Bab 14
Suara tinju yang menghantam ke tubuh bergema di ruang tamu.
Suara pilu Nidya semakin terputus-putus, tubuhnya menggigil tanpa kendali, seperti ikan yang meronta tanpa air, wajahnya basah kuyup oleh tangisan dan ingus. "Maafkan aku, Paman Edwin ... aku hanyalah seorang yatim piatu yang sangat ingin memiliki keluarga, makanya aku terpaksa berbohong."
Nidya tiba-tiba meraih ujung celana Edwin, sambil membenturkan kepalanya ke lantai. "Tolong maafkan aku. Aku nggak akan berbohong lagi. Aku mohon, maafkan aku."
Namun, Edwin menatapnya dengan mata merah.
Respons yang didapatkannya hanyalah tinju yang lebih keras.
Saat Edwin akhirnya berhenti, Nidya terkapar di lantai, dengan napas yang nyaris tak ada.
"Ayah ...." Suara Yordan terdengar serak dan berat. "Ketika aku kritis ... siapa sebenarnya yang memberikan darahnya untukku?"
Tubuh Edwin bergetar hebat, lalu tanpa peringatan, dia mulai menampar wajahnya sendiri dengan keras.
"Itu ... kakakmu, Safira."
Edwin mencengkeram rambutnya sendiri den

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda