Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Aula Kediaman Keluarga Yolan. Koper putih didorong ke depan Lilith. "Ambil barangmu, lalu kembali ke sisi pria bajingan yang kamu pikirkan." Jayden melipat tangannya dan bersikap tidak sopan padanya. "Kak, jangan usir Ibu," kata Janet dengan sedih. Ibu benaran bisa pergi, bahkan tidak akan kembali lagi. Janet memeluk koper besar yang ada di depannya, matanya yang besar penuh dengan air mata, terlihat sangat kasihan. "Ibu, aku mohon kamu jangan pergi." Jayden menarik adiknya. "Dia nggak akan pernah sedih demi kita! Air matanya hanya akan mengalir untuk pria bajingan itu! Kamu nggak boleh memohon padanya!" Arnold berkata, "Bibi Siti, bawa Jayden dan Janet kembali ke kamar dan istirahat." Setelah Bibi Siti membawa mereka pergi, dia baru memberikan dokumen di tangannya pada Lilith. Setelah dokumen itu dibuka, di dalam ada delapan sertifikat rumah yang letaknya berbeda serta belasan mobil mewah, juga ada saham yang senilai dua triliun. Semua ini cukup untuk Lilith hambur seumur hidup. "Ini ada kompensasi dari perceraian kita. Kalau nggak ada masalah, kamu tanda tangan surat cerai ini saja," kata Arnold dengan dingin, bahkan tatapannya sangat dingin. Lilith tidak mengerti! Kenapa masa depannya bisa melakukan kesalahan begini?! Bisa-bisanya meninggalkan suami sebaik ini, yang sampai sudah cerai pun masih mau memberi banyak uang untuk dihamburkan mantan istrinya yang jahat dan digunakan untuk menjilat pria bajingan yang miskin itu! Lilith mengambil pen itu, lalu meletakkannya. Dia hanya menatap pria di depan dengan dingin, lalu berkata dengan nada yang manja. "Sayang, aku sudah lapar." "Kamu panggil aku apa?" Tatapan Arnold melintas rasa kaget. Sudah menikah enam tahun, tatapan Lilith padanya selalu penuh benci, bahkan kata yang paling banyak diucapkan padanya adalah kata mengusir. Sekarang dia tidak hanya manja padanya, bahkan memanggilnya "sayang". "Sayang." Lilith memanggilnya lagi. "Meski besok kita akan cerai, hari ini kamu masih suamiku." Tatapan Arnold dari yang kaget berubah menjadi tenang. Apa yang Arnold harapkan? Apa dia berharap Lilith akan berubah demi dirinya? Sayangnya, dia hanya akan berubah demi Edison. "Lilith, jangan buang-buang tenaga lagi. Aku nggak setuju menggunakan sumsum tulang Janet untuk menolong putrinya Edison." Dia yakin semua perubahannya ini demi Edison. Lilith ingin menjelaskan, tapi pria itu sudah pergi. Dia menghela napas panjang, lalu menaruh dagunya di meja, baru teringat dengan ucapan Aria. "Kamu sudah bersikap semena-mena selama enam tahun, tapi dia masih meneloransimu. Sekarang kalau kamu merendahkan diri untuk membujuknya, dia pasti nggak akan cerai denganmu." Lilith menghela napas lagi ketika teringat pandangan dingin Arnold, serta pandangan penuh benci dari putranya. "Memang susah untuk dibujuk ...." Sebelum dia selesai bicara. Tiba-tiba semangkuk mi yang panas diletakkan di depannya. Lilith menengadahkan kepala, lalu melihat Arnold berdiri di depannya. Arnold sangatlah ganteng, bahkan cahaya lampu di depannya juga tidak bisa mengalahkan kegantengannya. Mau Arnold yang muda atau Arnold yang sudah mapan seperti sekarang, pria di kedua usia ini benar-benar bisa memesonanya. Lilith berpikir meski perkataan pria ini dingin, tindakannya sudah mengungkapkan semuanya. Lihatlah ini, mi saja sudah dibuatnya! Lilith mengambilnya dengan senang, tapi pria itu berkata, "Selesai makan, pergilah." Nada bicaranya sangat dingin seperti sedang mengusir tamu. Lilith tahu dirinya sudah banyak pikir. Selesai dia berbicara, tiba-tiba ada telepon masuk. Arnold berjalan ke arah taman dan mengangkat telepon. Lilith memang sudah lapar, jadi dia menggunakan waktu enam menit untuk menghabiskan semangkuk mi ini. Setelah kenyang, rasa kantuk pun datang. Dia memutuskan langsung tidur, dengan begitu Arnold tidak bisa mengusir dirinya, 'kan? Sekitar dua puluh menit kemudian, Arnold baru kembali dan melihat ke arah aula secara tidak sadar. Aula sangat bersih, tidak ada pecahan mangkuk, juga tidak berantakan. Mi yang di meja juga sudah dihabiskan. Wanita yang di sofa sudah tertidur nyenyak, bahkan terlihat cantik. Arnold yang melihatnya juga melamun. Adegan di depan bagai mimpi, juga seperti mimpi yang sudah dimimpikannya berkali-kali. Lilith yang dalam ingatannya hanya bisa membuang makanan yang dibuatnya, bahkan memarahinya "menjijikkan dan tak tahu diri"! Dia mengambil selimut dan menyelimuti Lilith. Dalam matanya penuh dengan perasaan yang tertekan. "Lili, demi anak kita, kali ini aku nggak boleh dibohongi olehmu lagi." ... Lilith tertidur nyenyak. Saat dia dibangunkan, dia sudah melihat putranya, Jayden menatapnya dengan marah, bahkan mengepalkan tangan dengan kuat. "Lilith, di mana kamu sembunyikan Janet?!" Lilith masih tidak merespons sudah melihat Jayden melempar sebuah kertas ke tangannya. Kertas itu ada tulisan Janet: [Kakak, aku nggak akan membiarkan Ibu dan Ayah meninggalkan kita. Aku mau pergi menolong keluarga kita!]

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.