Bab 27
Pemuda itu tetap memejamkan matanya, sedangkan tubuhnya gemetar tanpa henti, seakan tengah menanti rasa sakit dan kematian yang belum juga datang.
Sampai Hugo berjalan ke sampingnya, lalu berjongkok, dan menepuk bahunya.
Dia akhirnya perlahan membuka matanya.
"Nggak apa-apa, kan?" tanya Hugo.
Ketika pemuda itu pertama kali melihat Hugo, dia merasakan seolah-olah melihat orang tua yang telah melahirkannya kembali.
Dia langsung memeluk Hugo dengan erat dan tangisnya pun pecah.
"Astaga, ini nggak sama seperti yang diajarkan pelatih!"
"Ah, ingusmu ya ampun ..."
Hugo mendorong pemuda itu dengan hati-hati, kemudian berbalik menatap Winona, "Ada sebuah Ruang Penyimpanan yang dekat dari sini. Ayo kita bawa dia ke sana untuk memeriksa luka-lukanya."
Hugo mengangkat pemuda itu, tetapi setiap pemuda itu melangkah rasanya seperti sedang disiksa.
Hugo rasanya ingin sekali memberikan satu pukulan.
Seorang pria besar, yang telah melewati berbagai ujian hidup, tetapi mengapa ia begitu pengecut?
Dia ha
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda