Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 4

Jantung Selina berdegap kencang menyaksikan adegan asing ini. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya pada Giselle. "Halo, aku Selina, pacarnya Jordan." Giselle menjabat tangannya sambil mendorong Jordan menjauh seraya mencoba membangunkannya. "Jordan, pacarmu datang. Bangun!" Namun, wajah Jordan sudah bersemu karena mabuk berat. Tubuhnya ambruk dan kembali ke pelukan Giselle. Sambil memegangi tangan wanita itu, dia bergumam, "Kamu pacarku." Semua orang di ruangan itu tampak canggung, tetapi wajah Selina tetap tenang. Dia mengeluarkan beberapa buah kapsul dari tasnya. "Aku bawa obat pereda mabuk. Tunggu dia sadar sebelum pulang." Jordan benar-benar sadar tepat setelah meneguk habis air di gelas. Begitu mendongak dan melihat wajah Selina, dia cepat-cepat melepaskan diri dari pelukan Giselle dan menjelaskan. "Aku tadi salah lihat ..." Selina tidak berkomentar, hanya tersenyum. "Aku mengerti. Ayo, kita pulang." Jordan mengangguk. Dia mengambil jaket miliknya dan hendak pergi. Sayangnya, beberapa teman laki-lakinya yang sama mabuknya tiba-tiba mengadang. "Jordan, biasanya cuma ingat tugas dan eksperimen, nggak pernah mau diajak kumpul di luar. Akhirnya, kami bisa ajak karena ada Giselle. Jangan kabur!" "Ya, kita baru mulai main. Kamu mau pulang sekarang? Nggak asyik!" Tidak peduli Jordan bersedia atau tidak, para pemuda itu langsung menariknya ke kursi dan mulai membacakan aturan permainan. "Ayo, main putar botol. Harus lebih seru buat tantangan malam ini! Orang yang ditunjuk harus buka satu rahasia di depan kita!" Jordan sepertinya juga enggan pergi. Dia menoleh pada Selina, masih dengan wajah datar yang sama. "Daripada sia-sia sudah sampai di sini, main saja." Mendengar persetujuan darinya, para pemuda itu pun bersorak. Di ronde pertama, Jordan menjadi orang beruntung dan terpilih. Mereka pun makin heboh. "Hahaha, Jordan, berhasil tertangkap juga, ya. Tapi, karena kamu baru main pertama kali, kuberi tantangan enteng dulu. Tunjukkan siapa kontak yang disematkan di WhatsApp-mu." Hukumannya memang sangat ringan, tetapi Jordan justru diam. Ada gadis-gadis di sana yang mulai memanas-manasi. "Tantangan macam apa ini? Jordan punya pacar, sematan paling atas sudah pasti pacarnya!" Melihat ada yang membantu, Jordan pun bisa bersikap tenang. "Sudah tahu jawabannya semua, 'kan? Nggak perlu lihat lagi. Lanjut." Akan tetapi, teman-teman prianya bersikeras. Mereka memanfaatkan lengahnya Jordan untuk merebut ponselnya. Saat aplikasi dibuka, yang terlihat adalah nama "Giselle". Semua orang di ruangan itu menatap kosong satu sama lain, tercengang tanpa kata. Jordan juga tidak memberi penjelasan. Dia meraih ponselnya kembali, segera berdiri, lalu berjalan keluar. "Lanjutkan. Aku ke kamar mandi dulu." Sepuluh menit berlalu, Selina takut pria itu muntah. Jadi, dia ikut keluar untuk memeriksa. Namun, dia mendengar suara Jordan di pintu kamar mandi. "Aku mabuk, bukan mati. Kenapa kamu sengaja mengarahkan botolnya padaku, sengaja membuat tantangan begitu? Kamu ingin membuat semua orang malu?" "Jordan, semua orang tahu kamu suka Giselle sejak dulu, tapi belum bisa menembak. Aku cuma mau bantu mengabulkan keinginanmu yang terpendam. Pacarmu belum tahu, lho. Nggak kasihan? Lekas bongkar saja kenyataannya, biar dia mundur sendiri." Menghadapi pengakuan temannya soal "niat baik" ini, Jordan hanya menjawab dengan suara bernada kesal. "Jangan ikut campur urusanku. Lain kali, jangan buat keputusan sendiri lagi." Bibir Selina spontan tersenyum mendengar percakapan mereka, tetapi matanya berkaca-kaca. Dia menarik napas dalam-dalam dan berbalik menuju kamar mandi wanita. Setelah membasuh muka dengan air dingin, dia mengirim pesan kepada Jordan. "Ayo, pulang. Aku tunggu di luar." Lalu, dia menaikkan tali tas di bahunya dan berjalan menuruni tangga dengan perlahan. Saat mencapai pintu depan, ponselnya berdering, menampilkan telepon dari sang mama. Diawali basa-basi panjang lebar, Mama hanya ingin bertanya apakah Selina sudah siap. Selina pun menjawab acuh tak acuh. "Sudah. Kalau harus pergi besok juga siap." Begitu kalimat ini keluar dari mulutnya, suara Jordan terdengar dari belakang. "Pergi? Kamu mau pergi ke mana?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.