi."
"Awalnya mau beli bebek panggang kesukaan Ibu juga, tapi waktunya kelamaan. Aku takut nggak keburu makan siang."
Teresa berpikir mereka menyuruhnya pulang untuk makan?
Tatapan mata para pelayan di sana terhadap Teresa berubah-ubah. Ternyata, Teresa tidak tahu dirinya akan tamat?
Wajah Dena menjadi masam.
Nevi yang duduk di samping berkata dengan nada tegas dan tatapan suram, "Sasa."
Suara yang tegas itu membuat Teresa mengangkat kepalanya dari pelukan Dena. Dia bertemu dengan mata Nevi yang dingin.
Teresa melepaskan lengan Dena, lalu menghampiri Nevi yang duduk dengan anggun dan beraura dingin.
Dengan tebal muka, Teresa bermanja di dalam pelu
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda