Bab 7
Setelah kembali ke perusahaan di pagi hari, Lenny menerima kabar bahwa beberapa proyek yang terikat kontrak tiba-tiba ditangguhkan.
Bahkan proyek yang sedang berjalan dikabarkan pihak lain kalau mereka tidak akan memperpanjang kontrak.
Setelah diselidiki, ditemukan pada dasarnya perusahaan yang menolak bekerja sama memiliki hubungan dengan Asosiasi Dagang Salani.
Akibat dari begitu banyak perusahaan yang memboikot Grup Farmasi Orien secara bersamaan membuat Lenny merasa kepalanya mati rasa hanya dengan memikirkannya.
Saat ini ada belasan proyek yang sedang berjalan dan kalau dipaksa, kemungkinan mereka hanya bisa mempertahankannya selama tiga bulan.
Dengan kata lain setelah tiga bulan, grup tersebut tidak akan ada proyek baru untuk dilanjutkan dan benar-benar bangkrut.
Lenny bingung mengapa ada perubahan mendadak seperti itu, padahal dia jelas tidak melakukan apa pun.
Setelah memikirkannya cukup lama, dia menelepon nomor tersebut.
Saat panggilan tersambung, Lenny berkata dengan sopan, "Pak Ramli, aku Lenny dari Grup Farmasi Orien. Maaf mengganggumu."
Menduga Lenny akan menghubunginya, Ramli langsung berkata pada intinya.
"Bu Lenny, aku tahu apa yang ingin kamu tanyakan. Masalah perusahaanmu ada di luar jangkauanku. Tolong jangan meneleponku lagi."
Penjelasan seperti itu membuat suara Lenny datar, "Apakah Pak Ramli mengetahui sesuatu? Bisakah kamu memberitahuku alasan jelasnya?"
"Grup Farmasi Orien nggak menyinggung siapa pun dan telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan Salani dalam beberapa tahun terakhir. Bisakah Pak Ramli menjelaskan situasi jelasnya demi aku?"
Lenny juga telah bergabung dengan Asosiasi Dagang dan Ramli tidak bisa membantunya baik dalam urusan umum atau pribadi.
Akan tetapi, sikap Ramli masih dingin dan bahkan nadanya terdengar acuh tak acuh, "Bu Lenny, jangan terlalu menyombongkan diri! Kamu bukanlah siapa-siapa di mataku."
"Oh iya, aku ingin memberitahumu kalau pemungutan suara sudah dimulai di Asosiasi Dagang. Kalau nggak ada kejadian nggak terduga, Grup Farmasi Orien akan dikeluarkan dari Asosiasi Dagang Salani."
"Kenapa!?" Lenny bertanya, napasnya menjadi agak tersengal.
Perubahan yang terjadi secara beruntun membuat Lenny kesulitan untuk memahami segalanya.
Lenny terus memikirkan siapa yang telah dia sakiti selama ini, tetapi dia tidak tahu.
Untuk menyingkirkan gangguan tanpa henti dari Lenny, Ramli mengingatkan, "Bu Lenny, pikirkan baik-baik. Bukankah perkembangan perusahaanmu terlalu lancar dalam tiga tahun terakhir? Takutnya reputasinya juga nggak akan sebesar itu cuma dengan mengandalkan dirimu sendiri!"
"Sebaiknya aku memberitahumu alasan kenapa Grup Farmasi Orien berkembang hingga seperti sekarang ini adalah karena ada pendukung yang membuka jalan untukmu dari belakang, tapi sekarang pendukungmu sudah nggak berpihak padamu."
"Tut, tut, tut."
Mendengar nada sibuk di ponsel, Lenny terlihat bingung dan memikirkan kata-kata Ramli.
Setelah memikirkannya dengan cermat, Ramli memang benar.
Sejak berdirinya Grup Farmasi Orien hingga saat ini, semuanya memang berjalan begitu mulus sampai muncul kecurigaan, hanya saja Lenny tidak memperhatikannya.
Akan tetapi, dari mana Lenny mendapatkan dukungannya? Sepanjang jalan, dia sama sekali tidak bergantung pada siapa pun.
Saat masih berada di sisinya, Jerry pun tidak bisa dianggap sebagai orang yang bisa diandalkan.
Tidak, itu pasti bukan Jerry.
Dalam tiga tahun terakhir, hal terbesar yang Jerry lakukan adalah pekerjaan rumah tangga yang rumit. Bagaimana orang yang tidak berguna bisa memiliki kekuasaan seperti itu?
"Tok, tok."
Terdengar ketukan di pintu dan Mike masuk, "Lenny, aku sudah tahu masalahnya. Jangan terlalu cemas. Aku akan membantumu mencari solusi."
Karena Lenny adalah rekan investasinya, Mike tentu saja memperhatikan apa yang terjadi padanya belakangan ini.
Selain itu, dia selalu mendambakan tubuh Lenny.
"Besok malam ada cukup banyak klien dan Keluarga Osand akan mengadakan lelang amal. Kamu bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik untuk membangun hubungan dan berusaha sebisa mungkin memastikan perusahaan tetap berjalan normal."
Mike bagaikan hujan yang turun tepat waktu dengan memberi Lenny sebuah kepastian. Kalau itu adalah Jerry ... takutnya dia sama sekali tidak akan bisa membantunya.
"Terima kasih, Tuan Muda Mike. Aku pasti akan berterima kasih setelah masalah ini beres." Lenny berkata dengan penuh syukur.
...
Ada sebuah sungai kecil di dekat tepi Komunitas Agri. Pemandangan di sini sangat indah dan banyak orang tua yang memancing di tepi sungai.
Jerry memilih tempat teduh dan dia duduk di sini hampir sepanjang hari.
"Tempat yang sangat indah. Nggak kusangka Tuan Jerry begitu anggun. Berapa banyak ikan yang kamu tangkap?"
Menjelang malam, Firli datang sesuai dengan lokasinya dan melirik ke arah keranjang ikan yang kosong melompong.
Melihat orang sudah datang, Jerry pun meletakkan pancingnya, "Seperti kata pepatah, 'kalau terlalu menuntut, nggak akan ada orang yang mau mendekatimu'. Seharusnya sungai ini nggak ada ikannya, lain kali aku nggak akan datang lagi."
Saat Jerry menjelaskan dengan serius, seorang pria tua di sebelahnya tiba-tiba berteriak, "Dapat! Yang ini beratnya setidaknya ada satu kilo, malam ini ada lauk tambahan!"
Saat berbicara, pria tua itu tanpa sengaja melirik ke arah Jerry seolah berkata, "Anak muda, keahlianmu buruk sekali."
Melihat adegan ini, Firli hanya bisa mengerucutkan bibir dan terkekeh sebelum menggoda, "Entah apakah air jernihnya atau nggak, tapi akal sehatku mengatakan saat memancing harus pakai umpan."
Melihat kail yang kosong, Jerry mengangkat alisnya, "Benarkah?"
"Lain kali saat ada waktu, aku bisa pergi memancing bersamamu. Ayo sekarang kita kembali. Mungkin kakek sudah nggak sabar menunggu kita." Firli tidak terus menggodanya.
Jerry juga tidak menjelaskan setelah menyimpan peralatan memancingnya.
Kebiasaan memancingnya berkembang di pegunungan. Hiburan ini membuat Jerry memikirkan banyak hal dengan tenang.
Setelah menaiki Cullinan yang mewah, Firli mengeluarkan dokumen dan menyerahkannya kepada Jerry.
"Ini cukup asli. Sulit untuk mengatakan itu palsu tanpa melihatnya dengan cermat." Jerry menghela napas dengan emosi.
"Tentu saja harus lebih asli. Nanti saat bertemu kakek, kita nggak boleh membiarkan kebenaran terungkap atau semuanya akan semakin rumit." Firli mengingatkan lagi.
Firli sudah melakukan persiapan matang untuk masalah ini. Bagasinya penuh dengan hadiah, semuanya adalah minuman dan suplemen mahal.
Setibanya di pintu masuk panti jompo dan mengeluarkan hadiah, tangan kanan Firli yang kosong meraih lengan Jerry sebelum mendekatkan tubuhnya.
Merasakan gerakan Firli yang sangat intim, Jerry merasa ini agak kurang pantas.
Akan tetapi, gadis itu tidak mengatakan apa-apa dan Jerry tidak ingin penampilannya terlalu aneh, jadi dia menahan kegelisahan di dalam hati sebelum berjalan ke depan.
Hari ini bangsal di lantai dua sangat ramai.
Demi hari istimewa ini, Aldo meminta pihak panti menyediakan sebuah ruangan untuk menjamu Jerry.
Selain Adrian, masih ada seorang wanita cantik di ruangan itu.
Ibu Firli yang bernama Janice berusia lebih dari 40 tahun, tetapi penampilannya sangat terawat, dengan tubuh berisi dan aura yang memikat.
Peristiwa seumur hidup putrinya telah tiba. Janice sendiri memasak banyak makanan dan menyajikannya untuk semua orang. Saat ini dia menantikan kedatangan menantunya.
"Dik, kamu harus memikirkannya dengan jelas. Ini adalah peristiwa seumur hidup bagi Firli, jadi nggak boleh ada kesalahan!"
"Jerry itu punya keterampilan medis yang baik dan menyelamatkan ayahku, tapi dia sudah pernah menikah dan dia belum pernah bertemu Firli sebelumnya. Ayah bodoh, kamu juga jangan sampai ikut melakukan hal yang salah!"
Kemarin setelah pulang ke rumah, Adrian menyelidiki informasi Jerry dan mengetahui kalau dia baru saja bercerai. Bukankah ini omong kosong?
Tepat saat Adrian ingin terus membujuk adiknya, dia pun mendengar suara teriakan.